Friday, August 31, 2018

Mazmur 116:12-19


Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku? Setelah mengakui bahwa ia tidak memiliki apa-apa untuk ditawarkan pada Allah sebagai kompensasi yang setimpal dengan berkat-berkat-Nya, Daud menegaskan bahwa ia memiliki kewajiban pada Allah, bukan hanya oleh sebuah berkat, tetapi oleh bermacam-macam berkat yang tak terhitung. “Tidak ada berkat yang tidak membuat aku berhutang pada Allah, bagaimana aku dapat membayar Ia kembali?” Karena segala kompensasi tidaklah cukup, Daud menyatakan syukurnya sebagai satu-satunya balasan yang ia tahu akan diterima Allah. Teladan Daud mengajar kita untuk tidak memperlakukan berkat Allah dengan enteng atau sembarangan. Jika kita menilai mereka sesuai nilai mereka, kita akan dipenuhi kekaguman. Tidak ada seorangpun yang tidak menerima tumpukan berkat Allah. Namun kesombongan kita, yang menghanyutkan kita dalam teori-teori aneh kita, membuat kita lupa doktrin ini, yang seharusnya diberi perhatian kita sepanjang waktu. Kemurahan hati Allah pada kita selayaknya menghasilkan pujian yang lebih lagi, karena Ia tidak mengharapkan balasan apa-apa dari kita, dan tidak dapat menerima apa-apa dari kita. Ia tidak memerlukan apapun, dan kita miskin dan tak memiliki apa-apa.

Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Ketika kita dalam bahaya dan mengira Allah melupakan kita, kita merasa diri kita sebagai budak yang malang, dan hidup kita tidak dianggap. Dan kita sadar bahwa jika orang jahat tahu kita tidak memiliki perlindungan, mereka akan semakin kurang ajar terhadap kita, seakan-akan Allah tidak perduli hidup matinya kita. Untuk melawan doktrin yang salah ini, Daud mengatakan, Allah tidak memandang rendah hamba-hamba-Nya sehingga membiarkan mereka begitu saja mati. Untuk sementara waktu kita mungkin berada di bawah segala naik turunnya keberuntungan dan dunia. Namun kita memiliki penghiburan ini, yaitu Allah pada akhirnya akan menyatakan dengan jelas betapa berharganya jiwa kita bagi-Nya.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Thursday, August 30, 2018

Mazmur 116:1-11


Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. Kita tahu bahwa hati kita akan selalu mengembara mengikuti kesenangan yang tak berguna, dan dibebani oleh kekuatiran, sampai Allah mengikat hati kita pada diri-Nya. Ketidaktenangan ini disingkirkan dari Daud, karena ia merasa Allah bermurah hati padanya. Dan dari pengalaman secara umum ditemukan, orang-orang yang berseru kepada Tuhan berbahagia, ia menyatakan bahwa tidak ada bujukan yang dapat menggodanya untuk meninggalkan Allah. Ketika ia katakan aku mengasihi, artinya adalah tanpa Allah tidak ada yang menyenangkan atau nyaman untuknya. Dari sini kita diajar, orang-orang yang doanya telah didengarkan Allah, tetapi tidak meletakkan diri mereka sepenuhnya di bawah bimbingan-Nya, mendapatkan sedikit saja manfaat dari mengalami kasih karunia-Nya.

Dengan tujuan memuji kemuliaan Allah seperti sepantasnya, ia mengatakan di masa lalu tidak ada kemungkinan ia melepaskan diri dari maut. Ia seperti seseorang yang dikelilingi musuh, diikat oleh rantai, dan semua harapan kelepasan sudah terputus. Ia ditaklukkan maut, ia ditangkap dan ditawan, sehingga kelepasan mustahil. Ia dililit tali-tali maut, dan jatuh dalam kesesakan dan kedukaan. Lalu ia menegaskan apa yang ia katakan sebelumnya, yaitu pada saat ia kelihatannya paling ditinggalkan Allah, maka waktu itulah yang tepat untuk berdoa.

Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu. Jika orang beriman hanya mendapatkan ketenangan batin pada saat Allah melepaskan mereka, bagaimana bisa ada tempat bagi iman, dan kuasa apa yang dimiliki janji-janji Allah? Menunggu dengan tenang dan diam bagi tanda perkenanan Allah, yang saat ini tersembunyi, adalah bukti iman yang teguh. Iman yang kuat menenangkan hati nurani, dan menenangkan jiwa, sehingga seperti kata Paulus, “damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal,” berkuasa penuh di sana (Fil. 4:7).

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Wednesday, August 29, 2018

Mazmur 115:12-18


TUHAN telah mengingat kita; Ia akan memberkati. Dengan kata lain: “Dari pengalaman yang panjang, kami telah diajar betapa bernilainya perkenanan Allah kami. Dari sumber itu sajalah mengalir kemakmuran kami, kelimpahan, dan kestabilan.” Sang nabi mengasumsikan, bahwa kita tidak menikmati baik kemakmuran ataupun kebahagiaan, lebih daripada yang Allah kehendaki untuk memberkati kita. Allah tidak memandang muka, maka kondisi kita yang rendah dan hina bukanlah halangan untuk kita mendekat pada-Nya. Dengan murah hati Ia mengundang orang-orang yang tidak dipandang oleh manusia. Kemurahan hati Allah adalah mata air yang tidak akan pernah berhenti mengalir selama tidak disumbat oleh ketidakbersyukuran manusia. Dan kemurahan hati itu akan diteruskan sampai pada anak cucu, karena Allah menyatakan karunia dan buah adopsinya sampai pada generasi keseribu.

Langit itu langit kepunyaan TUHAN, dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia. Sang nabi memuji kelimpahan pemberian Allah dan kasih sayang-Nya sebagai Bapa bagi umat manusia. Ia tidak membutuhkan apapun bagi diri-Nya, tetapi Ia menciptakan dunia dengan segala kepenuhannya untuk digunakan manusia. Bagaimana bisa bumi dipenuhi oleh begitu banyak hal-hal yang baik, ke mana pun mata memandang, jika bukan Allah yang merencanakan persediaan untuk kebutuhan kita, seperti seorang ayah yang memelihara keluarganya? Kenyamanan yang kita nikmati adalah tanda kasih sayang-Nya sebagai Bapa kita. Singkatnya, Allah yang sempurna dalam kemuliaan-Nya, telah memperkaya bumi dengan kelimpahan hal baik, supaya umat manusia tidak kekurangan apapun. Pada saat yang sama ditunjukkan, Allah berdiam di surga, sehingga Ia tidak bergantung pada segala kekayaan dunia. Tidak ada anggur atau jagung atau apa yang adalah kebutuhan hidup masa kini, dihasilkan di sana. Kesimpulannya, Allah memiliki segala sumber daya di dalam diri-Nya sendiri.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Tuesday, August 28, 2018

Mazmur 115:8-11


Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya. Di sini nampak jelas alasan mengapa Allah memandang patung-patung berhala itu sebagai kejijikan. Ia tidak dapat membiarkan penyembahan yang seharusnya diberikan kepada-Nya, diambil dari-Nya dan diberikan kepada patung. Dunia harus mengakui-Nya sebagai satu-satunya sumber keselamatan, dan meminta hanya dari-Nya saja semua yang diperlukan; itu adalah kemuliaan yang milik-Nya sendiri. Jika seseorang memahat patung dari marmer, kayu, atau membuat dari emas atau perak, hal ini sendiri tidak menjijikkan seperti di atas. Tetapi ketika manusia berusaha menempelkan penemuan-penemuan mereka pada Allah, dan menurunkan-Nya dari surga, maka tempat Allah digantikan oleh sebuah khayalan semata. Kemuliaan Allah segera dipalsukan ketika diberikan bentuk yang menuju pada kerusakan; tetapi pelanggaran ini dua kali lipat beratnya ketika orang membayangkan kebenaran, karunia, dan kuasa-Nya berada dalam berhala. Membuat berhala, dan kemudian mempercayai berhala itu, adalah dua hal yang hampir tidak terpisahkan. Jika tidak, mengapa dunia begitu menginginkan dewa-dewa dari batu, kayu, tanah liat, atau materi bumi lainnya, kalau bukan karena mereka percaya Allah jauh dari mereka, sampai mereka mengikat-Nya pada diri mereka? Mereka enggan mencari Allah dengan cara yang rohani, maka mereka menarik-Nya turun dari takhta-Nya dan meletakkan-Nya di bawah benda-benda mati. Mereka menujukan permohonan mereka pada patung, karena mereka mengira dalam patung itu telinga Allah, mata dan tangan-Nya dekat pada mereka. Dua kejahatan ini hampir tak dapat dipisahkan: mengubah kebenaran Allah menjadi kebohongan dengan membuat berhala, dan memandang berhala sebagai ilahi. Sang nabi mengatakan bahwa orang tak beriman meletakkan kepercayaan mereka dalam berhala, dengan tujuan menghakimi hal ini sebagai penghujatan yang paling utama dan menjijikkan.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Monday, August 27, 2018

Mazmur 115:4-7


Berhala-berhala mereka. Kontras ini dibuat untuk meneguhkan iman orang saleh, yang oleh iman itu mereka bersandar pada Allah saja. Kecuali Allah sendiri, segala yang dibayangkan pikiran manusia tentang yang Ilahi adalah hasil penemuan kebodohan dan penipuan. Mengenal kesalahan dan kegilaan dunia tentunya bersumbangsih banyak bagi konfirmasi takut akan Allah yang sejati; sementara Allah yang diperkenalkan pada kita, adalah yang kita tahu pasti sebagai pencipta langit dan bumi, dan yang harus kita sembah, bukan tanpa sebab atau secara sembarangan. Sang nabi mengingatkan kita, bahwa tidak ada yang lebih buruk daripada manusia yang mengira mereka dapat memberikan esensi atau bentuk atau kemuliaan kepada berhala, sementara hidup manusia yang singkat itu sendiri bergantung pada pihak lain. Kesimpulannya, orang kafir sia-sia saja bermegah dalam pertolongan dari berhala buatan mereka sendiri. Dari mana penyembahan berhala datang, kalau bukan dari khayalan manusia?

Sang nabi menambahkan dengan ungkapan satir, sementara orang kafir membentuk anggota tubuh bagi berhala mereka, mereka tidak dapat membuat berhala sanggup menggerakkannya. Orang beriman menemukan hak istimewa mereka lebih berharga lagi, bahwa Allah satu-satunya yang sejati ada di sisi mereka, dan karena mereka dapat yakin, pertolongan yang dibanggakan orang kafir dari berhala mereka yang adalah bayangan saja, hanyalah omong kosong.

Dari doktrin ini kita belajar, adalah bodoh untuk mencari Allah dalam penampakan lahiriah, yang tidak berkaitan sama sekali dengan kemuliaan surgawi-Nya. Kita harus berpegang pada prinsip ini. Jika tidak, maka orang kafir akan dengan mudah mengatakan mereka dihakimi secara tidak adil, karena meski mereka membuat berhala di bumi, namun mereka yakin Allah ada di surga.
Mengapa kita datang kepada Allah, jika bukan dari keyakinan bahwa hidup kita bergantung pada-Nya? Bahwa keamanan kita ada dalam Dia, dan kelimpahan yang baik, serta kuasa untuk menolong, ada pada-Nya? Segala berhala tidak punya kesadaran dan tidak dapat bergerak. Apakah yang lebih absurd daripada meminta dari mereka apa yang mereka sendiri tidak miliki?

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Sunday, August 26, 2018

Mazmur 115:3(b)


Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya! Dari ayat ini Agustinus dengan tepat dan kreatif menunjukkan, bahwa peristiwa-peristiwa yang nampak tak masuk akal bagi kita, terjadi bukan hanya oleh ijin Allah, melainkan oleh kehendak dan ketetapan Allah. Sebab jika Allah kita melakukan apa saja yang Ia kehendaki, mengapa Ia harus mengijinkan apa yang Ia tidak kehendaki? Mengapa Ia tidak menahan setan dan semua orang jahat yang melawan-Nya? Jika Ia dianggap berada di antara melakukan dan menderita karena menolerir apa yang Ia tidak inginkan, maka Ia tidak akan peduli di surga, seperti khayalan orang Epicurean. Tetapi jika kita mengakui bahwa Allah memiliki kemahatahuan, bahwa Ia mengawasi dan memerintah dunia ciptaan-Nya, dan bahwa Ia tidak mengabaikan bagian manapun juga, maka kesimpulannya, segala sesuatu yang terjadi, terjadi menurut kehendak-Nya. Namun Ia tidak menghendaki yang jahat. Betapapun rencana-Nya nampak tak dapat dimengerti bagi kita, tetap dasarnya adalah hal yang paling baik.

Perlu diperhatikan, jika Allah melakukan apa saja yang Ia kehendaki, maka apa yang tidak terjadi bukanlah kehendak-Nya. Pengenalan kebenaran ini sangat penting. Sering terjadi, ketika Allah berdiam pada saat Gereja menderita, kita bertanya mengapa Ia membiarkan, padahal Ia berkuasa untuk menolong. Keserakahan, penipuan, pengkhianatan, kekejaman, ambisi, kesombongan, sensualitas, kemabukan, singkatnya segala spesies kebusukan yang merajalela di bumi sekarang, akan segera berhenti jika Allah pandang baik menghentikannya. Maka, jika pada suatu waktu Ia seolah-olah tertidur, atau tidak bisa menolong, biarlah kita menunggu dengan sabar, dan belajar bahwa bukan kehendak-Nya untuk segera menyelamatkan kita, karena Ia tahu penundaan itu bermanfaat bagi kita. Kehendak-Nya adalah sementara menolerir hal yang dapat segera Ia betulkan, jika Ia pandang baik.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Saturday, August 25, 2018

Mazmur 115:3(a)


Allah kita di sorga. Ketika orang beriman mengatakan Allah berada di sorga, mereka bukan mengurung-Nya dalam suatu lokasi tertentu, atau menetapkan batas bagi esensi-Nya yang tak terbatas. Melainkan, mereka menyangkal ada batasan bagi kuasa-Nya, terbatas pada instrumentalitas manusia, atau kuasa-Nya berada di bawah takdir atau keberuntungan. Pendeknya, mereka meletakkan alam semesta di bawah kendali-Nya. Ia mengatasi segala halangan, Ia melakukan segala sesuatu dengan bebas berdasarkan apa yang dipandang-Nya baik. Kebenaran ini dinyatakan lebih jelas lagi di anak kalimat berikutnya, Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Ketika dikatakan Allah berada di surga, artinya dunia berada di bawah kehendak-Nya, dan tidak ada yang dapat mencegah-Nya menggenapi rencana-Nya.

Doktrin bahwa Allah dapat melakukan apa saja yang Ia kehendaki adalah doktrin yang sangat penting, jika diaplikasikan dengan benar dan sah. Jika kita ingin mendapat manfaat dari doktrin ini, kita harus memperhatikan kepentingan dari Allah mengerjakan apa saja yang Ia kehendaki di surga dan bumi. Pertama, Allah memiliki segala kuasa yang diperlukan untuk memelihara Gereja-Nya, dan persediaan untuk kesejahteraannya. Kedua, segala mahluk berada di bawah kendali-Nya, maka tidak ada yang dapat mencegah-Nya dari menggenapi segala rencana-Nya. Betapapun orang beriman terpisah dari segala sarana untuk bertahan hidup dan keamanan, mereka harus mengambil keberanian dari fakta bahwa Allah bukan saja mengatasi segala halangan, tetapi Ia juga dapat memakai halangan untuk menggenapi rencana-Nya. Hal berikut juga harus kita ingat, bahwa segala peristiwa terjadi karena penetapan Allah saja, dan tidak ada yang kebetulan. Sejauh itu penggunaan doktrin ini bersifat layak dan tepat, supaya jangan sampai kita membuat pandangan-pandangan yang tidak layak tentang kemuliaan Allah, seperti kebiasaan orang-orang dengan khayalan liar. Jika kita menerima prinsip ini, kita seharusnya tidak malu untuk mengakui terang-terangan, bahwa Allah mengatur segala sesuatu oleh kebijaksanaan-Nya yang kekal, sehingga tidak ada yang dapat terjadi di luar kehendak dan penetapan-Nya.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Friday, August 24, 2018

Mazmur 115:1-2


Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan, oleh karena kasih-Mu, oleh karena setia-Mu! Orang-orang beriman menghadap Allah dalam keadaan tekanan yang berat. Mereka merindukan penghiburan dan kekuatan. Tetapi mereka tidak menemukan apapun dalam diri mereka yang pantas mendapatkan perkenanan Allah. Mereka berseru pada-Nya untuk mengabulkan permohonan mereka, supaya kemuliaan-Nya dipertahankan. Ini adalah sebuah hal yang harus kita perhatikan dengan seksama. Meski kita semua tidak layak mendapat perhatian Allah, namun kita dapat menjaga pengharapan diselamatkan oleh-Nya, dari dua hal ini: perhatian-Nya pada kemuliaan nama-Nya, dan bahwa Ia telah mengadopsi kita, dengan janji tidak akan pernah meninggalkan kita. Juga perlu diperhatikan, bahwa kerendahan hati mereka mencegah mereka dari mengeluhkan keadaan mereka dengan terang-terangan, dan bahwa mereka tidak memulai dengan permintaan akan kelepasan mereka, melainkan kemuliaan Allah. Mereka malu oleh penyebab bencana mereka, yang pada dirinya sendiri sama dengan semacam penolakan, sehingga tidak berani dengan terang-terangan menuntut dari tangan Allah apa yang mereka inginkan. Melainkan mereka secara tidak langsung membuat permohonan mereka, supaya dari perhatian akan kemuliaan-Nya, Allah menunjukkan diri-Nya sebagai Bapa bagi orang berdosa, yang tidak dapat menuntut apapun dari-Nya. Doa dengan formula ini telah diberikan bagi Gereja, maka marilah kita dalam menghadap Allah, ingat untuk menanggalkan segala keadilan diri sendiri, dan meletakkan pengharapan kita sepenuhnya dalam anugerah-Nya yang cuma-cuma. Selain itu, ketika kita berdoa minta tolong, biarlah mata kita tertuju pada kemuliaan Allah, dalam pertolongan yang kita peroleh. Sangat mungkin mereka mengambil bentuk doa ini, karena dipimpin demikian oleh janji-Nya. Selama pembuangan, Allah mengatakan, “Aku akan melakukannya oleh karena Aku, ya oleh karena Aku sendiri,” Yesaya 48:11. Ketika segala harapan lain gagal, mereka mengakui inilah satu-satunya tempat perlindungan mereka. Pengulangannya adalah bukti betapa sadarnya mereka akan ketidaklayakan mereka, sehingga jika doa mereka ditolak seratus kali, mereka tidak dapat, atas nama sendiri, memilih tuntutan apapun terhadap-Nya.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Thursday, August 23, 2018

Mazmur 114


Laut melihatnya, lalu melarikan diri, sungai Yordan berbalik ke hulu. Sang Pemazmur tidak menyebutkan seluruh mujizat yang dibuat waktu itu, melainkan dengan singkat merujuk pada laut, yang meski tidak punya hidup atau kesadaran, namun dipukul oleh kengerian karena kuasa Allah. Sungai Yordan mengalami hal yang sama, dan gunung-gunung gemetar. Penggambaran surutnya laut dan sungai Yordan bersifat puitis, namun penggambarannya tidak melebihi faktanya. Laut yang taat pada Penciptanya, menguduskan nama-Nya. Yordan yang tunduk menghormati nama-Nya. Gunung-gunung yang gemetar menunjukkan ketakjuban pada keagungan-Nya yang menakutkan. Contoh-contoh ini tidak bertujuan merayakan kuasa Allah lebih daripada kasih sayang kebapakan-Nya bagi pemeliharaan Gereja. Dengan tepat Israel dibedakan dari laut, Yordan, dan gunung – ada perbedaan yang sangat menyolok antara umat Allah dengan elemen-elemen mati.

Ada apa, hai laut, sehingga engkau melarikan diri? Sang nabi bertanya pada laut, Yordan, dan gunung dengan gaya bahasa puisi, seperti ia menggambarkan kesadaran dan penghormatan pada kuasa Allah dalam mereka. Dengan pengumpamaan ini, ia menegur dengan tajam ketidaksadaran orang-orang yang tidak menggunakan inteligensia mereka bagi perenungan karya-Nya. Bagaimana tampaknya laut dalam penggambaran ini, lebih dari cukup untuk menghakimi kebutaan mereka. Laut tidak mungkin menjadi kering, atau Yordan menarik kembali airnya, jika bukan Allah yang mewajibkan mereka taat pada perintah-Nya oleh tindakan-Nya yang tak kelihatan. Kata-kata ini ditujukan pada laut, Yordan, dan gunung, namun lebih lagi pada kita, supaya setiap kita, dalam refleksi diri, dengan seksama dan penuh perhatian menimbang hal ini. Setiap kali kita bertemu kalimat berikut, biarlah kita mengulang maknanya, “Perubahan demikian tidak dapat disebabkan alam, dan sebab-sebab sekunder, melainkan tangan Allah dinyatakan di sini.”

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Wednesday, August 22, 2018

Mazmur 113:5-9


Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi? Sang nabi membuat dasar memuji Allah semakin kuat, dengan mengontraskan tingginya kemuliaan dan kuasa-Nya dengan kebaikan-Nya yang tak terbatas. Bukan karena kebaikan-Nya dapat dipisahkan dari kemuliaan-Nya. Tetapi pembedaan ini dibuat demi manusia, yang tidak akan sanggup menahan kemuliaan-Nya, jika Allah tidak merendahkan diri-Nya dengan kebaikan, dan dengan lembut menarik kita pada diri-Nya. Artinya adalah, bahwa Allah berdiam di tempat tinggi, begitu jauh dari kita, tidak mencegah-Nya untuk menunjukkan diri-Nya dekat dengan kita, dan dengan jelas menyediakan kebutuhan untuk kesejahteraan kita. Dan karena Allah berdiam di tempat tinggi, lebih besar lagi belas kasihan-Nya pada manusia, yang keadaannya rendah dan hina. Dengan adil Allah dapat saja memandang rendah bahkan para malaikat, jika bukan karena kasih sayang kebapakannya Ia merendahkan diri untuk memperhatikan mereka. Jika berkaitan dengan malaikat Ia saja merendahkan diri, apalagi dengan manusia, yang merangkak di bumi dan penuh kekotoran? Jawabannya sangat jelas. Allah dapat saja menginjak ciptaan-Nya yang paling mulia di bawah kaki-Nya, atau karena jarak yang begitu jauh, Ia dapat saja mengabaikan mereka sama sekali. Maka bukanlah karena kita dekat dengan Dia, sehingga Ia membungkukkan diri untuk memberi kita perhatian khusus, namun karena piilihan bebas-Nya.     

Sebagai ibu anak-anak, penuh sukacita. Artinya adalah, perempuan yang tadinya mandul sekarang diberkati dengan kesuburan, dan memenuhi rumah dengan anak-anak. Sukacita ini diperhitungkan pada para ibu, karena meski hati semua orang mengejar harta, nama, kenikmatan, atau keuntungan lainnya, tetapi keturunan ada di atas semua itu. Allah mengawasi jalannya alam secara natural, mengubah bagaimana peristiwa-peristiwa terjadi, meninggikan orang-orang yang berada dalam kondisi rendah, dan membuat perempuan mandul menjadi subur. Jika kita tidak merenungkan karya tangan-Nya dengan perhatian, ketidakpekaan kita tidak dapat dimaafkan.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Tuesday, August 21, 2018

Mazmur 113:1-4



Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN. Sang nabi menegaskan, bahwa puji-pujian bagi Allah harus dilanjutkan sepanjang umur hidup kita. Jika nama-Nya harus tetap dipuji, maka setidaknya sepanjang pengembaraan kita yang singkat di bumi, hal itu kita usahakan dengan sungguh-sungguh, supaya ingatan akannya berkembang setelah kematian kita. Kemuliaan nama Allah menjangkau seluruh bagian bumi; maka keadaan kita yang suam-suam kuku tak dapat dimaafkan, jika kita tidak membuat pujian-Nya bergema di antara kita. Di masa hukum Taurat, Allah tidak dipuji dengan benar selain di Yehuda oleh umat-Nya sendiri. Hanya kepada mereka saja pengenalan akan Allah dibatasi. Namun karya-karya-Nya dapat dilihat segala bangsa, dan layak menerima kekaguman seluruh dunia. Hal yang sama mengenai tingginya kemuliaan Allah dibicarakan di kata-kata berikutnya. Adakah sesuatu yang lebih jahat, daripada kita memuji-Nya dengan jarang dan dengan malas, padahal seharusnya batin kita dipenuhi oleh ketakjuban? Sang nabi membesarkan nama Allah dengan sangat, dan bertujuan menunjukkan kita bahwa tidak ada alasan untuk ketidakpedulian. Bahwa kita berdiam saja adalah ketidaksalehan, jika kita tidak memberikan diri kita sampai batas akhir kemampuan kita merayakan pujian-Nya, supaya kasih sayang kita melampaui langit. Ketika sang nabi katakan, Allah tinggi mengatasi segala bangsa, maka disiratkan teguran pada umat pilihan yang suam-suam kuku dalam memuji Allah. Adakah yang lebih mengerikan, daripada ketika para saksi kemuliaan Allah tidak menjadikan kemuliaan itu tema pujian mereka, ketika kemuliaan itu bersinar bahkan di antara orang buta? Pada saat Allah melimpahkan kepada orang Yahudi kehormatan sebagai penerima pengetahuan tentang doktrin surgawi-Nya, Ia tetap memiliki saksi-saksi (Kis. 14:17; Rm. 1:20). Setelah penyebaran Injil, Ia jauh lebih jelas ditinggikan di atas segala bangsa, sebab seluruh dunia telah diletakkan di bawah kuasa-Nya.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Monday, August 20, 2018

Mazmur 112:9-10


Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin. Orang benar tidak pernah kehilangan buah dan upah dari kemurahan hati mereka. Mereka memberi tidak dengan pelit dan terpaksa, seperti orang-orang yang mengira mereka telah melaksanakan kewajiban mereka pada orang miskin dengan memberikan sejumlah kecil, melainkan mereka memberi dengan dermawan sebanyak yang dibutuhkan dan yang memungkinkan. Dapat terjadi bahwa hati yang dermawan tidak memiliki bagian besar dalam kekayaan dunia ini. Pujian bagi kemurahan hati bukanlah bagi pemberian milik kita tanpa memperhatikan penerimanya dan tujuan pemberian itu, melainkan menolong kekurangan dari apa yang benar-benar dibutuhkan, dan uangnya digunakan untuk hal-hal yang pantas dan benar. Dengan berkat-Nya, Allah memelihara kemuliaan dari keadilan oleh kemurahan hati mereka, dan tidak mengecewakan mereka dengan upah, yaitu ia meninggikan tanduk mereka, yakni kuasa atau kemakmuran mereka.

Orang fasik melihatnya, lalu sakit hati, ia menggertakkan giginya, lalu hancur. Meski orang fasik membuang segala kesalehan, dan menghapus dari benak mereka segala pemikiran mengenai keberadaan perkara manusia di bawah kedaulatan Allah, namun mereka akan dibuat sadar, mau tidak mau, bahwa orang benar, sesuai dengan perintah Allah, tidak sia-sia mendedikasikan diri mereka bagi pembiasaan belas kasihan dan anugerah. Meski mereka mengeraskan hati sesuai pilihan mereka, namun kehormatan yang Allah limpahkan pada anak-anak-Nya, akan ditunjukkan di hadapan mereka. Pemandangan itu akan membuat mereka menggertakkan gigi, dan membangkitkan iri hati yang menghabiskan mereka.

Sebagai penutup ditambahkan bahwa keinginan orang fasik akan menuju kebinasaan. Mereka tidak pernah puas, melainkan selalu haus akan sesuatu, dan kepercayaan diri mereka sama sombongnya seperti keserakahan mereka tidak terbatas. Dalam penantian mereka yang bodoh, mereka tidak sungkan berusaha menggenggam seluruh dunia. Namun sang nabi memberitahu mereka, bahwa Allah akan merebut apa yang mereka kira adalah milik mereka, sehingga mereka selalu bertangan kosong dan kelaparan.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Sunday, August 19, 2018

Mazmur 112:5-8


Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya. Orang-orang yang bermurah hati dan suka memberi akan baik keadaannya. Sang nabi bertujuan menunjukkan betapa dalamnya orang fasik tertipu, ketika mereka mengejar kebahagiaan dengan tindakan yang jahat dan tidak sah. Perkenanan Allahlah yang menjadi sumber dan sebab segala hal yang baik. Kita diperingatkan supaya waspada terhadap penipuan diri sendiri yang dilakukan orang-orang yang tergesa-gesa ingin kaya dengan bersikap pelit. Orang beriman, oleh kebaikan dan kemurahan hati mereka, membuka suatu saluran, yang melaluinya anugerah Allah mengalir pada mereka. Yang Allah buat makmur adalah orang-orang yang murah hati, yang dari belas kasihan bukan menjerat orang miskin, melainkan memberikan pertolongan pada mereka. Orang benar akan mengatur perkara mereka dengan kebijakan. Mereka tidak menjadi terlalu boros ataupun pelit. Dalam segala hal mereka belajar mengkombinasikan kemurahan hati dengan ekonomi, tanpa menyerah pada kemewahan. Dalam transaksi perdagangan mereka, mereka dipimpin prinsip keadilan dan moralitas.

Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN. Stabilitas sejati digambarkan di sini oleh sang nabi, yaitu beristirahat tenang dengan keyakinan tanpa goyah pada Allah. Bencana dapat mengganggu orang beriman, namun tidak mengecilkan hati mereka, karena itu tidak menggoncangkan iman mereka, yang membuat mereka berani dan tetap. Mereka bukan mati rasa terhadap pencobaan mereka, tetapi keyakinan yang mereka letakkan dalam Allah memampukan mereka untuk naik lebih tinggi melampaui kekuatiran hidup masa kini. Maka mereka memelihara ketenangan batin, dan menunggu dengan sabar sampai tiba waktunya orang buangan akan menerima balasan.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Saturday, August 18, 2018

Mazmur 112:1-4



Berbahagialah orang . . . yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Sang nabi membuat pembedaan antara dua hal ini: usaha yang rela dan segera untuk menaati hukum Allah, dan ketaatan yang terpaksa seperti budak. Kita harus merangkul hukum Allah dengan hati yang riang, dan dengan cara yang sedemikian, sehingga cinta akan hukum-Nya, dengan segala kemanisannya, mengalahkan godaan kedagingan. Sekedar memperhatikan hukum Allah tidak berguna. Seseorang tidak dapat dianggap sungguh-sungguh menaati hukum, sampai ia mencapai hal berikut – kesenangan akan hukum Allah yang membuat ketaatan menyenangkan bagi orang tersebut. Sang nabi menegaskan, bahwa orang-orang yang menyembah Allah adalah berbahagia. Hal ini menjaga kita dari penipuan berbahaya yang menjerat orang fasik, yang mengira mereka akan menuai kebahagiaan entah bagaimana dari melakukan kejahatan.     

Angkatan orang benar akan diberkati. Banyak orang berusaha memutarbalikkan doktrin ini. Mereka menjadikan hal itu standar yang membuat Allah membagikan berkat-berkat yang bersifat sementara. Maka perlu kita ingat Mazmur 37:25, yang mengatakan bahwa Allah membagikan berkat berdasarkan kedaulatan-Nya. Dapat terjadi, seorang yang baik tidak memperoleh anak, dan kemandulan dapat dianggap kutukan Allah. Banyak hamba Allah ditekan oleh kemiskinan dan kekurangan, sakit-sakitan, dan dibingungkan oleh berbagai masalah. Maka penting untuk mengingat prinsip umum ini. Kadang Allah membagikan berkat-Nya dengan melimpah, dan pada waktu lain, tidak semelimpah itu, kepada anak-anak-Nya, untuk kebaikan mereka, berdasarkan apa yang Ia lihat. Kadang Ia menyembunyikan segala tanda kebaikan-Nya, seakan-akan Ia tidak memperhatikan umat-Nya sama sekali. Namun di tengah kebingungan ini, tetap nampak bahwa kata-kata berikut tidak kosong, bahwa orang benar dan keturunannya diberkati.a

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Friday, August 17, 2018

Mazmur 111:5-9


Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Gereja adalah cermin kasih karunia dan keadilan Allah, maka apa yang dikatakan sang nabi di sini khususnya berlaku bagi gereja. Ia tidak bertujuan membahas keadilan Allah secara umum, melainkan melainkan hanya yang ditunjukkan secara khusus untuk umat Allah. Perhatian Allah kepada umat-Nya sedemikian sehingga Ia menyediakan segala kebutuhan mereka dengan cukup. Yang Ia berikan pada umat-Nya adalah bagian yang besar dan dermawan. Bangsa Israel dijadikan kaya, bukan karena usaha mereka sendiri, melainkan oleh berkat Allah, yang seperti seorang bapak dari suatu keluarga, melimpahkan pada seisi rumah-Nya segala yang mereka perlukan. Di bagian selanjutnya ayat ini, disebutkan penyebab perhatian dan kebaikan-Nya, yaitu keinginan-Nya untuk menunjukkan dengan efektif, bahwa kovenan-Nya tidaklah kosong atau batal. Jika di masa lampau, dari kovenan-Nya yang penuh anugerah, Ia menyatakan kebaikan yang besar pada umat Israel, maka sekarang ini kebaikan yang kita terima dari-Nya berasal dari adopsi kita ke dalam keluarga-Nya. Allah tidak mengenal lelah dalam menunjukkan kebaikan pada umat-Nya, maka dikatakan ingatan akan kovenan-Nya tak akan pernah hilang. Lebih jauh lagi, karena Ia setiap hari dan dengan setia melimpahi kita dengan berkat-Nya, maka iman kita harus sesuai dengan itu: bukannya gagal, melainkan bertumbuh melampaui hidup dan mati.

Dalam Allah memberikan milik pusaka bangsa kafir pada umat-Nya, Ia menunjukkan kuasa karya-Nya. Kepemilikan akan tanah suci tidak diperoleh dengan kekuatan manusia, melainkan diberikan pada mereka oleh kuasa Ilahi, dan melalui banyak mujizat. Dengan itu Allah memberi kesaksian terbuka pada keturunan Abraham akan kuasa-Nya yang tanpa bandingan. Atas dasar inilah Ia meletakkan bangsa Israel sebagai tandingan bagi bangsa-bangsa lain. Mereka tidak akan pernah mengalahkan begitu banyak musuh, kecuali pertolongan dari surga menopang mereka.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Thursday, August 16, 2018

Mazmur 111:1-4


Besar perbuatan-perbuatan TUHAN. Sang nabi mengajar kita, mengapa begitu banyak orang buta di tengah-tengah terang yang melimpah, adalah karena hanya sedikit yang mengarahkan diri mereka untuk mempelajari karya Allah. Sang nabi mengatakan, bahwa keagungan karya Allah diketahui semua orang yang menginginkannya. Artinya tidak ada orang yang tidak menyadarinya, kecuali mereka yang dengan sengaja buta, atau lebih tepatnya, dengan kejahatan dan penghinaan memadamkan terang yang ditawarkan pada mereka. Kita harus memperhatikan bagimana kita dapat mengenal karya-karya-Nya. Selama orang beriman masih di dunia, pemahaman mereka lemah dan tumpul, sehingga mereka tidak dapat menembusi misteri, atau memahami tingginya karya Allah. Namun meski tidak dapat dipahami sepenuhnya, luasnya bijaksana, keadilan, kuasa, dan belas kasihan Allah, tetapi orang beriman memperoleh pengetahuan akan semua itu, sebanyak yang sepantasnya untuk mereka menyatakan kemuliaan Allah. Sepantasnyalah kita mulai mempelajari karya Allah dengan penghormatan, supaya kita bersukacita di dalamnya, meski bagi orang bukan pilihan itu hina.

Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya. Tuhan memperlengkapi kita dengan pertunjukkan kuasa dan kedaulatan dalam karya-Nya, bukan untuk mengisi benak kita dengan kengerian saja, namun Ia juga mempertunjukkan keadilan-Nya dengan cara yang mengundang dan menawan hati kita. Pujian bagi karya dan jalan Allah diperkenalkan, berseberangan dengan keributan dan kebohongan orang fasik, yang mereka usahakan sekuat-kuatnya untuk menggelapkan kemuliaan karya Allah.

Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan. Ia mengerjakan karya yang layak diingat, atau ketenaran yang akan berlanjut selamanya. Kita dipanggil untuk merenungkan keadilan-Nya, dan sekarang sang pemazmur merayakan kasih karunia dan belas kasihan Allah, terutama dalam kaitan dengan karya-Nya. Keadilan yang Ia tunjukkan dalam pemeliharaan dan perlindungan bagi umat-Nya, keluar dari anugerah-Nya bagi mereka.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Wednesday, August 15, 2018

Mazmur 110:4-7


"Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek." Ayat ini adalah bukti yang cukup bahwa pribadi yang dibicarakan di sini tidak lain dan tidak bukan adalah Kristus. Roh Kudus merujuk kepada hal yang spesifik dan khusus, yang membedakan dan memisahkan raja ini dari semua raja lain. Ini juga adalah gelar yang terkenal, yang dipakai Musa untuk menghormati Melkisedek (Kej. 14:18). Dahulu di antara bangsa-bangsa kafir raja-raja biasa menjabat sebagai imam, namun Melkisedek disebut sebagai “imam dari Allah yang maha tinggi.” Keimaman Kristus memiliki kepentingan yang besar, karena diteguhkan oleh sumpah Allah. Dan itulah titik balik yang padanya keselamatan kita bergantung. Kecuali kita bersandar pada Kristus sang Perantara kita, kita semua akan dicegah dari memasuki hadirat Allah. Juga dalam doa, tidak ada yang lebih dibutuhkan daripada keyakinan pasti pada Allah. Maka tidak saja Ia mengundang kita datang pada-Nya, tapi oleh sumpah Ia menetapkan pembela yang dimaksudkan untuk mendapatkan penerimaan bagi kita di mata-Nya. Orang-orang yang menutup pintu bagi diri mereka sendiri, bersalah karena memfitnah-Nya sebagai Allah yang bohong dan bersumpah palsu. Dengan jalan demikianlah sang Rasul berargumen mengenai pembatalan keimaman orang Lewi. Selama keimaman orang Lewi tetap ada, Allah tidak akan bersumpah mengenai keimaman yang baru kecuali ada perubahan yang telah dipikirkan. Terlebih lagi, Ia menjanjikan seorang imam baru, yang pastilah lebih tinggi daripada semua yang lain, dan membatalkan keimaman yang lama.

Dari sungai di tepi jalan ia minum. Daud menggambarkan kekuatan militer Kristus, dengan menyatakan bahwa Ia tidak akan mengambil waktu untuk menyegarkan diri-Nya, melainkan dengan cepat minum dari sungai yang dilewati. Maksudnya adalah memukul musuh-Nya dengan ketakutan, karena kehancuran mereka sedang bergerak maju dengan segera.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Tuesday, August 14, 2018

Mazmur 110:1-3


Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku.”
Raja-raja dunia dapat dikatakan duduk di sebelah kanan Allah, sejauh mereka memerintah oleh kewenangan-Nya. Namun di sini dibicarakan sesuatu yang lebih mulia, yaitu bahwa seorang raja dipilih secara khusus, dan ditinggikan ke kuasa dan wibawa tertinggi setelah Allah. Kehormatan demikian hanya bersinar samar-samar dalam Daud, sementara dalam Kristus terangnya demikian gemilang. Dan karena sisi kanan Allah berada jauh lebih tinggi dari segala malaikat, maka Ia yang duduk di sana ditinggikan di atas segala mahluk ciptaan. Pengumpamaan ini dipinjam dari kebiasaan raja-raja dunia, bahwa orang yang duduk di sebelah kanannya adalah orang tertinggi kedua setelahnya. Maka sang Anak, yang melalui-Nya sang Bapa memerintah dunia, ditampilkan penuh dengan kekuasaan tertinggi.

Sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu. Sang nabi menegaskan bahwa Kristus akan mengalahkan segala oposisi yang musuh-musuh-Nya dapat pakai untuk mengacaukan kerajaan-Nya dalam murka mereka yang menyala-nyala. Artinya kerajaan Kristus tidak akan menikmati ketenangan sampai Ia menaklukkan musuh-musuh-Nya yang banyak dan tangguh. Seandainya seluruh dunia menujukan rencana mereka untuk membalikkan takhta kerajaan Kristus, Daud menyatakan takhta itu tak goyang dan tak dapat digoyangkan, sementara semua yang bangkit melawan-Nya akan dihancurkan. Mari kita belajar, bahwa betapapun banyaknya musuh yang berkomplot melawan Anak Allah, dan berusaha menghancurkan kerajaan-Nya, semua itu tak ada gunanya. Mereka tak akan pernah bertahan melawan maksud Allah yang tak berubah. Sebaliknya, mereka akan dibuat tersungkur di kaki Kristus oleh kebesaran kuasa-Nya. Nubuat ini belum akan digenapi sampai pada hari terakhir, maka kerajaan Kristus akan diserang berbagai musuh dari waktu ke waktu sampai akhir dunia ini. Pada akhirnya dikatakan Engkau akan memerintah di antara musuhmu!  

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Monday, August 13, 2018

Mazmur 109:27-31


Supaya mereka tahu, bahwa tangan-Mulah ini, bahwa Engkaulah, ya TUHAN, yang telah melakukannya. Kata-kata ini dapat diartikan merujuk kepada kelepasan Daud dari para musuhnya, dan kepada penderitaannya. Daud ingin kelepasannya dilihat sebagai hasil kasih karunia Allah. Dengan menyatakan tangan Allah, bukannya nasib baik atau segala sarana manusia, jelaslah maksud Daud bahwa Allah diakui sebagai satu-satu penyebabnya. Hal ini patut kita perhatikan. Seberapapun kita rindu tangan Allah menolong kita, namun hampir tidak ada satu dari seratus orang yang bertujuan supaya kemuliaan Allah dinyatakan. Kita harus memiliki penghargaan yang lebih besar pada kemuliaan Allah daripada keamanan diri sendiri, karena kemuliaan-Nya jauh lebih luar biasa. Siapapun yang rindu supaya orang fasik diharuskan mengakui kuasa Allah, harus lebih memperhatikan pertolongan Allah yang ia sendiri alami. Tidaklah masuk akal menunjukkan tangan Allah pada orang lain, jika kita sendiri belum menyadarinya.

Aku hendak bersyukur sangat kepada TUHAN dengan mulutku. Daud menyatakan bahwa ia akan mengakui kebaikan Allah, bukan di tempat terpencil yang gelap, namun juga di tengah sidang raya bangsa itu, dan di antara para penguasa dan bangsawan. Dalam merayakan pujian Allah, tidak dapat diragukan lagi, pujian harus pertama-tama keluar dari hati sebelum diucapkan oleh mulut. Pada saat yang sama, jika mulut tidak bersatu dengan hati dalam pelaksanaannya, maka itu adalah tanda dari kedinginan dan tiadanya gairah. Mengapa Daud hanya menyebut mulut? Karena asumsi berikut, bahwa kecuali di hadapan Allah ada curahan dari hati, maka pujian yang hanya sampai kepada telinga itu sia-sia saja. Maka dari dasar jiwanya, Daud mencurahkan syukurnya sepenuh hati dalam bait penuh pujian. Hal ini ia lakukan dari motivasi yang seharusnya menggerakkan semua orang beriman – kerinduan untuk saling membangun. Jika tidak demikian, maka kita merampok kehormatan yang adalah milik Allah.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Sunday, August 12, 2018

Mazmur 109:21-26


Tetapi Engkau, ya ALLAH, Tuhanku, bertindaklah kepadaku oleh karena nama-Mu. Setelah sang Pemazmur mencari Allah pembela dan penolongnya, ia mendorong dirinya untuk berdoa. Sama seperti segala perenungan saleh yang melatih dan menguatkan iman orang percaya, mendorong mereka untuk memanggil nama Allah. Segala doa kita akan menghilang seperti asap, kecuali didasari belas kasihan Allah. Contoh Kristus bersifat unik, karena oleh keadilan-Nyalah Ia memuaskan murka Allah terhadap kita. Namun natur manusia-Nya sepenuhnya bergantung pada kehendak Allah, maka Ia berkehendak membawa kita kepada sumber yang sama oleh teladan-Nya. Apa yang dapat kita lakukan, jika yang paling benar di antara kita harus mengakui dosanya, pastilah kita tak akan pernah membuat Allah berhutang pada kita? Maka, jika Allah melindungi kita, itu adalah karena kebaikan natur-Nya; dan karena Ia ingin karunia-Nya bersinar dalam kita, oleh kebaikan anugerah-Nya. Ketika datang pada Allah, kita harus mengingat, kita harus memiliki kesaksian dari hati nurani yang baik, dan waspada, supaya jangan kita mengira ada kebenaran dalam kita yang membuat Allah berhutang pada kita, atau bahwa kita layak menerima upah dari tangan-Nya. Jika dalam memelihara hidup yang singkat dan rapuh ini, Allah menyatakan kemuliaan nama-Nya dan kebaikan-Nya, betapa lebih lagi kepercayaan kita pada perbuatan baik kita harus dikesampingkan, ketika hal yang dibicarakan adalah hidup surgawi dan kekal? Jika nama-Nya dimuliakan dalam memperpanjang hidup kita sementara di bumi ini, dengan menyatakan kebaikan dan kemurahan hati-Nya; maka setelah Ia melepaskanku dari tirani setan, mengadopsiku ke dalam keluarga-Nya, membersihkan ketidakmurnianku dalam darah Kristus, melahirbarukanku oleh Roh Kudus-Nya, mempersatukanku dengan Putra-Nya, dan memimpinku pada hidup surgawi – maka semakin murah hati Ia memperlakukanku, semakin kecil kecenderunganku mencuri pujian milik-Nya untuk diriku.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Saturday, August 11, 2018

Mazmur 110:1-3


Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku.” Raja-raja dunia dapat dikatakan duduk di sebelah kanan Allah, sejauh mereka memerintah oleh kewenangan-Nya. Namun di sini dibicarakan sesuatu yang lebih mulia, yaitu bahwa seorang raja dipilih secara khusus, dan ditinggikan ke kuasa dan wibawa tertinggi setelah Allah. Kehormatan demikian hanya bersinar samar-samar dalam Daud, sementara dalam Kristus terangnya demikian gemilang. Dan karena sisi kanan Allah berada jauh lebih tinggi dari segala malaikat, maka Ia yang duduk di sana ditinggikan di atas segala mahluk ciptaan. Pengumpamaan ini dipinjam dari kebiasaan raja-raja dunia, bahwa orang yang duduk di sebelah kanannya adalah orang tertinggi kedua setelahnya. Maka sang Anak, yang melalui-Nya sang Bapa memerintah dunia, ditampilkan penuh dengan kekuasaan tertinggi.

Sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu. Sang nabi menegaskan bahwa Kristus akan mengalahkan segala oposisi yang musuh-musuh-Nya dapat pakai untuk mengacaukan kerajaan-Nya dalam murka mereka yang menyala-nyala. Artinya kerajaan Kristus tidak akan menikmati ketenangan sampai Ia menaklukkan musuh-musuh-Nya yang banyak dan tangguh. Seandainya seluruh dunia menujukan rencana mereka untuk membalikkan takhta kerajaan Kristus, Daud menyatakan takhta itu tak goyang dan tak dapat digoyangkan, sementara semua yang bangkit melawan-Nya akan dihancurkan. Mari kita belajar, bahwa betapapun banyaknya musuh yang berkomplot melawan Anak Allah, dan berusaha menghancurkan kerajaan-Nya, semua itu tak ada gunanya. Mereka tak akan pernah bertahan melawan maksud Allah yang tak berubah. Sebaliknya, mereka akan dibuat tersungkur di kaki Kristus oleh kebesaran kuasa-Nya. Nubuat ini belum akan digenapi sampai pada hari terakhir, maka kerajaan Kristus akan diserang berbagai musuh dari waktu ke waktu sampai akhir dunia ini. Pada akhirnya dikatakan Engkau akan memerintah di antara musuhmu!  

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Friday, August 10, 2018

Mazmur 109:27-31


Supaya mereka tahu, bahwa tangan-Mulah ini, bahwa Engkaulah, ya TUHAN, yang telah melakukannya. Kata-kata ini dapat diartikan merujuk kepada kelepasan Daud dari para musuhnya, dan kepada penderitaannya. Daud ingin kelepasannya dilihat sebagai hasil kasih karunia Allah. Dengan menyatakan tangan Allah, bukannya nasib baik atau segala sarana manusia, jelaslah maksud Daud bahwa Allah diakui sebagai satu-satu penyebabnya. Hal ini patut kita perhatikan. Seberapapun kita rindu tangan Allah menolong kita, namun hampir tidak ada satu dari seratus orang yang bertujuan supaya kemuliaan Allah dinyatakan. Kita harus memiliki penghargaan yang lebih besar pada kemuliaan Allah daripada keamanan diri sendiri, karena kemuliaan-Nya jauh lebih luar biasa. Siapapun yang rindu supaya orang fasik diharuskan mengakui kuasa Allah, harus lebih memperhatikan pertolongan Allah yang ia sendiri alami. Tidaklah masuk akal menunjukkan tangan Allah pada orang lain, jika kita sendiri belum menyadarinya.

Aku hendak bersyukur sangat kepada TUHAN dengan mulutku. Daud menyatakan bahwa ia akan mengakui kebaikan Allah, bukan di tempat terpencil yang gelap, namun juga di tengah sidang raya bangsa itu, dan di antara para penguasa dan bangsawan. Dalam merayakan pujian Allah, tidak dapat diragukan lagi, pujian harus pertama-tama keluar dari hati sebelum diucapkan oleh mulut. Pada saat yang sama, jika mulut tidak bersatu dengan hati dalam pelaksanaannya, maka itu adalah tanda dari kedinginan dan tiadanya gairah. Mengapa Daud hanya menyebut mulut? Karena asumsi berikut, bahwa kecuali di hadapan Allah ada curahan dari hati, maka pujian yang hanya sampai kepada telinga itu sia-sia saja. Maka dari dasar jiwanya, Daud mencurahkan syukurnya sepenuh hati dalam bait penuh pujian. Hal ini ia lakukan dari motivasi yang seharusnya menggerakkan semua orang beriman – kerinduan untuk saling membangun. Jika tidak demikian, maka kita merampok kehormatan yang adalah milik Allah.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Thursday, August 9, 2018

Mazmur 109:21-26


Tetapi Engkau, ya ALLAH, Tuhanku, bertindaklah kepadaku oleh karena nama-Mu. Setelah sang Pemazmur mencari Allah pembela dan penolongnya, ia mendorong dirinya untuk berdoa. Sama seperti segala perenungan saleh yang melatih dan menguatkan iman orang percaya, mendorong mereka untuk memanggil nama Allah. Segala doa kita akan menghilang seperti asap, kecuali didasari belas kasihan Allah. Contoh Kristus bersifat unik, karena oleh keadilan-Nyalah Ia memuaskan murka Allah terhadap kita. Namun natur manusia-Nya sepenuhnya bergantung pada kehendak Allah, maka Ia berkehendak membawa kita kepada sumber yang sama oleh teladan-Nya. Apa yang dapat kita lakukan, jika yang paling benar di antara kita harus mengakui dosanya, pastilah kita tak akan pernah membuat Allah berhutang pada kita? Maka, jika Allah melindungi kita, itu adalah karena kebaikan natur-Nya; dan karena Ia ingin karunia-Nya bersinar dalam kita, oleh kebaikan anugerah-Nya. Ketika datang pada Allah, kita harus mengingat, kita harus memiliki kesaksian dari hati nurani yang baik, dan waspada, supaya jangan kita mengira ada kebenaran dalam kita yang membuat Allah berhutang pada kita, atau bahwa kita layak menerima upah dari tangan-Nya. Jika dalam memelihara hidup yang singkat dan rapuh ini, Allah menyatakan kemuliaan nama-Nya dan kebaikan-Nya, betapa lebih lagi kepercayaan kita pada perbuatan baik kita harus dikesampingkan, ketika hal yang dibicarakan adalah hidup surgawi dan kekal? Jika nama-Nya dimuliakan dalam memperpanjang hidup kita sementara di bumi ini, dengan menyatakan kebaikan dan kemurahan hati-Nya; maka setelah Ia melepaskanku dari tirani setan, mengadopsiku ke dalam keluarga-Nya, membersihkan ketidakmurnianku dalam darah Kristus, melahirbarukanku oleh Roh Kudus-Nya, mempersatukanku dengan Putra-Nya, dan memimpinku pada hidup surgawi – maka semakin murah hati Ia memperlakukanku, semakin kecil kecenderunganku mencuri pujian milik-Nya untuk diriku.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Wednesday, August 8, 2018

Mazmur 109:1-20


Biarlah kesalahan nenek moyangnya diingat-ingat di hadapan TUHAN, dan janganlah dihapuskan dosa ibunya. Kehancuran yang diserukan sang nabi terhadap keluarga orang fasik demikian luas, sampai Allah menghukum keturunan mereka. Ia meminta supaya Allah ingat kepada dosa ayah dan ibunya, supaya penghakimannya lengkap. Prinsip ini sesuai dengan doktrin Alkitab yang diterima luas. Oleh kovenan-Nya, yang berlaku sampai seribu keturunan, Allah melanjutkan belas kasihan-Nya pada anak cucu. Namun Ia juga menghukum dosa sampai keturunan ketiga dan keempat. Ia tidak mencampurkan orang tak bersalah dengan orang fasik tanpa pembedaan. Melainkan dengan Ia menahan anugerah dan iluminasi Roh-Nya dari orang bukan pilihan, Ia menyiapkan benda-benda kemurkaan, sebelum kelahiran mereka (Rm. 9:21). Bagi akal sehat umat manusia, pemikiran akan murka demikian sangat mengerikan. Namun kita harus ingat, jika kita berusaha mengukur penghakiman Allah yang rahasia oleh pikiran kita yang terbatas, kita bersalah pada-Nya. Jika kita takut pada ancaman demikian, marilah kita menjadikannya sarana yang memenuhi kita dengan rasa hormat dan takut pada Allah. Rujukan pada Yeh. 18:20, “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya;” dari kata-kata ini kita tahu Ia membuktikan tuduhan bangsa Israel tidak berdasar. Bangsa itu membual bahwa mereka tidak bersalah, dan mengira mereka dihukum secara tidak adil. Namun ketika Allah melanjutkan hukuman-Nya dari bapa ke anak, tidak ada ruang bagi tuduhan atau keluhan, karena mereka semua sama bersalahnya. Pembalasan terjadi ketika Allah menarik kembali Roh-Nya, baik dari bapa atau anak, dan menyerahkan mereka pada setan. Yang Daud mohon adalah dinyatakannya penghukuman Allah, supaya seluruh dunia mengenali keadilan-Nya sebagai hakim.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Tuesday, August 7, 2018

Mazmur 108


Allah telah berfirman di tempat kudus-Nya. Daud telah merujuk kepada bukti-bukti yang dapat diamati segala bangsa. Dari semua bukti itu mereka dapat dengan mudah melihat, bahwa Allah menyatakan perkenanan-Nya dengan cara yang baru, dan tidak ada pendahulunya selama bertahun-tahun. Ia telah membangkitkan bangsa itu dari tekanan berat kepada kemakmuran, dan mengubah jalannya perkara sedemikian, sehingga kemenangan mengikuti kemenangan dengan segera. Sekarang ia mengarahkan perhatian mereka pada hal yang lebih penting, janji Allah – fakta bahwa Allah telah menyatakan semua itu dari mulut-Nya sendiri. Betapa banyaknya dan menyoloknya pun pernyataan praktis yang kita terima akan perkenanan Allah, kita tidak pernah mengenalinya, kecuali dalam kaitan dengan janji yang sebelumnya dinyatakan. Daud mengatakan bahwa Allah telah berfirman dalam kekudusan-Nya, seraya merujuk kepada fakta bahwa kebenaran dari nubuatan itu telah dikonfirmasi, dan kegenapan janji itu mengatasi segala keraguan dengan banyaknya jumlah bukti praktis. Benar bahwa ia telah memperoleh banyak kemenangan, dan kemenangan itu telah menguatkan hatinya; tetapi kesaksian semacam ini tidak memberi kepuasan seperti janji Allah. Hal ini sesuai dengan pengalaman umat Allah. Meskipun mereka pasti dihibur oleh segala ekspresi kebaikan Allah, namun iman harus selalu berada di tempat paling atas – iman sebagai yang mengalahkan sengsara terbesar mereka, dan membangkitkan mereka kepada kebahagiaan yang bukan dari dunia ini, bahkan ketika mereka mati. Daud tidak bersukacita sendirian. Ia memasukkan semua orang yang takut pada Allah dalam kerajaan itu. Dan ia melanjukan dengan inti nubuatan tersebut, dengan cara yang menunjukkan betapa ia teguh percaya padanya: ia membicarakannya sebagai sesuatu yang tidak memberi ruang bagi keraguan sedikitpun, dan bermegah bahwa ia akan mengerjakan apa yang Allah telah janjikan.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Monday, August 6, 2018

Mazmur 107:42-43


Orang-orang benar melihatnya, lalu bersukacita. Bagaimanapun orang fasik dipaksa untuk menyadari Allah adalah penguasa tertinggi alam semesta, mereka melihat namun tidak melihat, dan tidak mendapatkan apa-apa dari yang mereka lihat, kecuali bahwa tindakan mereka menjadi lebih tidak dapat dimaafkan. Orang benar, di lain pihak, tidak hanya sanggup membuat penilaian yang baik dan benar akan peristiwa-peristiwa ini, tetapi mereka juga dengan spontan membuka mata mereka untuk merenungkan keadilan, kebaikan, dan hikmat Allah. segala pemandangan dan pengetahuan itu menyegarkan mereka. Sukacita yang mereka alami dari hal ini adalah tanda, bahwa perhatian mereka pada hal ini adalah luapan spontan hati mereka.

Siapakah yang mempunyai hikmat? Biarlah ia berpegang pada semuanya ini, dan memperhatikan segala kemurahan TUHAN. Kita diberitahu, bahwa manusia mulai menjadi bijaksana, ketika manusia mengarahkan segala perhatian mereka pada perenungan karya Allah, dan semua yang tidak melakukannya adalah orang bodoh. Seberapa kerasnya mereka membanggakan ketajaman dan kecerdikan mereka yang tinggi, semuanya tidak ada gunanya, selama mereka menutup mata terhadap cahaya yang ditampilkan pada mereka. Pemazmur menggunakan bentuk pertanyaan dalam ayat ini, untuk merujuk kepada keyakinan salah yang merajalela di bumi, waktu orang yang paling berani menghina surga menganggap dirinya orang paling berhikmat. Semua yang tidak mengamati providensia Allah, akan dinyatakan sebagai orang bodoh semata. Peringatan ini semakin penting, karena para filsuf yang terbesar begitu merusak, dengan mendedikasikan talenta mereka untuk menutupi dan mengaburkan providensia Allah. Mereka mengabaikan tindakan-Nya sepenuhnya, dan memperhitungkan segala sesuatu hanya dari penyebab sekunder.

Dengan kata memperhatikan, ia memberitahu kita, bahwa sekedar melihat karya-karya Allah tidak cukup. Karya-karya itu harus direnungkan supaya pengetahuan akan mereka dapat dicerna dengan sungguh dan dengan dewasa. Maka, supaya karya Allah diukirkan dalam hati kita, kita harus merenungkannya dengan penuh perhatian dan dengan konstan.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Sunday, August 5, 2018

Mazmur 107:20-41


Disampaikan-Nya firman-Nya dan disembuhkan-Nya mereka, diluputkan-Nya mereka dari liang kubur. Sang nabi menunjukkan bahwa penyakit-penyakit tersebut, di mata manusia, tidak dapat disembuhkan, dan yang hanya sedikit saja yang berhasil bertahan hidup melaluinya. Selain itu, ia mengontraskan pertolongan Allah dengan segala pengobatan yang manusia bisa berikan. Jika penyakit mereka membingungkan tabib di bumi, maka kesembuhan mereka sepenuhnya disebabkan kuasa Allah. Perlu diperhatikan juga, bagaimana mereka disembuhkan. Allah hanya perlu menghendakinya, atau mengatakan Firman-Nya, maka segala penyakit, dan bahkan kematian itu sendiri, diusir. Saya tidak menganggap hal ini hanya diberikan khusus pada orang percaya, seperti banyak penafsir. Memang sedikit saja gunanya perawatan tubuh, jika jiwa kita tetap tidak dibersihkan Firman Allah. Maksud sang nabi adalah supaya kita memperhatikan, bahwa belas kasihan Allah menjangkau sampai orang jahat dan tak tahu bersyukur. Maka arti bagian ini, adalah, bahwa penyakit tidak datang kepada kita secara kebetulan, atau dianggap hanya disebabkan oleh hal-hal alamiah, melainkan harus dipandang sebagai utusan Allah yang melaksanakan perintah-Nya. Kita harus percaya bahwa pribadi yang sama yang mengirim mereka dapat menarik mereka kembali, hanya dengan perkataan-Nya. Setelah kita sekarang mengerti maksud bagian ini, kita perlu memperhatikan analogi di dalamnya. Penyakit tubuh tidak disembuhkan kecuali oleh  Firman atau perintah Allah, apalagi jiwa manusia dipulihkan kepada hidup rohani, kecuali Firman Allah ditemui oleh iman.

Dibuat-Nya tanah kering menjadi pancaran-pancaran air. Di sini dicatat perubahan-perubahan, yang jika dianggap kebetulan merupakan suatu kebodohan yang besar. Tanah yang subur menjadi tak subur, dan tanah kering mendapat kesegaran dan kesuburan. Namun tidak cukup hanya memperhatikan, bahwa revolusi ajaib di permukaan bumi adalah hasil dari rencana Allah yang berdaulat, kecuali kita juga memperhatikan, kedua, apa yang tidak dihilangkan oleh sang nabi, yaitu bumi dikutuk oleh-Nya karena kejahatan para penduduknya, yang tidak layak menerima pemeliharaan oleh tangan-Nya yang penuh belas kasihan.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Saturday, August 4, 2018

Mazmur 107:1-19


Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan-Nya mereka dari kecemasan mereka. Orang-orang yang mengembara di padang gurun sering diserang kelaparan dan kehausan karena tidak menemukan tempat untuk tinggal. Ketika segala harapan pupus, mereka berseru kepada Allah. Tidak sedikit orang yang pengharapannya bukan berpusat pada Allah, tetapi terpaksa, oleh suatu kecenderungan dalam batin mereka, untuk datang pada-Nya ketika dalam keadaan terdesak. Dan inilah rencana yang Allah kadang-kadang laksanakan, untuk memperoleh pengakuan bahwa pertolongan hanya dapat ditemukan dalam Ia saja. Bahkan orang fasik yang meremehkan nama-Nya ketika mereka hidup berkelimpahan, Ia buat memanggil-Nya. Adalah biasa bagi orang kafir segala jaman yang menganggap agama itu dongeng belaka, untuk meminta tolong pada Allah jika keadaan mendesak. Apakah mereka melakukan itu sebagai lelucon? Sama sekali tidak. Sebuah insting natural yang tersembunyi membuat mereka menghormati nama Allah, yang sebelumnya mereka anggap rendah. Di sini Roh Allah menceritakan apa yang sering terjadi, yaitu orang-orang tanpa kesalehan dan iman, dan yang tidak ingin berurusan apapun dengan Allah, jika diletakkan dalam situasi berbahaya, akan didorong oleh sebuah insting natural, dan tanpa pengertian yang tepat tentang tindakan mereka, untuk memanggil nama Allah. Mereka hanya melakukan hal tersebut dalam situasi yang tanpa pengharapan. Maka pengakuan yang mereka buat dalam ketidakberdayaan mereka adalah bukti kebebalan mereka, yang mengabaikan-Nya dalam masa damai dan tentram. Mereka begitu dimabukkan kemakmuran mereka. Dan meski benih kesalehan sudah ditanam dalam hati mereka, namun mereka tidak pernah bermimpi untuk mempelajari hikmat, kecuali jika situasi mendesak. Artinya belajar hikmat, mengakui ada Allah di surga yang mengatur segala peristiwa.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Friday, August 3, 2018

Mazmur 106:43-48


Banyak kali dilepaskan-Nya mereka, tetapi mereka bersikap memberontak dengan rencana-rencana mereka, tenggelam dalam kesalahan mereka. Kejahatan orang-orang nyata dalam hal ini, bahwa hukuman berat dari Allah tidak menghasilkan pertobatan mereka. Di lain pihak, sang nabi menyimpulkan kekerasan hati mereka dari fakta, bahwa segala berkat yang mereka terima dari Allah tidak menghasilkan ketaatan. Memang mereka mengerang di bawah beban mereka, ketika mereka menderita. Tapi ketika Allah bukan saja meringankan hukuman mereka, tapi bahkan memberikan kelepasan yang ajaib, bukankah pemberontakan mereka tidak dapat dimaafkan? Kita harus ingat bahwa inilah cerminan seluruh umat manusia. Jika Allah memperlakukan para anak manusia seperti Ia memperlakukan bangsa Israel, betapa sedikitnya orang yang tidak seperti orang Israel. Jika Ia merendahkan kita oleh kekerasan pukulan-Nya, atau meluluhkan kita dengan kebaikan-Nya, efeknya sementara saja. Meski Ia mendatangkan koreksi demi koreksi pada kita, namun segera saja kita kembali pada kebiasaan jahat kita. Kebebalan orang Israel tidak dapat diterima. Meski Allah menolong mereka dengan banyak cara yang luar biasa, tetapi mereka tidak bertobat dari pelanggaran mereka.

Selain itu, kita diberitahu, bahwa meski mereka sangat pantas menerima pukulan, tetapi keluhan mereka diperhatikan Allah. Mereka belajar, bahwa Allah dalam kebaikan-Nya yang tidak lelah-lelahnya, tidak berhenti bergumul dengan mereka karena hati mereka yang jahat.
Betapa besarnya belas kasihan demikian, yang mau mendengar jeritan orang-orang yang seperti tuli pada pengajaran-Nya yang penuh hikmat, dan yang tidak memperdulikan segala peringatan dan ancaman-Nya! Setelah segala kesabaran ini, hati mereka yang jahat tetap tidak berubah.

Article by John Calvin
Translation by
Tirza Rachmadi

Thursday, August 2, 2018

Mazmur 106:37-42


Mereka mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kepada roh-roh jahat. Sang nabi di sini menyebutkan satu jenis takhayul yang mendemonstrasikan kebutaan bangsa itu; ketidaksungkanan mereka untuk mengorbankan anak-anak laki dan perempuan mereka pada setan. Ia bermaksud untuk menunjukkan betapa layak dibencinya hal demikian, dengan menyebutkan kejijikan dosa bangsa itu. Dari sini kita belajar, bahwa kegiatan tanpa dasar kebenaran adalah alasan yang lemah untuk membela tindakan devosi manapun. Seberapa besar orang Yahudi berada di bawah kegiatan yang menyala-nyala, demikian besarlah sang nabi menghakimi mereka, karena kegilaan mereka menghanyutkan sampai tidak menyayangkan keturunan mereka sendiri. Jika sekadar niat baik cukup untuk memperoleh pujian, seperti disangka para penyembah berhala, maka membuang kasih sayang alamiah untuk mengorbankan anak sendiri pantas mendapatkan pujian tertinggi. Tetapi ketika orang-orang bertindak berdasarkan pemikiran dan perasaan sendiri, semakin banyak yang mereka kerjakan, semakin besar kesalahan mereka.

Mereka menumpahkan darah orang yang tak bersalah. Jika ada yang keberatan karena Abraham dipuji karena tidak menyayangkan anaknya sendiri, jawabannya jelas. Ia melakukan hal tersebut dalam ketaatan pada perintah Allah, sehingga segala jejak ketidakmanusiaan dihapuskan oleh kemurnian iman. Ketaatan lebih baik daripada korban (1 Sam. 15:22), maka inilah aturan terbaik untuk moralitas dan agama. Adalah penyataan murka Allah yang mengerikan, ketika bangsa kafir yang percaya takhayul, dibiarkan dengan pemikiran mereka sendiri, menjadi keras dalam tindakan kejam yang mengerikan. Ketika martir membahayakan nyawa mereka untuk membela kebenaran, wangi-wangian korban tersebut menyenangkan Allah. Tetapi ketika dua orang Romawi, oleh nama Decii, mendedikasikan diri mereka untuk mati, hal ini adalah ketidaksalehan yang besar. Tepatlah jika sang nabi mengajukan kesalahan bangsa tersebut dengan fakta, bahwa selain cara mereka menyembah Allah salah, mereka menambahkan kekejaman yang berlebihan padanya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Wednesday, August 1, 2018

Mazmur 106:35-36


Tetapi mereka bercampur baur dengan bangsa-bangsa, dan belajar cara-cara mereka. Pemazmur menggambarkan efek dari kemanusiaan yang bodoh, yaitu mereka dikotori oleh kecemaran bangsa-bangsa yang mereka sayangkan. Jika saja mereka tinggal sendirian di tanah Kanaan, akan lebih mudah bagi mereka untuk mempertahankan ibadah yang sejati pada Allah. Mereka tergoda oleh pengaruh tetangga semacam itu, sehingga tidak aneh, mereka segera menyeleweng dari jejak langkah para bapa mereka, sebab kita lebih condong mengikuti apa yang buruk daripada yang baik. Dan sekarang sang Pemazmur bicara mengenai keturunan orang-orang yang telah sangat sering membangkitkan murka Allah di padang gurun, dan sang Pemazmur menyatakan, ketidakpercayaan, pemberontakan, dan tidak tahu terima kasih yang sama, semuanya penuh dalam generasi berikutnya, sehingga mereka tidak lebih baik daripada para bapa mereka.

Dengan bercampur baur dengan orang kafir, mereka terang-terangan menolak kasih setia Allah yang membedakan mereka, Allah yang mengangkat mereka sebagai anak-anak-Nya dengan syarat yang jelas, bahwa mereka harus dipisahkan dari bangsa-bangsa cemar tersebut. Maka dalam perkawanan mereka yang tidak memilah-milah, kovenan kudus Allah dianggap sepi. Ketika sang Pemazmur menambahkan, bahwa mereka belajar cara-cara mereka, ia memperingatkan kita, tidak ada yang lebih berbahaya daripada berkawan dengan orang yang tidak takut pada Allah. Karena kita lebih mudah mengikuti kejahatan daripada kebajikan, pastilah semakin banyak kita berdialog dengan kecemaran, semakin luas kecemaran menyebar. Dalam situasi demikian, diperlukan ketelitian dan kewaspadaan yang paling tinggi, supaya jangan orang jahat yang kita temui, menularkan moral mereka pada kita. Terutama di mana ada bahaya penyembahan berhala, yang terhadapnya kita semua lemah. Apa lagi efeknya pada kita ketika orang lain mendorong kita berdosa, kalau bukan kita menambah dosa demi dosa? Maka sang nabi menyatakan, orang Yahudi sudah demikian terpengaruh pengajaran bangsa kafir sehingga mereka melaksanakan ritual penyembahan berhala mereka. Ia menambahkan bahwa hal ini menjadi perangkap (atau kehancuran) bagi mereka, supaya lebih jelas nampak keterikatan mereka yang keras kepala pada kebodohan mereka, dan penghinaan mereka pada disiplin dari Allah.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi