Saturday, June 30, 2018

Mazmur 102:1-4


TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu. Kesungguhan sang Pemazmur menunjukkan, bahwa kata-kata ini dituliskan bukan untuk diucapkan oleh orang-orang yang sembarangan dan dengan enteng. Hal itu akan menjadi penghinaan terhadap Allah. Orang-orang Yahudi yang menjadi tawanan bersaksi mengenai tekanan yang berat dan menyiksa yang mereka tanggung, dan kerinduan yang menyala-nyala untuk segera mendapatkan keringanan. Tidak ada orang yang dapat mengutarakan kata-kata ini tanpa menghina nama Allah, kecuali jika ia memiliki afeksi hati yang tulus dan sungguh. Kita perlu memperhatikan situasi yang dirujuk, supaya kita digerakkan oleh Roh Kudus untuk tugas doa bagi kesejahteraan seluruh Gereja. Kita perlu didorong lebih lagi, setelah melihat sang nabi berusaha dengan sekumpulan kata-kata untuk mengoreksi dingin dan malasnya kita. Hati harus menggerakkan dan mengarahkan lidah kepada doa; namun karena hati sering bekerja dengan lamban, hati harus ditolong oleh lidah. Di satu sisi, hati harus mendahului kata-kata dan membentuknya, di sisi lain, lidah menolong membereskan kedinginan dan kelambanan hati. Orang percaya sejati dapat berdoa, tidak hanya dengan sungguh, tapi juga dengan menyala-nyala, sementara tidak mengeluarkan satu pun kata dari mulut. Tetapi tidak diragukan lagi, teriakan maksudnya kekuatan yang keluar dari tekanan kedukaan.

Pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku! Ketika Allah mengijinkan kita untuk membukakan kelemahan-kelemahan kita padanya tanpa batas, dan dengan sabar menanggung kebodohan kita, Ia memperlakukan kita dengan kelemahlembutan yang besar. Mengeluarkan keluh kesah kita di hadapan-Nya seperti yang dilakukan anak-anak kecil pasti dianggap tidak hormat, jika bukan Allah yang berkenan memberikan kebebasan demikian pada kita.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Friday, June 29, 2018

Mazmur 101


Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan di negeri, supaya mereka diam bersama-sama dengan aku. Daud menyebutkan kebajikan dari pangeran yang bijaksana, bahwa ia akan memperhatikan supaya semua orang-orang yang setiawan menjadi kawan karibnya. Ia akan menempatkan orang-orang tersebut dalam jabatan yang baik, dan memiliki para hamba yang istimewa karena nilai-nilai pribadi mereka. Ia akan bertindak dengan kebijakan dan perhatian, sehingga tidak menerima sembarang orang melayaninya, melainkan ia dengan hikmat menilai karakter tiap orang, supaya orang-orang yang hidup berintegritas menjadi kawan akrabnya, dan ia mempercayakan jabatan pemerintahan pada mereka. Ia berbicara mengenai orang yang setiawan karena meski seseorang memiliki talenta yang luar biasa, tetapi jika para bawahannya tidak memiliki karakter yang sama, maka para warga kerajaan tidak mendapat manfaat apa-apa dari integritasnya yang tak bercela. Para bawahan adalah tangan-tangan sang pangeran, dan apapun yang ia tetapkan untuk kebaikan warganya akan dibalikkan, jika mereka serakah, penipu, atau rakus. Pengalaman sering sekali menunjukkan hal ini. Kebanyakan raja melewati orang yang baik dan lurus, atau yang lebih parah lagi, mereka menjauhkan orang-orang itu, dengan sengaja mencari bawahan yang sama seperti mereka, dan yang dapat dijadikan alat tirani mereka. Bahkan para penguasa yang baik sering menunjukkan kemalasan dan ketidakteguhan sehingga mereka dibimbing oleh penasihat yang paling buruk, dan melacurkan jabatan pemerintahan dengan memberikan jabatan pada orang yang tak layak.

Orang yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumahku. Tidak mungkin orang yang tidak mengatur rumahnya sendiri dengan baik, dapat memegang pemerintahan seluruh kerajaan. Kewenangan yang tidak punya pengaruh dalam rumah tangganya, berharga sedikit dalam urusan negara.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Thursday, June 28, 2018

Mazmur 100:3-5


Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah. Dialah yang menjadikan kita. Bahwa Tuhan menjadikan kita adalah kebenaran yang diakui secara umum. Tetapi tanpa merujuk pada ketidakbersyukuran yang begitu biasa di antara manusia, hampir tidak ada satu di antara seratus orang yang mengakui dengan serius, bahwa ia mendapat keberadaannya dari Allah. Mereka tidak menyangkal, bahwa mereka diciptakan dari tidak ada. Tetapi setiap orang membuat ilah dari dirinya sendiri, dan menyembah dirinya sendiri, ketika ia menganggap apa yang Allah nyatakan sebagai milik-Nya sendiri, sebagai hasil kekuatannya. Harus diingat bahwa sang nabi bukan membicarakan penciptaan secara umum, melainkan regenerasi spiritual , yang olehnya Allah menciptakan baru gambar rupa-Nya dalam orang pilihan. Orang-orang percaya adalah orang yang dinyatakan sebagai karya tangan Allah. Bukan dalam pengertian mereka dibuat menjadi manusia dalam rahim ibu mereka, melainkan seperti Paulus dalam Ef. 2:10 menyebut mereka buatan Allah, sebab mereka diciptakan bagi pekerjaan baik yang Allah telah tetapkan sebelumnya, untuk mereka berjalan di dalamnya. Hal ini harmonis dengan konteks berikutnya. Ketika dikatakan, Kita adalah umat dan kawanan domba gembalaan-Nya, ia merujuk kepada anugerah khusus yang membuat Allah memisahkan anak-anak-Nya untuk milik pusaka-Nya, supaya Ia memelihara mereka di bawah naungan sayap-Nya. Hak ini lebih istimewa daripada sekedar dilahirkan sebagai manusia. Jika ada orang yang berbangga karena ia telah menjadi manusia baru dari kesanggupannya sendiri, siapakah yang tidak akan jijik akan usaha perampokan kemuliaan Allah ini? Kelahiran spiritual ini juga bukan berasal dari orang tua kita, seakan-akan oleh kekuatan mereka, kita dilahirkan, sebab apa yang dapat dihasilkan benih yang rusak? Tapi kebanyakan manusia tidak sungkan mengambil pujian tentang kelahiran spiritual untuk diri mereka. Itu yang dibicarakan pengkhotbah mengenai kehendak bebas, bahwa oleh usaha kita sendiri, dari anak-anak Adam, kita telah menjadi anak-anak Allah. Sebagai lawannya, sang nabi menyebut kita umat Allah, memberitahukan kita bahwa oleh perkenanan kehendak-Nyalah kita dilahirbarukan. Dan dengan sebutan kawanan domba gembalaan-Nya, kita diberitahu, bahwa oleh anugerah yang sama, yang telah diberikan pada kita, kita akan terus aman dan tak kekurangan sampai pada akhirnya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Wednesday, June 27, 2018

Mazmur 100:1-2


Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Sang nabi memerintahkan untuk beribadah kepada Allah dengan kegirangan. Kebaikan-Nya pada umat-Nya demikian besar, sehingga melengkapi mereka dengan dasar yang berlimpah-limpah untuk bersukacita. Hal ini lebih jelas di ayat ketiga, di mana diantisipasi kesombongan orang-orang yang telah memberontak dari Allah yang sejati. Entah mereka membuat banyak ilah bagi diri mereka sendiri, atau mereka membuat banyak bentuk ibadah untuk menyembah mereka. Jumlah ilah-ilah yang banyak ini menghancurkan pengenalan sejati akan Allah yang esa, dan mengotori kemuliaan-Nya. Maka sang nabi dengan tepat memanggil semua manusia untuk memikirkan tentang diri mereka, dan berhenti merampok kehormatan Allah. Pada saat yang sama ia juga melawan kebodohan mereka yang tidak puas dengan satu Allah, sehingga mereka mengkhayalkan hal yang sia-sia. Seberapa besarpun mereka terikat untuk mengaku dengan mulut bahwa ada satu Allah, Pencipta langit dan bumi, namun mereka senantiasa mencuri kemuliaan-Nya. Dalam pengertian seperti inilah Allah, sejauh mereka sanggup, dikatakan dijadikan tidak ada. Adalah hal yang paling sulit untuk mempertahankan manusia melaksanakan ibadah yang murni pada Allah, sang nabi memanggil kembali dunia dari kebiasaannya yang sia-sia, dan memerintahkan mereka untuk mengakui Allah sebagai Allah. Kita perlu memperhatikan definisi singkat dari pengenalan akan Allah, yaitu kemuliaan-Nya dijaga, dan tidak ada ilah lain sebagai saingan, yang mengaburkan kemuliaan nama-Nya. Dalam sistem kepausan, nama Allah tetap dijaga, tetapi kemuliaan-Nya tidak dirangkum dalam huruf-huruf nama tersebut. Ia tidak diakui sebagai Allah. Maka ketahuilah, ibadah yang sejati bagi Allah tidak bisa dijaga utuh, kecuali perusakkan kemuliaan-Nya dan takhayul-takhayul dikoreksi.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Tuesday, June 26, 2018

Mazmur 99


Tinggikanlah TUHAN, Allah kita, dan sujudlah menyembah kepada tumpuan kaki-Nya! Kuduslah Ia! Allah ingin berdiam di tengah umat-Nya dengan cara yang sedemikian, sehingga pikiran mereka tidak saja diarahkan pada bait yang bersifat lahiriah dan tabut perjanjian, melainkan supaya mereka diangkat ke hal-hal yang di atas. Ungkapan rumah atau tempat kediaman dimaksudkan untuk memberikan keberanian dan kepercayaan pada mereka, supaya semua orang beriman memiliki keberanian untuk datang mendekat dengan bebas kepada Allah, yang mereka lihat datang mendekat pada mereka oleh keinginan-Nya sendiri.

Tetapi pikiran manusia mudah dikuasai takhayul. Maka kecenderungan ini perlu diawasi, supaya jangan mereka mengasosiasikan ide mereka tentang Allah dengan hal-hal yang bersifat kedagingan dan duniawi, dan supaya jangan pikiran mereka dipenuhi oleh bentuk-bentuk lahiriah dari ibadah. Sang nabi menyebut bait sebagai tumpuan kaki Allah, karena ia ingin orang saleh mengangkat pikiran mereka melampaui itu, sebab Allah memenuhi langit dan bumi dengan kemuliaan tak terbatas. Namun dengan sarana ini ia mengingatkan kita, bahwa ibadah sejati tidak dapat dipersembahkan pada Allah selain di bukit Sion. Cara penulisannya adalah untuk mengangkat batin para orang saleh melampaui dunia ini, dan pada saat yang sama, tidak sedikitpun mengurangi kesucian Bait Allah, tempat satu-satunya yang Allah pilih sebagai tempat di mana Ia disembah.
Tujuan sang nabi adalah membedakan antara ibadah yang sah (yang adalah satu-satunya ibadah yang Allah perkenan), dari ritual takhayul kafir. Ia memanggil anak-anak Abraham ke Bait Allah untuk menyembah Allah dengan cara yang spiritual di sana, sebab Allah tinggal dalam kemuliaan surgawi.
Sekarang setelah dispensasi bayang-bayang ini telah lewat, Allah tidak dapat disembah dengan benar, kecuali jika kita langsung datang pada-Nya melalui Kristus, di mana segala kepenuhan Allah berdiam. Absurd dan tidaklah tepat jika Kristus disebut tumpuan kaki. Sebab sang nabi berbicara dengan cara ini untuk menunjukkan, bahwa Allah tidak terikat pada bait yang kelihatan, melainkan Ia harus dicari di atas segala langit, karena Ia tinggi melampaui seluruh dunia.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Monday, June 25, 2018

Mazmur 98


Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. Allah telah menyatakan keselamatan-Nya dengan cara yang unik dan luar biasa. Sang Pemazmur berbicara mengenai perbuatan-perbuatan yang ajaib. Ia merangkum semuanya sebagai berikut, bahwa Allah telah mengerjakan keselamatan oleh tangan kanan-Nya; yaitu, bukan oleh sarana manusia, atau dengan cara biasa, tetapi Ia melepaskan gereja-Nya dengan cara yang tidak pernah ada sebelumnya. Yesaya menjelaskan mujizat dari kuasa Allah ini lebih lanjut: “Ia melihat bahwa tidak seorangpun yang tampil, dan Ia tertegun karena tidak ada yang membela. Maka tangan-Nya sendiri memberi Dia pertolongan, dan keadilan-Nyalah yang membantu Dia” (Yes. 59:16).    

Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel. Setelah berbicara mengenai perwujudan umum dari keselamatan Allah, sekarang kebaikan-Nya kepada umat pilihan-Nya dirayakan dengan lebih khusus. Allah menyatakan diri-Nya sebagai Bapa, baik kepada orang non-Yahudi dan Yahudi; tetapi pertama-tama kepada orang Yahudi, yang dapat dikatakan sebagai anak sulung. Kemuliaan bangsa non-Yahudi ada dalam adopsi dan dicangkokkannya mereka ke dalam keluarga kudus Abraham, dan keselamatan seluruh dunia keluar dari janji yang diberikan pada Abraham. Dengan tepat sang Pemazmur mencermati, bahwa dalam penebusan dunia, Allah mengingat kebenaran-Nya, yang telah Ia berikan pada Israel umat-Nya – berarti Ia tidak dipengaruhi motivasi lain kecuali menggenapi dengan setia apa yang telah Ia janjikan. Untuk menunjukkan bahwa janji itu tidak didasarkan pada jasa atau kebaikan manusia, Pemazmur menyebutkan kebaikan Allah terlebih dulu, dan setelah itu baru kesetiaan-Nya, yang terkait dengan itu. Singkatnya, penyebabnya tidak dapat ditemukan “di luar diri Allah,” melainkan hanya dalam perkenanan kehendak-Nya, yang lama sebelumnya telah dinyatakan pada Abraham dan keturunannya. Kata mengingat dipakai untuk mengakomodir kekuatiran manusia; apa yang ditunda lama kelihatannya seperti dilupakan. Lebih dari dua ribu tahun berlalu sejak janji itu diberikan sampai Kristus datang. Umat Allah berada di bawah banyak penderitaan dan bencana, sehingga kita tidak perlu heran bahwa mereka mengerang, dan merasa kuatir mengenai penggenapan penebusan ini.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Sunday, June 24, 2018

Mazmur 97:10-12


Hai orang-orang yang mengasihi TUHAN, bencilah kejahatan! Dia, yang memelihara nyawa orang-orang yang dikasihi-Nya, akan melepaskan mereka dari tangan orang-orang fasik. Orang-orang yang takut pada Allah diperintahkan di sini untuk melaksanakan keadilan, seperti Paul katakan, “Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan” (2 Tim. 2:19). Dari sifat Allah, ia menunjukkan, bahwa kita tidak dapat disebut dan diakui sebagai hamba-hamba-Nya, kecuali kita meninggalkan dosa, dan melaksanakan kesucian. Allah sendiri dalam diri-Nya merupakan dasar dari keadilan, dan Ia tidak bisa tidak membenci dosa, kecuali jika kita menganggap Ia menyangkal diri-Nya sendiri. Kita hanya memiliki persekutuan dengan-Nya jika kita berpisah dari ketidakadilan. Penindasan dari orang fasik mudah memprovokasi kita untuk mencari pembalasan, dan metode-metode yang tidak benar untuk melarikan diri. Maka sang Pemazmur menjaga kita dari pencobaan-pencobaan tersebut, dengan menegaskan bahwa Allah adalah pemelihara dan pelindung umat-Nya. Jika kita yakin kita berada di bawah penjagaan Allah, kita tidak akan bertengkar dengan orang fasik, atau membalas merugikan orang-orang yang telah bersalah pada kita, melainkan kita mempercayakan keamanan kita pada Dia yang akan menjaganya dengan setia. Tindakan penuh kemurahan, di mana Allah membungkuk untuk meletakkan kita di bawah perlindungan-Nya, dapat menghentikan segala ketidaksabaran kita ketika menjaga diri dari melakukan yang jahat, dan tetap berjalan di jalan yang benar meski diprovokasi.

Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. Kita telah melihat, bahwa umat Allah sering diperlakukan dengan kekejaman dan ketidakadilan yang paling berat, dan nampak ditinggalkan pada murka musuh-musuh mereka. Sang Pemazmur mengingatkan untuk menguatkan kita, bahwa ketika Allah tidak segera melepaskan anak-anak-Nya, Ia tetap menopang mereka dengan kuasa-Nya yang tersembunyi. Keadilan bukan sekedar penampilan di luar, melainkan mencakup integritas hati. Di mata Allah, keadilan lebih daripada sekedar menjaga mulut, tangan, atau kaki kita dari kejahatan. Umat Allah, sambil memandang pada Allah sebagai Penebus mereka, harus hidup sesuai anugerah yang telah mereka terima, dan tinggal tenang di tengah segala kejahatan yang mereka temui, dengan kesadaran bahwa mereka menikmati perlindungan-Nya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Saturday, June 23, 2018

Mazmur 97:7-9


Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu. Kelambatan pemahaman rohani menghalangi manusia dari datang kepada Allah yang sejati. Mereka pasti tersesat dalam khayalan mereka sendiri. Pengenalan akan Allah sejatilah yang mengalahkan itu, seperti matahari mengalahkan kegelapan. Semua manusia memiliki semacam agama dalam mereka sejak lahir, tetapi karena kebutaan dan kebodohan, serta kelemahan pikiran kita, pemahaman yang kita miliki tentang Allah segera menjadi korup. Agama menjadi sumber segala takhayul, bukan karena sifat agama itu sendiri, melainkan karena kegelapan yang melingkupi pikiran manuisa, dan yang menghalangi mereka membedakan antara ilah-ilah dan Allah yang sejati. Kebenaran Allah, ketika dinyatakan, sanggup mengusir dan menghilangkan takhayul-takhayul. Bukankah matahari mengeringkan kelembapan di udara? Kehadiran Allah sanggup mengerjakan jauh lebih banyak. Kita tidak perlu heran, bahwa sang Pemazmur, yang menubuatkan Kerajaan Allah, berjaya di atas bangsa-bangsa yang tak takut Allah, yang bermegah dalam ukiran patung-patung, seperti Yesaya yang membicarakan tentang kebangkitan Injil, “Berhala-berhala Mesir gemetar di hadapan-Nya” (Yes. 19:1). Karena pengenalan akan Allah tersembunyi dari pandangan manusia, kita tidak perlu terkejut karena banyaknya jumlah takhayul yang tersebar di dunia. Contoh dari kebenaran ini ada pada masa kini. Pengetahuan akan doktrin yang sejati sudah padam di antara orang Muslim, Yahudi, dan para pengikut Paus, dan sebab itu, mereka dikelilingi kesalahan. Mereka tidak dapat kembali ke pikiran yang sehat, atau bertobat dari kesalahan mereka, selama mereka tidak mengenal Allah yang sejati. Ada orang-orang yang dengan keras kepala melawan Allah, yang contohnya dapat banyak ditemukan dalam kepausan. Namun kita memiliki alasan untuk percaya bahwa diam-diam mereka dijatuhkan oleh apa yang mereka hina, dan dibingungkan dalam perlawanan mereka.

Article by John Calvin
Translation  by Tirza Rachmadi

Friday, June 22, 2018

Mazmur 97:1-6


TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Takhta Allah digambarkan bertumpu pada keadilan dan hukum, untuk menyebutkan berkat yang kita dapatkan dari takhta-Nya. Kesengsaraan terbesar yang bisa kita bayangkan, adalah hidup tanpa keadilan dan penghakiman. Di mana Allah memerintah, keadilan dibangkitkan di dunia. Sang Pemazmur menyebutkan hal ini sebagai dasar memuji Allah. Ia juga menyangkal adanya kemungkinan kita memiliki keadilan, sampai Allah menundukkan kita di bawah kuk Firman-Nya, oleh kuasa yang lembut namun kuat dari Roh-Nya. Sejumlah besar manusia dengan keras kepala melawan dan menolak pemerintahan Allah. Maka sang Pemazmur terpaksa menampilkan Allah dalam aspek yang lebih keras, untuk mengajar orang fasik, bahwa perlawanan mereka tidak akan lepas dari hukuman. Ketika Allah dalam belas kasihan-Nya mendekati manusia, dan mereka gagal menyambut-Nya dengan kehormatan yang selayaknya, ini merupakan ketidaksalehan yang besar. Sang Pemazmur menyiratkan, bahwa orang-orang yang menghina Allah dalam pribadi Anak Tunggal-Nya, pada waktunya akan dengan pasti merasakan berat kemuliaan-Nya yang menakutkan.

Bumi melihatnya dan gemetar. Banyak hal disiratkan ungkapan ini. Untuk orang fasik, ketika mereka menemukan usaha mereka melawan Allah itu sia-sia, mereka melarikan diri dan menyembunyikan diri. Sang Pemazmur menyatakan,  bahwa mereka tidak akan berhasil bersembunyi dari Allah.  

Langit memberitakan keadilan-Nya. Sang Pemazmur menyatakan, bahwa keadilan Allah akan dinyatakan dengan luar biasa, sampai langit sendiri akan mengumumkannya. Keadilan rohani Allah harus dinyatakan di bawah pemerintahan Kristus sampai memenuhi langit dan bumi. Langit digambarkan seperti pribadi, seakan-akan mereka ditembusi oleh kesadaran akan keadilan Allah, dan digambarkan membicarakannya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Thursday, June 21, 2018

Mazmur 96


Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit. Agama yang disepakati orang banyak tidak harus merupakan agama yang sejati. Seandainya agama merupakan hasil penentuan manusia, dan ibadah pada Allah bergantung pada keinginan manusia yang berubah-ubah, maka penilaian sang Pemazmur gagal. Tetapi seberapa banyaknya pun orang yang menyetujui apa yang salah, kita akan bersikeras mengikuti Roh Kudus, bahwa mereka tidak dapat mengambil dari kemuliaan Allah. Manusia itu sendiri adalah kekosongan, dan semua yang dihasilkan manusia harus dipertanyakan.

Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja! Mengenai keteraturan alam, kita tahu bahwa Allah telah menetapkannya dari awal. Matahari, bulan dan bintang yang sama terus bersinar di langit. Orang fasik dan tak percaya dipelihara dengan makanan, dan mendapatkan udara untuk bernafas, seperti orang benar. Namun kita harus ingat, selama kefasikan menguasai pikiran manusia, dunia yang ditenggelamkan dalam kegelapan, harus dipandang sebagai kekacauan, ketidakteraturan dan kelaliman. Tidak mungkin ada kestabilan di luar Allah. Dunia dikatakan di sini tidak goyang, tepatnya ketika manusia dibawa ke dalam ketundukkan pada Allah. Meski segala ciptaan menjalankan fungsi jabatan mereka, sehingga dunia tidak goyang, namun tidak ada keteraturan yang dapat dikatakan berada di duia, hingga Allah mendirikan takhta-Nya dan memerintah di antara manusia. Adakah kekacauan yang lebih parah, daripada ketika sang Pencipta sendiri tidak diakui?

Jika metode Allah memerintah manusia adalah membentuk dan mengatur hidup mereka sesuai keadilan, kita dapat menyimpulkan, betapa mudahnya pun manusia merasa puas dengan dirinya, tetapi segala sesuatu dalam mereka tidak beres, sampai mereka tunduk kepada Kristus. Segala keadilan yang dibicarakan Pemazmur di sini, bukan sekedar bersifat di luar. Yang dibicarakan Pemazmur adalah hati yang baru, yang dihasilkan dari kelahiran baru oleh Roh, yang membentuk kita serupa Allah.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Wednesday, June 20, 2018

Mazmur 95

Masuklah, marilah kita sujud menyembah, . . . sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Semua manusia diciptakan untuk memuji Allah. Tetapi ada sebabnya, mengapa Gereja teristimewa dikatakan dibuat untuk itu (Yes. 61:3). Sang Pemazmur ditugaskan untuk menuntut ibadah ini lebih khusus dari tangan umat pilihan Allah. Itulah sebabnya ia menekankan pada keturunan Abraham, hak istimewa yang tak ternilai, yang Allah telah limpahkan pada mereka dalam meletakkan mereka di bawah perlindungan-Nya. Dalam satu pengertian, Allah dapat dikatakan melakukan hal yang sama bagi seluruh umat manusia. Tetapi ketika dikatakan Ia adalah Gembala dari Gereja, artinya lebih dari sekadar berkat pemeliharaan, kekuatan, dan pemerintahan yang sama, yang Ia ulurkan pada seluruh keluarga manusia. Ia disebut Gembalanya, karena Ia memisahkan Gereja dari seluruh dunia, dan mengasihinya dengan perhatian yang istimewa dan kebapaan. Umat Allah disebut di sini sebagai umat gembalaan-Nya, yang Ia perhatikan dengan kasih yang khusus, dan limpahkan dengan setiap jenis berkat. Sang Pemazmur ingin menekankan pada umat, kesadaran akan karunia yang tidak ada bandingannya, yang diberikan pada mereka ketika mereka diangkat sebagai anak, yang mengakibatkan mereka dipanggil untuk hidup di bawah pimpinan-Nya, dan supaya mereka menikmati setiap jenis berkat.

Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu. Semua hati manusia secara alamiah adalah keras seperti batu. Alkitab tidak mengatakan hal ini sebagai penyakit beberapa orang saja, melainkan sebagai ciri seluruh umat manusia (Yeh. 36:26). Kerusakan ini bersifat turun-temurun; tetapi juga disengaja. Kita bukanlah tidak memiliki kesadaran seperti sebuah batu. Orang yang tidak mau dipimpin oleh Firman Allah, membuat hatinya yang sudah keras, menjadi semakin keras, dan diyakinkan oleh pemikirannya sendiri dan perasaan keras kepalanya. Namun artinya bukanlah, bahwa kelembutan hati, hati yang fleksibel ke arah manapun, ada di bawah kekuasaan kita. Kehendak manusia, oleh kerusakan alamiah, sepenuhnya diarahkan pada yang jahat. Lebih tepatnya, kehendak manusia dihanyutkan ke dalam pelaksanaan kejahatan. Tapi setiap orang yang tidak taat pada Allah, mengeraskan dirinya sendiri. Kebersalahan dari tindakan jahatnya ada pada dirinya sendiri dan bukan pihak manapun yang lain.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Tuesday, June 19, 2018

Mazmur 94


Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya TUHAN, dan yang Kauajari dari Taurat-Mu. Hanya dalam sekolah Allah sajalah kita dapat belajar mempertahankan ketenangan pikiran, dan sikap hati yang menantikan dan percaya dengan sabar di bawah tekanan. Sang Pemazmur menyatakan, bahwa kebijakan yang akan membawa kita sampai pada akhirnya, dengan damai dan keberanian dalam hati, di tengah kesulitan yang berlangsung lama, bukan sesuatu yang alamiah bagi kita, melainkan harus datang dari Allah. Sungguh-sungguh berbahagialah orang-orang yang Allah telah biasakan dengan Firman-Nya untuk memikul salib, dan yang Ia cegah dari tenggelam oleh penderitaan, dengan kekuatan dan penghiburan rahasia dari Roh-Nya. Firman Allah menyediakan dasar penghiburan yang berlimpah-limpah, dan setiap orang yang menggunakannya dengan tepat, tidak pernah dihitung malang, atau ditaklukkan keputusasaan. Satu tanda yang dipakai Allah untuk membedakan murid sejati dari yang palsu adalah, kesediaan dan kesiapannya untuk memikul salib, dan menantikan pertolongan Allah, tanpa menyerah pada kegelisahan dan ketidaksabaran. Kesabaran sejati bukanlah perlawanan keras kepala terhadap hal-hal yang jahat, atau kekerasan hati tanpa menyerah yang dipuji kaum Stoa, melainkan penyerahan diri dengan riang di bawah Allah, yang didasari kepercayaan pada anugerah-Nya. Satu-satunya pemikiran yang akan melembutkan batin kita kepada penundukkan diri yang baik adalah, bahwa ketika Allah meletakkan kita di bawah penindasan, Ia memiliki sasaran membawa kita pada akhirnya kepada istirahat tenang. Di mana ada keyakinan akan istirahat bagi umat Allah, dan penyegaran yang disediakan di tengah panas dan kekacauan kesulitan mereka, sehingga mereka tidak binasa bersama dunia sekitar mereka, -- hal ini cukup, bahkan lebih dari cukup, untuk meringankan kepahitan dari penderitaan masa kini. Berbahagialah orang yang telah belajar tetap tenang dan damai di bawah pencobaan-pencobaan. Istirahat yang diberikan adalah yang bersifat batiniah, yang dinikmati kaum beriman bahkan di tengah badai kesulitan. Arti dari bagian ini adalah, orang yang sungguh-sungguh berbahagia adalah orang yang telah mendapat manfaat dari Firman Allah, sehingga bertahan terhadap serangan yang jahat dari luar, dengan damai dan ketenangan.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Monday, June 18, 2018

Mazmur 93


TUHAN adalah Raja. Dalam kuasa Allah ditampilkan kepada kita perkara kepercayaan. Sumber ketakutan dan kegentaran yang sering kita alami, adalah tidak memperhitungkan kepada Allah kuasa yang adalah milik-Nya, dan dengan itu kita dengan jahat merampas kewenangan-Nya. Hal ini tidak kita kerjakan secara terang-terangan, namun seandainya saja kita yakin teguh akan kuasa-Nya yang tak terkalahkan, maka kita mendapatkan kekuatan yang tak terkalahkan melawan segala serangan pencobaan. Sang Pemazmur membuktikan bahwa Allah tidak akan mengabaikan atau meninggalkan dunia, dari fakta bahwa Ialah penciptanya. Suatu pengamatan sederhana seharusnya cukup untuk menyaksikan providensia Allah. Setiap hari benda-benda langit bergerak, dan walau rajutannya demikian luas, serta kecepatannya tidak dapat kita tangkap, kita tidak mengalami benturan. Tidak ada gangguan dalam harmoni pergerakan mereka. Matahari yang revolusi setiap harinya bervariasi, kembali setiap tahun ke titik yang sama. Semua planet, dalam segala perjalanan mereka, mempertahankan posisi mereka masing-masing. Bagaimana bumi dapat bergantung di tengah langit yang kosong, jika bukan tangan Allah yang memeliharanya? Bagaimanakah bumi dapat mempertahankan posisinya di tengah segala pergerakan cepat benda-benda langit, jika bukan Penciptanya yang menentukan hal itu?

Peraturan-Mu sangat teguh; bait-Mu layak kudus, ya TUHAN, untuk sepanjang masa. Di atas sang Pemazmur telah menegaskan mahakarya Allah dalam ciptaan, dan pemerintahan providensial-Nya atas dunia. Sekarang ia membicarakan kebaikan-Nya yang istimewa untuk umat pilihan-Nya, dalam mengajar mereka doktrin keselamatan. Ia memulai dengan memuji sifat hukum Allah yang layak dipercaya sempurna dan jujur sempurna. Ini adalah harta karun yang tidak disebarkan ke setiap bangsa. Ia menambahkan bahwa rumah Allah akan dihiasi dengan kemuliaan yang bertahan selamanya. Kebaikan Allah ditunjukkan di setiap bagian dunia, tetapi sang Pemazmur dengan tepat menganggap hal berikut sebagai berkat yang paling tinggi: bahwa Allah meletakkan dalam Gereja-Nya kovenan hidup kekal, dan membuat kemuliaan-Nya terutama bersinar dalamnya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Sunday, June 17, 2018

Mazmur 92:5-16


Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaan-Mu. Apa yang membuat hati kita bersukacita, adalah Allah menunjukkan diri-Nya sebagai Bapa, dan perhatian-Nya yang dalam dan tajam untuk kesejahteraan kita. Seluruh alam semesta mendeklarasikan bahwa Allah itu setia dan baik. Maka pantaslah kita memperhatikan tanda-tanda itu, dan dikobarkan oleh sukacita suci untuk merayakan pujian-Nya.

Tetapi Engkau di tempat yang tinggi untuk selama-lamanya, ya TUHAN! Sang Pemazmur membandingkan kestabilan takhta Allah dengan dunia yang berubah-ubah, untuk mengingatkan kita bahwa kita tidak boleh menilai-Nya berdasarkan apa yang kita lihat di dunia, di mana tidak ada yang tinggal tetap. Allah menjenguk ke bawah dari surga yang tinggi, tanpa diganggu oleh segala perubahan di panggung bumi, yang tidak mempengaruhi atau berkait dengan-Nya. Tujuan lain sang Pemazmur daripada sekedar mengajar kita membedakan Allah dari ciptaan-Nya, dan menghormati kemuliaan-Nya dengan selayaknya, adalah kita belajar dalam perenungan akan providensia Allah yang ajaib dan misterius, untuk mengangkat pandangan kita melampaui diri kita sendiri dan dunia ini, sebab pikiran duniawi kita hanya dapat memiliki pandangan yang gelap dan kacau. Dengan tujuan memimpin kita ke dalam penemuan akan penghakiman Allah yang tidak dilihat dalam dunia inilah, sang Pemazmur mengingatkan kita, bahwa Allah tidak berkarya berdasarkan pemikiran kita, melainkan berdasarkan keberadaan-Nya yang kekal. Kita adalah mahluk berumur pendek. Kita sering gagal dalam usaha-usaha kita, dipermalukan dan disela oleh banyak kesulitan, sehingga kita terlalu girang menyambut kesempatan pertama yang ditawarkan, kita terbiasa merangkak maju dengan hujan. Namun kita diajar di sini untuk mengangkat mata kita ke takhta Allah yang kekal dan tak berubah, dan dengan bijak menanti pelaksanaan penghakiman-Nya. Kata-kata Mazmur ini lebih dari sekedar pujian tentang Allah yang mulia. Kata-kata ini ada untuk menolong iman kita, dan memberitahu, meski umat Allah berada di bawah banyak kekuatiran, namun Allah, penjaga mereka, tetap di tempat tinggi dan melindungi mereka dengan kuasa kekal-Nya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Saturday, June 16, 2018

Mazmur 92:1-4


Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi. Jelaslah mengapa sang Pemazmur menujukan mazmur ini untuk hari Sabat. Hari Sabat bukan berarti kudus di mana orang tidak melakukan apa-apa, seakan-akan hal demikian dapat menjadi ibadah yang berkenan pada Allah. Melainkan arti kudus adalah kita memisahkan diri kita dari segala kesibukan lain, untuk merenungkan karya-karya Allah. Pikiran kita memang tidak stabil, sehingga jika kita menemui berbagai pengalih perhatian, kita mudah meninggalkan Allah. Kita perlu melepaskan diri dari segala keruwetan urusan kita, jika kita ingin dengan serius memuji Allah. Maka yang diajar sang Pemazmur di sini adalah, menaati perintah memelihara hari Sabat bukan berarti bermalas-malasan, seperti sebagian orang salah memahaminya, melainkan merayakan nama Allah. Alasannya diambil dari manfaat ibadah, sebab tidak ada yang lebih menguatkan daripada mengetahui usaha kita tidak sia-sia, dan apa yang kita usahakan disambut oleh perkenanan Allah.

Untuk memberitakan kasih setia-Mu di waktu pagi dan kesetiaan-Mu di waktu malam. Di sini disebutkan alasan mengapa kita memuji Allah. Jangan kita kira, Allah menyuruh kita masuk ke dalam ibadah tanpa alasan, atau sekedar mengingat kebesaran dan kuasa-Nya. Melainkan ingatan akan kasih setia/kebaikan dan kesetiaan-Nya, yang jika kita sadar telah kita alami, akan mengobarkan hati kita untuk memuji-Nya. Kita harus ingat, oleh kebaikan dan kesetiaan-Nya, bukan saja Allah patut dipuji, tetapi kita patut dipersalahkan jika tidak memuji-Nya, karena tidak tahu terima kasih dan sesat. Kita adalah penerima kesetiaan dan kebaikan-Nya, dan jika hal ini tidak membuahkan pujian yang dari hati kita, namanya adalah ketidakperdulian yangtidak dapat dimaafkan.

Kita harus mulai memuji Allah dari pagi-pagi dan melanjutkan sampai malam-malam. Hal ini tidak lebih daripada apa yang Ia patut terima. Jika kita mulai dengan merayakan kebaikan-Nya, berikutnya kita merayakan kesetiaan-Nya. Kedua hal ini akan menggerakan puji-pujian yang tak berhenti, sebab keduanya berdiri bersama-sama dan tak terpisah.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Friday, June 15, 2018

Mazmur 91:16


Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku.  Orang-orang beriman tidak akan pernah sepenuhnya lepas dari kesulitan dan hal-hal yang memalukan. Allah tidak menjanjikan mereka hidup nyaman dan mewah, melainkan keselamatan dalam penderitaan mereka. Pemuliaan orang percaya oleh Allah yang disebutkan di sini, menyiratkan bahwa keselamatan yang Allah ulurkan, bukan hanya bersifat sementara, tetapi akan menjangkau sampai pada akhirnya mereka masuk ke kebahagiaan sempurna. Allah memberikan kehormatan besar bagi mereka di dunia, dan memuliakan diri-Nya di dalam mereka dengan nyata, tetapi baru pada akhir perjalanan merekalah, mereka diberikan dasar untuk berjaya.

Kekayaan dan kenyamanan duniawi lainnya harus dipandang sebagai cicipan akan karunia atau kebaikan Allah, namun bukan berarti orang miskin adalah sasaran kemarahan Allah. Kesehatan tubuh adalah adalah berkat dari Allah, namun bukan berarti orang yang lemah dan cacat dipandang Allah dengan ketidaksenangan. Umur panjang juga termasuk kategori berkat demikian, dan pasti akan diberikan Allah ke semua anak-anak-Nya, jika bukan lebih bermanfaat bagi mereka untuk ditarik keluar dari dunia ini sesegera mungkin. Mereka jauh lebih puas dengan masa hidup mereka yang singkat, daripada orang fasik, bahkan seandainya hidup orang fasik sampai 1000 tahun. Ungkapan dikenyangkan dengan panjang umur tidak dapat berlaku bagi orang fasik, karena berapa lamapun mereka hidup, kehausan nafsu mereka tidak pernah dipuaskan. Yang membuat mereka beria-ria dengan penuh gairah, hanyalah hidup, tidak ada yang  lain. Mereka tidak menikmati anugerah dan kebaikan Allah sekejap matapun, padahal hanya anugerah Allah sajalah yang dapat memberikan kepuasan sejati. Maka tepatlah sang Pemazmur menyatakan hak istimewa ini sebagai milik umat Allah saja, bahwa mereka dipuaskan dengan hidup. Masa singkat yang ditetapkan, dipandang mereka sebagai cukup, bahkan cukup dengan berlimpah. Selain itu, umur panjang tidak pernah dapat dibandingkan dengan kekekalan. Kepada kekekalanlah kita harus memandang, apakah kita hidup atau mati. Dengan pandangan inilah, sang Pemazmur setelah menyebutkan segala berkat dari Allah, menyebutkan di bagian terakhir, yaitu setelah Ia mengikuti mereka dengan kebaikan seorang bapa seumur hidup mereka, pada akhirnya Ia menunjukkan keselamatan dari-Nya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Thursday, June 14, 2018

Mazmur 91:14-15


"Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.” Kita harus memperhatikan, bahwa ketika Allah menyatakan dari surga bahwa kita aman di bawah perlindungan sayap-Nya, Ia tidak menyebutkan syarat apapun untuk umat-Nya penuhi kecuali berharap atau percaya. Kita harus tinggal tenang dengan kepercayaan yang manis pada Allah, dan bersukacita dalam karunia-Nya. Tersirat bahwa kita pasti selalu dikelilingi maut dan kehancuran di dunia ini, jika bukan tangan-Nya yang diulurkan untuk memelihara kita. Kadang Ia bahkan menolong orang tidak percaya. Tetapi hanya bagi umat-Nya yang percayalah ada jaminan pertolongan-Nya, dalam arti Ia adalah Juruselamat mereka sampai pada akhirnya. Bahwa mereka mengenal nama-Nya berkaitan dengan iman dan penantian mereka. Dan hal itu tepat sekali. Mengapa manusia melayangkan mata mereka ke segala tempat ketika berada dalam bahaya, jika bukan karena mereka tidak mengetahui kuasa Allah? Mereka tidak dapat dikatakan mengenal Allah sama sekali, melainkan menipu diri mereka dengan bayangan yang samar-samar dari apa yang bukan Allah, sekedar berhala untuk menggantikan-Nya dalam khayalan mereka. Adalah pengenalan yang sejati akan Allah, yang melahirkan kepercayaan pada-Nya, dan membuat kita berseru pada-Nya. Tidak ada yang dapat mencari-Nya dengan tulus, kecuali orang-orang yang menangkap janji-janji-Nya, dan meletakkan kehormatan yang sepatutnya bagi nama-Nya. Maka tepat dan benarlah jika sang Pemazmur menggambarkan pengenalan ini akan sumber dari iman.

Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Sang Pemazmur menunjukkan dengan lebih jelas, apa yang dimaksud dengan percaya pada Allah, atau meletakkan cinta dan kesenangan kita dalam-Nya. Karena kasih sayang dan kerinduan itulah, yang dihasilkan oleh iman, yang mendorong kita untuk menyerukan nama-Nya. Ini adalah bukti lain akan kebenaran, yang sudah disebutkan sebelumnya dengan singkat, bahwa doa yang benar didasarkan pada Firman Allah. Kita tidaklah bebas untuk mengikuti ide kita sendiri atau kemauan kita sendiri, melainkan harus mencari Allah sejauh Ia telah mengundang kita dalam Firman-Nya. Konteks ini juga mengajar kita, bahwa iman itu tidaklah pasif atau tidak melakukan apa-apa. Dan satu tes untuk menguji orang yang mencari pertolongan Allah adalah, apakah mereka datang kepada Allah dengan cara yang benar.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Wednesday, June 13, 2018

Mazmur 91:12-13


Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu. Sang Pemazmur memberikan gambaran yang lebih tinggi lagi akan penjagaan para malaikat. Mereka tidak hanya mengawasi dan bersiap memberikan pertolongan, tetapi menatang langkah-langkah kita dengan tangan mereka, supaya kita tidak terjatuh dalam perjalanan kita. Jika kita hanya menilai berdasarkan pandangan kita, anak-anak Allah jauh dari diangkat tinggi dalam karir mereka. Sering mereka bersusah payah dan terengah-engah karena kelelahan, kadang mereka goyah dan jatuh, dan hanya dengan perjuanganlah mereka maju dalam perjalanan mereka. Tetapi di tengah segala kelemahan ini, hanya oleh pertolongan Allah sajalah, mereka dijaga setiap saat dari jatuh dan hancur. Tidaklah heran jika sang Pemazmur membicarakan dengan kata-kata yang begitu indah, mengenai pertolongan yang mereka terima melalui pelayanan para malaikat. Kita tidak pernah sanggup memahami hambatan-hambatan berat yang setan lawankan terhadap doa kita, kecuali Allah menatang kita seperti digambarkan di sini. Gabungkan saja kedua hal yang baru kita renungkan: di satu sisi kelemahan kita sendiri, dan di sisi lain kesulitan, hambatan, duri-duri yang memenuhi jalan kita, selain itu kebodohan yang menandai hati kita. Maka kita akan melihat ungkapan sang Pemazmur bukanlah membesar-besarkan. Kita tidak dapat maju satu langkahpun, jika para malaikat tidak menatang kita di atas tangan mereka, dengan cara yang melampaui apa yang alami. Mengapa kita sering terantuk, adalah karena kesalahan kita yang meninggalkan kepala dan pemimpin kita. Meski Allah membiarkan kita terantuk dan jatuh, supaya kita sadar betapa lemahnya kita, namun Ia tidak membiarkan kita dihancurkan atau dikalahkan sepenuhnya, seperti Ia meletakkan tangan-Nya di bawah kita dan mengangkat kita.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Tuesday, June 12, 2018

Mazmur 91:7-11


Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu. Ada banyak kegelapan dalam hal-hal di dunia ini. Namun sang Pemazmur menunjukkan, di tengah segala kekacauan yang merajalela, dari apa yang kita lihat tentang penghakiman Allah, kita dapat menyimpulkan, bahwa Ia tidak mengecewakan pengharapan umat-Nya yang percaya. Namun perkataan ini ditujukan kepada mereka yang memiliki mata untuk melihat, yang diberi hak istimewa akan terang sejati iman, yang sepenuhnya sadar akan penilaian penghakiman Ilahi. Kebanyakan orang goyah dan kebingungan dalam pikiran mereka mengenai hal ini; mereka membuat begitu banyak kesimpulan-kesimpulan, dan tidak sampai menemukan providensia Allah, karena mereka menilai berdasarkan pandangan mereka. Adalah patut bagi kita untuk puas, bahwa kita hanya mengerti sebagian dari penghakiman Allah, selama kita ada di dunia ini, dan membiarkan-Nya menunda sampai hari pernyataan sepenuhnya.

Sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Ketika segala usaha telah dicoba untuk mendorong kita, dan kita masih saja ragu dan berlambat-lambat mendekati-Nya, atau menyerahkan diri kita hanya ke dalam perlindungan-Nya, Ia menyebutkan para malaikat sebagai sebagai para penjaga kita. Sebagai gambaran tambahan akan belas kasihan-Nya yang besar, dan pengertian akan kelemahan kita, Ia menggambarkan jumlah yang bersiap sedia melindungi kita sebagai suatu bala tentara. Bukan satu malaikat ditugaskan menjaga satu orang kudus, tetapi seluruh tentara surgawi menjagai setiap orang percaya. Satu individu yang percayalah, yang digambarkan Pemazmur dalam Mazmur 34:8, bahwa “Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang yang takut akan Dia.” Seharusnya kita tenang dan puas dengan keberadaan mereka yang bersiap melaksanakan tugas mereka. Di tempat lain kita baca kesiapan mereka untuk taat dan melaksanakan perintah-perintah Allah. Hal ini seharusnya menguatkan iman kita, sebab pengutusan mereka dipakai Allah untuk melindungi kita.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Monday, June 11, 2018

Mazmur 91:5-7


Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang. Sang Pemazmur melanjutkan menegaskan kebenaran yang kita sebutkan sebelumnya, yaitu jika kita berserah dan bergantung pada perlindungan Allah, kita aman dari setiap pencobaan dan serangan setan. Sangatlah penting untuk mengingat, semua yang Allah letakkan di dalam kasih sayang-Nya, berada dalam keamanan yang paling sempurna. Tetapi orang-orang yang sudah paling berpengalamanpun, menemukan tidak ada yang lebih sulit daripada bergantung pada kelepasan dari Allah. Terutama jika dikejar oleh berbagai cara bahaya dan maut menantikan kita, keraguan akan menyelinap masuk ke hati kita, membangkitkan ketakutan dan kecemasan. Karena itulah sang Pemazmur menyebutkan bermacam-macam bahaya, untuk mendorong umat Allah menantikan lebih dari satu macam kelepasan, dan bertahan di bawah bermacam-macam bencana yang menumpuk. Disebutkan kedashyatan malam, karena manusia secara alamiah menjadi gelisah di dalam gelap, atau karena malam menjadikan kita sasaran empuk berbagai bahaya, dan ketakutan kita pada saat itu cepat sekali membesarkan suara atau gangguan manapun.   

Walau seribu orang rebah di sisimu. Sang Pemazmur melanjutkan menunjukkan bahwa, meski semua manusia terlihat sama saja, namun orang percaya memiliki hak istimewa dilepaskan dari kejahatan, baik segera maupun yang akan datang. Mungkin ada keberatan bahwa orang percaya hanyalah manusia saja, dan sama seperti yang lain adalah sasaran empuk kematian dalam ribuan cara. Untuk mengoreksi keberatan yang salah itu, sang Pemazmur tidaklah ragu menyatakan bahwa, ketika kehancuran secara universal merajalela, kita diberi hak istimewa untuk dikecualikan, hak yang menjamin keamanan kita di tengah bahaya-bahaya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Sunday, June 10, 2018

Mazmur 91:1-4


Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa. Orang-orang yang tinggal dalam tempat rahasia Allah dikatakan berdiam di bawah naungan Yang Mahakuasa, dalam arti mereka mengalami betapa kayanya jangkauan perlindungan-Nya. Biasanya orang mencari bermacam-macam perlindungan, sesuai dengan bermacam-macam bencana yang mengancam mereka. Tetapi di sini kita diajar bahwa satu-satunya tempat perlindungan kita yang aman dan tak dapat ditembus adalah perlindungan Allah. Ia mengontraskan keamanan dalam percaya pada Allah dengan semua keamanan kosong yang olehnya kita menipu diri sendiri.   

Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung. Pengumpamaan ini, yang juga dipakai di tempat lain di Alkitab, menggambarkan dengan indah kasih sayang lembut Allah yang memperhatikan keamanan kita. Jika kita merenungkan kemuliaan Allah, tidak ada sedikit pun kemiripan antara diri-Nya dengan induk ayam atau unggas lainnya, yang mengembangkan sayap mereka untuk menjaga dan melindungi anak-anaknya. Namun untuk mengakomodasi kelemahan kita, Allah tidak berpelit untuk turun dari kemuliaan surgawi milik-Nya, dan mendorong kita mendekat pada-Nya lewat pengumpamaan yang rendah. Karena Ia dengan demikian bermurah hati turun kepada kita, tidak ada yang mencegah kita datang pada-Nya dengan bebas. Dengan kesetiaan Allah sebagai perisai dan pagar tembok, kita mengerti bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya pada waktu mereka membutuhkan-Nya. Sang Pemazmur mengarahkan matanya pada janji-janji Allah. Hanya orang yang demikianlah yang menempatkan dirinya di bawah perlindungan Allah. Tanpa Firman Allah, kita tak dapat datang untuk menikmati kemurahan Allah, maka sang Pemazmur mengajukan dirinya sebagai saksi akan Firman. Dengan pengumpamaan benteng, ia mengajar bahwa dengan percaya pada Allah kita akan menikmati keamanan dan ketentraman. Dengan pengumpamaan perisai, ia mengajar bahwa Allah akan berada di antara kita dan segala musuh kita untuk melindungi kita dari serangan mereka.  

Article by John Calvin
Translation by Tirza Tachmadi

Saturday, June 9, 2018

Mazmur 90:13-17


Kembalilah, ya TUHAN, berapa lama lagi? dan sayangilah hamba-hamba-Mu! Musa berdoa, supaya Allah, setelah satu masa panjang tidak berhenti menghukum umat-Nya, pada akhirnya akan menghadapi mereka dengan kelemahlembutan. Meski setiap hari Allah memberikan mereka cicipan akan kasih-Nya dalam banyak cara, namun dibuangnya mereka dari tanah perjanjian merupakan penderitaan yang penuh duka. Hal itu menegur mereka akan ketidaklayakan mereka menerima milik pusaka yang ditetapkan bagi anak-anak-Nya. Musa menggabungkan perbudakan pahit yang mereka derita di Mesir dengan pengembaraan mereka di padang gurun. Ia punya alasan yang kuat untuk meratapi lamanya kesulitan mereka dengan kata-kata berapa lama lagi. Allah dikatakan meninggalkan kita, ketika Ia menarik tanda-tanda anugerah-Nya. Dengan kembalinya Ia, kita mengerti pernyataan anugerah-Nya.   

Teguhkanlah perbuatan tangan kami. Maksud Musa adalah, kita tidak bisa mencoba atau mengusahakan apapun dengan prospek keberhasilan, kecuali Allah menjadi pembimbing dan penasihat kita, dan memimpin kita oleh Roh-Nya. Mengapa usaha dari orang duniawi menajdi bencana, adalah karena mereka tidak mengikuti Allah, sehingga mereka mengacaukan segala keteraturan. Allah membalikkan apapun rencana dan tindakan iblis dan orang bukan pilihan melawan-Nya dan umat-Nya menjadi kebaikan. Namun Gereja, di mana Allah berkuasa tanpa hambatan, memiliki hak istimewa dalam hal ini. Oleh providensia-Nya, yang kita tidak dapat pahami sepenuhnya, Ia mengatur karya-Nya berkaitan dengan orang bukan pilihan secara eksternal. Tapi Ia memerintah orang percaya secara internal oleh Roh Kudus. Maka tepatlah dikatakan Ia mengatur atau mengarahkan perbuatan tangan mereka. Pengulangan permohonan ini menunjukkan, bahwa perjalanan yang tidak berhenti dari ketekunan dalam anugerah Allah itu perlu. Tidaklah cukup untuk sampai di tengah jalan. Allah harus memampukan kita untuk menyelesaikan seluruh perjalanan.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Friday, June 8, 2018

Mazmur 90:12


Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Musa menyadari, bahwa manusia tidak bisa mengerti apa yang ia ajarkan, hingga Allah menyinari mereka oleh Roh-Nya. Maka ia berdoa. Pada pandangan pertama, sepertinya absurd berdoa meminta supaya kita tahu panjang umur kita. Orang-orang paling kuat pun hampir tidak mencapai 80 tahun. Apakah ada kesulitan untuk menghitung jumlah yang demikian kecil? Anak-anak mempelajari angka begitu mereka mulai berbicara. Kita tidak butuh guru matematika untuk sanggup menghitung sampai 100. Demikian memalukannya kebodohan kita yang tidak pernah mengerti singkatnya hidup kita. Yang paling pandai matematika, dan dapat dengan tepat menyelidiki jutaan kali jutaan, tetap tidak sanggup menghitung 80 tahun umurnya sendiri. Hal yang menakutkan, bahwa manusia bisa mengukur jarak di luar diri mereka, berapa meter jauhnya bulan dari pusat bumi, betapa luasnya ruang antar planet, singkatnya mereka sanggup mengukur segala dimensi di langit dan bumi; tetapi tidak bisa menghitung 70 tahun umur sendiri. Maka jelaslah Musa punya alasan yang baik untuk memohon pada Allah, untuk kemampuan dan kebijaksanaan yang sangat langka di antara umat manusia. Kita baru mengarahkan hati kita pada kebijaksanaan, ketika kita memahami singkatnya hidup manusia. Apa yang bisa lebih gila lagi, daripada terus berjalan tanpa memikirkan akhirnya? Hanya orang percaya sejatilah, yang mengenal perbedaan antara status kesementaraan ini dan kekekalan yang penuh bahagia. Untuk kekekalan itulah mereka diciptakan. Hanya orang percaya sejatilah, yang tahu apa sasaran hidup mereka. Tidak ada yang dapat mengatur hidupnya dengan pikiran yang tentram, kecuali ia yang tahu apa akhirnya, yaitu kematian; kecuali ia yang dibawa untuk merenungkan tujuan keberadaan manusia di dunia ini, sehingga ia mengejar upah dari panggilan surgawi.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Thursday, June 7, 2018

Mazmur 90:11


Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu dan takut kepada gemas-Mu? Hanya perasaan takut yang suci pada Allahlah yang membuat kita sungguh-sungguh dengan dalam menyadari murka-Nya. Orang bukan pilihan, meski dihukum dengan berat, hanya menjadi kesal, atau menyerang Allah, atau menjadi beku, seakan-akan mereka sudah menjadi keras menghadapi segala bencana. Mereka jauh dari menjadi tunduk. Mereka penuh kesusahan, dan berteriak karenanya, tetapi murka Allah tidaklah menembusi hati mereka sehingga menghentikan kecongkakan dan kegarangan mereka. Hanya orang saleh saja yang batinnya dilukai murka Allah. Mereka tidak menunggu sampai dilemparkan halilintar, yang untuknya orang bukan pilihan memasang leher besi mereka.

Orang saleh gemetar ketika Allah menggerakkan satu jari kecil saja. Sang nabi telah mengatakan bahwa pikiran manusia tidak dapat memahami secara cukup kengerian murka Allah. Meski Allah menggoncang langit dan bumi, ada banyak orang, seperti raksasa di masa lampau, meremehkan hal itu, dan demikian congkak hingga menghina Allah ketika Ia mengasah halilintar-Nya. Namun sang Pemazmur sedang membicarakan doktrin yang dimiliki orang percaya, sehingga mereka dengan diam menundukkan diri mereka di bawah kewenangan-Nya. Bagi orang fasik, meski hati nurani mereka menyiksa mereka tanpa istirahat, tapi perasaan cemas itu tidak membuat mereka merendahkan diri mereka, melainkan mendorong mereka untuk semakin kurang ajar dalam melawan Allah. Singkatnya, hanya orang beriman yang peka terhadap murka Allah. Mereka ditaklukkan olehnya, mereka mengakui mereka bukan apa-apa, dan dengan kerendahan hati sejati menyerahkan diri mereka sepenuhnya untuk melayani-Nya. Ini adalah kebijaksanaan yang tidak dapat dicapai orang bukan pilihan, karena mereka tidak sanggup menanggalkan kecongkakan mereka. Mereka tidak tersentuh oleh perasaan akan murka Allah, karena mereka tidak takut pada-Nya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Wednesday, June 6, 2018

Mazmur 90:4-10


Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam. Ayat ini dikutip Rasul Petrus, dalam artian yang berbeda. Tujuan Musa adalah mengangkat pikiran manusia ke surga dengan menarik mereka keluar dari pengertian yang salah. Apakah tujuan Petrus? Banyak orang telah membuang harapan akan kebangkitan karena lelah menunggu lama, sebab Kristus tidak segera datang menurut kemauan mereka. Petrus mengoreksi ketidaksabaran ini dengan obat yang sangat tepat. Ia menangkap bahwa iman manusia pada janji Allah menjadi lemah dan goyah, karena mereka merasa Kristus terlalu lama menunda kedatangan-Nya. Apa yang menyebabkan hal ini, kalau bukan karena mereka mengemis di dunia ini? Petrus dengan tepat menggunakan kata-kata Musa untuk menyembuhkan kesalahan ini. Seperti penyebab orang tidak percaya berkubang dalam kenikmatan adalah hati mereka terlalu terikat pada dunia, sehingga mereka tidak merasakan kenikmatan-kenikmatan dari kekekalan surgawi; ketidaksabaran juga disebabkan hal yang sama. Di sini kita belajar kegunaan doktrin ini. Mengapakah kita begitu kuatir akan hidup ini, sehingga tidak pernah merasa cukup, dan kita terus menyiksa diri kita, kalau bukan karena kita menyangka kita akan hidup dalam dunia ini selamanya? Biarlah kita jangan menilai berdasarkan pengertian kedagingan, tetapi bersandar pada penghakiman Allah. Biarlah kita dengan iman mengangkat pikiran kita sampai pada takhta surga-Nya, di mana Ia menyatakan bahwa kehidupan di bumi ini bukanlah apa-apa. Musa tidak hanya membandingkan seribu tahun dengan satu hari, tetapi bahkan dengan kemarin, yang sudah berlalu. Apapun yang ada di depan mata kita mencengkram pikiran kita, tetapi kita tidak begitu dipengaruhi akan ingatan tentang masa lalu.

Mengenai kata giliran jaga, di masa lampau orang terbiasa membagi malam menjadi empat giliran jaga, masing-masing tiga jam. Untuk menyatakan dengan lebih tajam lagi, bagaimana apa yang nampak begitu lama di mata kita dipandang oleh Allah, diberikanlah perumpamaan tadi. Seribu tahun dalam pandangan-Nya tidak berbeda dari tiga jam di waktu malam, di mana orang hampir-hampir tidak tahu apakah ia sadar atau tertidur.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Tuesday, June 5, 2018

Mazmur 90:3


Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!" Musa menyatakan betapa rapuh dan sementaranya hidup manusia, dan meratapi kedukaan hidup itu. Ia bukan melakukan ini untuk berdebat dengan Allah, melainkan sebagai permohonan supaya Allah segera memberikan belas kasihan-Nya. Di tempat lain dikatakan Ia mengampuni manusia fana, ketika Ia mengingat dari apa mereka dibuat, dan mereka hanyalah seperti debu atau rumput (Mzm. 103:14).

Musa membandingkan perjalanan hidup kita seperti lingkaran. Allah meletakkan kita di bumi, membimbing kita memutari seluruh lingkaran kecil itu, dan ketika kita sampai pada titik terakhir, Ia menarik kita kembali pada diri-Nya dalam sekejap mata. Inilah definisi sederhana hidup kita: suatu putaran singkat, di mana kita segera menyelesaikan putaran kita, dan titik akhirnya adalah penghabisan perjalanan kita di bumi. Gambaran akan hidup manusia ini menunjukkan lebih jelas lagi, betapa besarnya anugerah Allah bagi para hamba-Nya, yang Ia angkat menjadi umat-Nya yang istimewa, supaya pada akhirnya Ia membawa mereka ke dalam milik pusaka-Nya yang kekal. Kita yakin dari pengalaman, bahwa setelah manusia menyelesaikan putaran hidupnya, ia dibawa keluar dari dunia ini. Namun pengetahuan akan kerapuhan kita ini gagal memberikan kesan yang mendalam di hati kia, karena kita tidak mengarahkan mata kita ke atas dunia ini. Dari mana muncul kebodohan besar manusia, yang terikat pada keberadaan masa kini, yang mengurusi hidup seakan-akan mereka akan berumur 2000 tahun, kalau bukan karena mereka tidak memandang melampaui hal-hal yang terlihat? Setiap orang menganggap ia akan berumur lebih panjang dibanding orang lain. Begitu bebalnya manusia sehingga menganggap 30 tahun, atau bahkan lebih pendek lagi, seperti kekekalan. Mereka tidak menyadari singkatnya hidup mereka selama dunia ini menguasai pikiran mereka. Maka Musa membangunkan kita dengan mengangkat pikiran kita kepada kekekalan Allah. Tanpa kesadaran itu, kita tidak tahu betapa cepatnya hidup kita berlalu. Khayalan bahwa kita akan berumur panjang, adalah seperti tidur nyenyak yang melumpuhkan kita, hingga perenungan akan kehidupan surgawi menelan khayalan tersebut.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Monday, June 4, 2018

Mazmur 90:1-2


Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun. Selama orang Israel menjadi musafir dan pengembara, Allahlah tempat perteduhan mereka. Kondisi semua manusia di bumi tidaklah tetap, tetapi Abraham dan keturunannya lebih lagi; mereka seperti orang asing dan yang dikucilkan. Sebelum mereka dibawa ke Mesir, di mana mereka hidup menanggung hari demi hari, mereka mengembara di tanah Kanaan. Mereka butuh tempat perteduhan di bawah bayangan Allah. Tanpa-Nya mereka hampir tidak bisa dihitung sebagai penduduk dunia, sebab di mana-mana mereka dihitung pendatang, dan setelah itu dipimpin melewati begitu banyak belokan dan putaran. Anugerah yang Allah nyatakan dalam memelihara mereka melalui perjalanan mereka, dan melindungi mereka dengan tangan-Nya di tengah bangsa-bangsa yang bengis dan kejam, ketika mereka rentan pada perlakuan yang merugikan dari bangsa-bangsa itu – anugerah ini diagungkan Musa dengan kata-kata yang luar biasa. Allah digambarkan sebagai tempat kediaman atau perteduhan bagi para pelarian yang terus berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari tempat tinggal. Kebesaran anugerah ini nyata dari lamanya ia diberikan: Allah tidak berhenti memelihara dan melindungi mereka lebih dari 400 tahun. Sepanjang waktu itu mereka berdiam di bawah sayap perlindungan-Nya.

Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah. Di sini digambarkan perbedaan tajam antara Allah dengan makhluk ciptaan, yang takluk pada perubahan yang terus-menerus, sehingga di kolong langit ini tidak ada yang tetap. Bahkan tidak ada yang begitu penuh perubahan seperti hidup manusia. Supaya manusia tidak menilai Allah berdasarkan keadaan mereka yang penuh perubahan, di sini Allah digambarkan dalam ketenangan yang tetap dan tidak terganggu apapun. Kekekalan yang Musa gambarkan bukan hanya mengenai esensi diri Allah, tetapi juga providensia-Nya, yang mengatur dunia. Meski Ia meletakkan dunia di bawah banyak perubahan, tetapi Ia sendiri tidak berubah. Bukan hanya untuk diri-Nya, tetapi juga untuk orang beriman. Mereka mengalami bahwa Allah tidak goyah, melainkan tetap dalam kuasa-Nya, kebenaran-Nya, keadilan-Nya, dan kebaikan-Nya, seperti dari sejak awal.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Sunday, June 3, 2018

Mazmur 89:48-53


Ingatlah apa umur hidup itu (terjemahan lain: Ingatalah betapa singkatnya hidupku). Di sini tempatnya untuk mengatakan bahwa para orang kudus telah berusaha terlalu keras untuk mendikte Allah waktu di mana Ia harus bekerja. Meskipun Ia menimpakan tekanan-tekanan pada kita selama kita dalam perjalanan musafir di bumi ini, namun tidak ada dasar yang kuat untuk menyimpulkan, bahwa kita sia-sia saja diciptakan. Bagi kita dipersiapkan hidup yang lebih baik di surga, dan kita telah diangkat menjadi anak untuk pengharapan tersebut. Maka tidaklah mengejutkan jika hidup kita tersembunyi dari kita di bumi ini. Jawabannya adalah, oleh ijin Allahlah para orang kudus dapat dengan bebas meminta dalam doa supaya Ia bersegera. Mereka tidaklah melakukan suatu ketidakpantasan, selama mereka tetap menahan diri dalam batas kerendahan hati, dan menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak-Nya, bukan disetir oleh ketidaksabaran dari penderitaan mereka. Meski hidup kita terus kita seret di tengah tekanan-tekanan yang berlanjut, namun kita memiliki penghiburan yang melimpah untuk menolong kita menanggung semua penderitaan, jika saja kita mengarahkan pikiran kita pada surga.

Hal-hal berikut perlu diperhatikan. Pertama, karena kelemahan kita yang besar, tidak ada seorangpun yang akan mengarahkan pikirannya ke surga, kecuali ia sudah pernah mencicipi kebaikan Allah dalam hidup ini. Kedua, keluh kesah umat Allah janganlah dihakimi berdasarkan standar kesempurnaan, karena keluh kesah itu bukan keluar dari keadaan batin yang tentram dan tak terganggu, melainkan pasti mengandung terlalu banyak ketidaksabaran atau kegarangan emosi dalam diri mereka. Orang yang mengukur cinta Allah dari keadaan segala sesuatunya sekarang, memakai standar yang akan menghasilkan kesimpulan yang salah. “Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya” (Ibr. 12:6). Tetapi Allah tidak pernah demikian keras terhadap umat-Nya sehingga mereka ditinggalkan tanpa bukti anugerah-Nya dalam pengalaman. Benarlah bahwa hidup tidak bermanfaat apa-apa bagi manusia, jika mereka selama hidup tidak merasakan Ia adalah Bapa mereka.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Saturday, June 2, 2018

Mazmur 89:47-48


Berapa lama lagi, ya TUHAN, Engkau bersembunyi terus-menerus? Orang tak percaya mungkin berdoa ketika dalam masalah, namun apapun yang mereka minta keluar dari bibir yang pura-pura. Namun sang nabi, dalam mengaitkan doa dengan keluhannya, membuat kesaksian bahwa ia tidak pernah kehilangan keyakinannya dalam kebenaran janji-janji Allah.

Ingatlah apa umur hidup itu (terjemahan lain: Ingatalah betapa singkatnya hidupku). Sang nabi telah mengakui, bahwa kesengsaraan berat dan layak ditangisi yang menimpa Gereja, harus ditelusuri kembali ke penyebabnya, yaitu dosa-dosanya sendiri. Untuk menggerakkan belas kasihan Allah, ia menunjukkan betapa pendeknya umur manusia. Tanpa cicipan akan kebaikan Allah dalam hidup, maka kelihatannya sia-sia saja kita diciptakan.

Supaya kita lebih mengerti bagian ini, mari kita renungkan bagian terakhir ayat ini, Betapa sia-sia Kauciptakan semua anak manusia! Ketika orang beriman mengajukan pertanyaan ini, bergerak berdasarkan prinsip utama: Allah telah menciptakan manusa dan menempatkannya di dunia ini, supaya Ia menunjukkan diri-Nya sebagai Bapa mereka. Kebaikan Allah menjangkau bahkan ternak dan segala binatang yang lebih rendah, maka tidaklah mungkin kita, yang memiliki keberadaan yang lebih tinggi dari hewan, sepenuhnya kehilangan kebaikan-Nya. Sebaliknya, lebih baik kita tidak pernah dilahirkan, daripada menjadi layu dalam sengsara yang tak ada habisnya. Selain itu, singkatnya hidup kita ditunjukkan, betapa cepatnya hidup kita berlalu, berarti kecuali Allah segera memberikan cicipan berkat-Nya pada kita, kesempatan itu akan segera lewat. Pesan ayat ini sangat jelas sekarang. Tujuan manusia diciptakan, adalah menikmati kemurahan Allah dalam dunia masa kini. Sia-sia manusia dilahirkan, kecuali Allah menunjukkan diri-Nya sebagai Bapa mereka. Kedua, karena hidup begitu singkat, argumentasi berikut diajukan, kecuali Allah segera memberkati mereka, kesempatan itu tidak akan ada lagi setelah hidup mereka berakhir.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Friday, June 1, 2018

Mazmur 89:37-46


Anak cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di depan mata-Ku, seperti bulan yang ada selama-lamanya. Di sini dijanjikan bahwa hak kerajaan akan selalu tinggal tetap pada keturunan Daud. Dua hal ini: keturunannya dan takhtanya, digabungkan bersama-sama. Oleh kata-kata ini, dijanjikan keberlangsungan kerajaan untuk selamanya. Matahari dan bulan dipanggil sebagai saksi. Mereka ciptaan yang dapat rusak, namun mereka lebih stabil daripada tanah atau udara, karena keduanya takluk pada perubahan yang terus menerus. Seluruh bagian bawah dunia takluk pada gangguan dan perubahan yang tak henti-henti. Dalam matahari dan bulan ditampilkan kondisi yang lebih tetap, supaya kerajaan Daud tidak diperhitungkan menurut pengaturan alam pada lazimnya. Namun karena takhta kerajaan goncang pada waktu Rehoboam, dan setelah itu dipatahkan dan ditunggangbalikkan, kesimpulannya adalah nubuatan ini bukanlah hanya untuk Daud. Kemuliaan lahiriah kerajaan tersebut diakhiri tanpa harapan bisa bangkit kembali, namun matahari tidak berhenti bersinar di waktu siang, dan demikian juga bulan di waktu malam. Sampai kita datang kepada Kristus, Allah mungkin nampak tidak setia pada janji-Nya. Tetapi dalam cabang yang keluar dari akar Isai, ayat-ayat ini telah digenapi dalam arti sepenuhnya.

Kaupendekkan masa mudanya. Ketika sang nabi mengeluhkan, bahwa faktanya tidak sesuai dengan janjinya, atau tidak seperti yang diharapkan umat pilihan dari janji tersebut, ia bukan sedang menuduh Allah berbohong. Melainkan, ia mengajukan ketidakcocokkan tersebut untuk tujuan lain: memberi dorongan pada dirinya sendiri, dari perenungan akan janji-janji Allah, untuk datang ke takhta kasih karunia dengan keyakinan dan keberanian yang lebih  besar; dan sementara ia mengajukan kesulitan ini di hadapan Allah, ia sepenuhnya yakin, bahwa tidaklah mungkin Allah tidak menyatakan diri-Nya setia pada Firman-Nya. Kebanyakan orang menelan kesengsaraan mereka dan menyimpannya sendiri, karena mereka putus asa akan mendapat manfaat dari doa. Orang percaya, semakin terus terang dan jujur mereka memohon pada Allah berkenaan dengan janji-janji-Nya, semakin kuat mereka bergumul melawan ketidakpercayaan mereka, dan semakin mereka mendorong diri mereka dengan pengharapan akan fakta yang indah.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi