Monday, April 30, 2018

Mazmur 80: 1-8


Hai gembala Israel, pasanglah telinga, Engkau yang . . . duduk di atas para kerub.

Takhta kasih karunia Allah merupaka tanda kehadiran Allah, di mana Ia telah berjanji akan ada dekat umat-Nya untuk mendengar doa mereka. Tidaklah diperbolehkan bagi manusia untuk mengubah bentuk yang ditetapkan Allah semau mereka. Maka orang Israel diperingatkan untuk kembali ke keadaan mereka mula-mula, jika mereka ingin menemukan Allah berbelas kasihan pada mereka. Selain itu, oleh gelar yang disandang Allah di sini, dinyatakan cinta-Nya yang ajaib kepada manusia, dalam Ia merendahkan diri-Nya untuk datang pada mereka, memilih sebuah tempat di bumi, supaya Ia berdiam di antara mereka. Tepatnya Allah tidak dapat dikatakan duduk, dan tak mungkin Ia, yang lebih besar dari seluruh surga, dapat dimuat oleh sebuah tempat (1 Raja-Raja 8:27). Namun untuk mengakomodasi kelemahan manusia, Ia digambarkan sebagai berada di antara dua kerub, supaya orang beriman tidak mengira Ia jauh dari mereka; dan supaya orang beriman jangan dikacaukan oleh keraguan dan kekuatiran ketika mendekat pada-Nya. Orang Israel diperlengkapi dengan sebuah prinsip, yang menyanggupkan mereka untuk berdoa dengan cara yang benar, supaya mereka ditarik dari penyembahan berhala yang mereka buat di Dan dan Betel. Dan supaya mereka menyingkirkan segala takhayul, membiarkan diri mereka dibimbing oleh cahaya iman yang benar, dan mengikuti Firman Allah,

Ya Allah, pulihkanlah kami. Di bawah kesulitan yang mereka terima, orang beriman lari kepada Allah, yang karya-Nya mengembalikan hidup kepada orang mati. Mereka mengakui, bahwa segala kesengsaraan mereka disebabkan hal berikut, bahwa Allah murka karena dosa mereka, dan menyembunyikan wajah-Nya dari mereka. Di lain pihak, mereka menantikan keselamatan sempurna hanya dari karunia Allah. Mereka mengatakan, inilah kebangkitan itu, yaitu jika wajah-Mu menyinari kami. Artinya, jika Allah memberikan belas kasihan dan karunia-Nya kepada mereka, mereka akan bahagia, dan segala urusan mereka berjalan baik.

Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Sunday, April 29, 2018

Mazmur 79:10-13



Mengapa bangsa-bangsa lain boleh berkata: "Di mana Allah mereka?"

Allah memberikan belas kasihan-Nya kepada kita demi nama-Nya saja. Ia mengampuni kita dengan cuma-cuma, sebab Ia penuh belas kasihan, dan mulut kita dibungkam, supaya nyata bahwa hanya Ialah yang benar dan adil. Namun di ayat ini, orang beriman memohon kepada-Nya, supaya Ia tidak membiarkan nama-Nya menjadi bulan-bulanan hujatan dan hinaan orang jahat. Dari sini kita diajar, bahwa kita tidak berdoa dengan benar, kecuali ada persatuan yang tak terpisahkan dari dua hal ini: keprihatinan akan keselamatan kita, dan giat untuk kemuliaan Allah.

Meski Allah menyatakan, bahwa Ia akan membalas musuh-musuh kita, ketika kita disakiti, kita tidaklah boleh haus akan balas dendam. Biarlah kita ingat bahwa bentuk doa ini tidak diberikan untuk semua manusia tanpa kecuali, sehingga bisa digunakan kapan saja mereka didorong nafsu mereka. Sebaliknya di bawah instruksi dan bimbingan Roh Kudus, kiranya manusia memohon untuk kepentingan seluruh Gereja, bersama-sama, melawan yang jahat. Jika kita ingin menaikkan doa seperti ini dengan cara yang benar, maka: pertama, batin kita harus diterangi oleh hikmat Roh Kudus; kedua, giatnya kita, yang sering dibusukkan oleh gejolak perasaan yang bersifat daging, harus murni dan penuh penguasaan diri; dan kemudian, dengan semangat giat yang murni dan dalam penguasaan diri, kita boleh dengan sah memohon Allah untuk menunjukkan, betapa berharganya nyawa para hamba-Nya, yang darahnya Ia balaskan, dengan contoh nyata. Orang beriman bukan ingin dipuaskan oleh pemandangan ditumpahkannya darah manusia. Mereka hanya ingin Allah memberikan peneguhan iman mereka, dalam pernyataan kasih kebapaan-Nya ketika Ia membalas ketidakadilan yang diterima umat-Nya.

Nama hamba Allah diberikan kepada orang-orang yang menerima hukuman Allah yang adil untuk dosa-dosa mereka. Allah mungkin menghajar kita, tetapi Ia tidak membuang kita untuk selamanya. Sebaliknya Ia memberi kesaksian bahwa keselamatan kita adalah objek perhatian-Nya.


Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Saturday, April 28, 2018

Mazmur 79:6-9



Tumpahkanlah amarah-Mu ke atas bangsa-bangsa yang tidak mengenal Engkau, ke atas kerajaan-kerajaan yang tidak menyerukan nama-Mu.

Bukanlah hak kita untuk mengatur Allah, bagaimana Ia harus bertindak, melainkan kita yang harus takluk dengan kesabaran pada pengaturan ini, “Penghakiman harus dimulai pada rumah Allah” (1 Petrus 4:17). Namun Ia mengijinkan para orang kudus-Nya untuk memohon dengan bebas pada-Nya, supaya mereka tidak menerima yang lebih buruk daripada orang tidak percaya, dan daripada orang-orang yang menghina Allah.

Dua kalimat ini, yang tidak mengenal Engkau, dan yang tidak menyerukan nama-Mu, memiliki arti yang sama. Tidaklah mungkin orang menyerukan nama Tuhan tanpa mengenal-Nya terlebih dahulu, seperti yang dikatakan rasul Paulus di Roma 10:14, “Bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia?” Kita tidak berbagian dalam menjawab, “Engkaulah Allahku,” kecuali setelah Ia memanggil kita dengan berkata, “Engkaulah umat-Ku,” (Hos. 2:23). Ia membuka mulut kita untuk berbicara kepada-Nya dengan cara ini, ketika Ia mengundang kita datang kepada-Nya. Menyerukan nama Allah sering disamakan dengan doa, tetapi di sini artinya bukan hanya doa saja. Kecuali kita diarahkan oleh pengenalan akan Allah, tidak mungkin kita dapat mengakui agama yang benar dengan tulus. Bangsa kafir di manapun membual bahwa mereka melayani Allah; tetapi tanpa Firman-Nya, dan dengan dewa-dewa buatan khayalan mereka yang korup, segala ibadah pelayanan mereka dibenci Allah. Hari ini pun, para penyembah yang buta dan tertipu, yang mengikuti Manusia Berdosa, menciptakan peraturan-peraturan agama tidak mengenal Allah yang katanya mereka sembah, dan tidak menanyakan-Nya apa kehendak-Nya. Mereka pasti ditolak oleh Allah, karena mereka menggantikan-Nya dengan ilah-ilah.

Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang kami. Orang Yahudi yang saleh mengakui bahwa mereka memang pantas menerima hajaran yang ditimpakan pada mereka. Dan mereka berdoa seperti di atas, karena mereka hanya mungkin mendapat kelegaan dari rekonsiliasi dengan Allah. Inilah obat untuk segala kesulitan. Selama Allah murka pada kita, bahkan kemakmuran kita tidak dapat menghasilkan manfaat dan kebahagiaan.

Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Friday, April 27, 2018

Mazmur 79:1-6



Mereka menumpahkan darah orang-orang itu seperti air . . . dan tidak ada yang menguburkan.

Allah memaksudkan penguburan manusia sebagai kesaksian bagi kebangkitan di hari terakhir. Adalah kekejian dua kali lipat bahwa hak ini diambil dari para orang kudus setelah kematian mereka. Mengapa Allah membiarkan umat-Nya dimakan oleh binatang buas, padahal Ia mengancam orang bukan pilihan dengan hukuman semacam itu? Kita harus ingat, bahwa baik orang pilihan maupun bukan pilihan, ada di bawah hukuman-hukuman sementara yang hanya mengenai daging. Allah mengubah tanda murka-Nya menjadi sarana keselamatan bagi anak-anak-Nya. Penjelasan yang sama berlaku untuk ketiadaan penguburan bagi kematian mereka. Hamba-hamba Tuhan yang paling baik mungkin menerima kematian yang kejam dan mengerikan – hukuman yang sering diberikan bagi pembunuh, dan orang-orang yang melawan Allah.

Tetapi kematian para orang kudus tetap bernilai tinggi di mata-Nya. Ketika Ia membiarkan para orang kudus-Nya dianiaya dengan tidak adil pada daging mereka, Ia menunjukkan betapa berharganya mereka bagi-Nya dengan menghukum para musuh mereka. Dengan cara  yang serupa Allah menandai murka-Nya pada orang bukan pilihan, dengan tidak memberikan mereka penguburan, dan memperingatkan raja yang jahat, “Ia akan dikubur secara penguburan keledai, diseret dan dilemparkan ke luar pintu-pintu gerbang Yerusalem” (Yer. 22:19). Ketika anak-anak Allah menghadapi hal yang sama, Ia mungkin kelihatan melupakan mereka. Tetapi setelah itu Ia mengubah kematian menjadi sarana keselamatan mereka. Iman mereka memperoleh kemenangan baru dalam ujian itu. Di masa lampau, tubuh orang mati diberi rempah-rempah untuk orang-orang hidup yang mereka tinggalkan, supaya mereka memelihara harapan akan hidup yang lebih baik dalam hati mereka, ketika mereka melihat tubuh orang yang meninggal itu dirawat. Orang beriman, tidak mengalami kerugian apapun tanpa penguburan, ketika mereka diangkat oleh iman di atas bantuan-bantuan kecil ini, supaya mereka maju dengan segera ke dalam kekekalan yang berbahagia.

Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Thursday, April 26, 2018

Mazmur 78:38-71



Tetapi Ia bersifat penyayang, Ia . . . tidak memusnahkan mereka.

Orang Israel pantas untuk dimusnahkan, tetapi Allah meringankan murka-Nya, sehingga masih ada yang tersisa dari keturunan mereka. Allah tidak menghukum mereka dengan terlalu berat, bahkan hukuman mereka ringan, dibandingkan dengan natur kejahatan mereka yang besar. Allah menahan tangan-Nya. Ia tidak melihat kepada apa yang mereka layak terima, melainkan Ia ingin memberi tempat bagi belas kasihan-Nya. Namun jangan kita kira bahwa Allah berubah-ubah, jika pada satu waktu Ia mendisiplin kita dengan keras pada satu tingkat tertentu, dan pada waktu lain Ia menarik kita dengan lembut kepada diri-Nya. Dalam hikmat bijaksana-Nya yang tak tertandingi, Ia menggunakan sarana yang berbeda-beda untuk menguji, apakah ada harapan untuk pemulihan kita. Tapi kebersalahan manusia menjadi lebih berat, jika baik ketegasan maupun belas kasihan-Nya tidak dapat mengubah mereka. Belas kasihan Allah, yang adalah sifat-Nya yang mendasar, disebutkan di sini sebagai alasan mengapa Ia tidak menghabisi umat-Nya. Kita diajar, bahwa Ia tidak digerakkan oleh penyebab lain, selain bahwa Ia rela dan siap untuk mengampuni.

Ia ingat bahwa mereka itu daging. Daging dan roh sering diperlawankan dalam Alkitab. Bukan hanya ketika daging berarti natur kita yang rusak dan berdosa dan roh berarti kebenaran yang ke dalamnya anak-anak Allah dilahirkan kembali. Namun juga ketika daging berarti tidak ada yang tetap atau stabil dalam diri manusia. Dalam bagian ini daging berarti manusia itu tunduk kepada pembusukkan; dan roh berarti manusia hanyalah sebuah nafas atau bayangan yang berlalu. Manusia digiring ke kematian oleh pembusukkan dan perusakkan, maka umat dibandingkan seperti angin yang berlalu, dan jatuh serta tidak kembali lagi. Allah, dalam belas kasihan dan kemurahan hati-Nya, menanggung bangsa Yahudi, bukan karena mereka pantas menerimanya, tetapi karena kondisi mereka yang lemah dan sementara menyebabkan belas kasihan-Nya dan Ia mengampuni mereka.


Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Wednesday, April 25, 2018

Mazmur 78:8-37



Dan jangan seperti nenek moyang mereka. Pengalaman dari segala jaman menunjukkan, tulisan

Horace mengenai bangsanya adalah benar di segala tempat:
“Jaman yang melahirkan para bapa kita,
Menyaksikan mereka membuat malu bapa mereka:
Kita, yang lebih bobrok lagi, akan memberi dunia
Kebersalahan yang semakin besar dari umat manusia.”

Apa jadinya, jika Allah tidak menolong dunia yang bergerak dari jahat menjadi lebih jahat? Sang nabi mengambil pelajaran dari kefasikan dan kesalahan para bapa bangsa Yahudi, yaitu bahwa bangsa Yahudi butuh disiplin yang keras, supaya mereka jangan mengikuti contoh buruk bapa mereka. Kita belajar betapa besarnya kebodohan dunia, yang percaya bahwa contoh bapa mereka sama berwenangnya dengan hukum, yaitu harus diikuti dalam setiap bagian. Para bapa tidaklah setia pada Allah dengan tetap, meski mereka telah bersumpah pada-Nya. Para pengikut Paus menggunakan bagian ini sebagai argumen bahwa manusia punya kuasa untuk membelokkan hatinya sendiri, dan mengarahkan hatinya pada baik maupun jahat sesuai kehendaknya. Namun kesimpulan ini tidak dapat tahan ujian sedikitpun. Sang nabi memang menyatakan bersalah orang-orang yang tidak mengarahkan hati mereka dengan lurus, namun ia bukan bermaksud untuk menyatakan manusia sanggup melakukan itu dari dirinya sendiri. Pekerjaan Allah yang khususlah, yang mengarahkan hati manusia pada diri-Nya sendiri, oleh karya Roh Kudus yang rahasia. Namun kesimpulannya bukanlah, orang-orang yang dijauhkan nafsu dan kejahatan mereka dari Allah, akan dinyatakan tidak bersalah. Sebaliknya, dari dosa yang ditegur di sini, kita harus belajar, bagaimana Ia mau kita menaati dan melayani-Nya. Pertama, kita harus menyingkirkan segala kekerasan hati dan mengenakan kuk-Nya. Kedua, kita berjubahkan hati yang lembut, memimpin afeksi hati kita pada ketaatan akan Allah, dan mengejar kelurusan. Bukan dengan gejolak yang sementara, tetapi dengan ketetapan hati yang tidak dibuat-buat dan tidak goyah.

Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Tuesday, April 24, 2018

Mazmur 78:5-7



Telah ditetapkan-Nya peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel.

Penerimaan manusia akan doktrin manapun bukanlah dasar yang cukup kuat untuk menghasilkan persetujuan akan kebenarannya. Maka sang nabi melanjutkan dengan menggambarkan Allah sebagai sumber dari doktrin yang diajarkan di sini. Ia menyatakan, bahwa para bapa tidak didorong untuk mendidik anak-anak mereka dalam kebenaran ini, karena gerakan hati mereka, melainkan oleh karena perintah Allah. Allah mendapatkan hak akan bangsa Yahudi sebagai umat-Nya, bukan hanya karena kuasa-Nya yang besar, tetapi karena Ia memeteraikan kasih karunia-Nya, supaya pengenalan akan kasih karunia itu jangan pernah menjadi pudar. Dan kemudian kovenan itu dicatat, untuk bukti publik, supaya keturunan Abraham diyakinkan, bahwa mereka telah dipisahkan dari segala bangsa lain. Sekedar mengetahui atau mengingat fakta sejarah tentang apa yang terjadi, hanyalah hal kecil. Yang penting adalah mata mereka pada saat yang sama tertuju pada pengangkatan mereka sebagai anak-anak Allah dan buahnya. Jadi, dekrit ini berbunyi, Bahwa para bapa, yang sendirinya telah dididik dalam doktrin Taurat, harus mengutarakan kembali pada anak-anak mereka, seperti langsung dari mulut Allah: mereka bukan saja telah ditolong sekali, tapi telah dikumpulkan sebagai tubuh-Nya sebagai Gereja-Nya, supaya mereka sepanjang jaman menghasilkan ketaatan suci dan murni kepada-Nya sebagai Juruselamat mereka.

Supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah.

Ketika para bapa menemukan, bahwa mereka adalah alat Tuhan untuk menyediakan keselamatan bagi anak-anak mereka, seharusnya menjadi lebih dikobarkan untuk mengajar anak-anak mereka, mengingat bahwa hasil usaha mereka demikian bernilai. Anak-anak seharusnya menjadi lebih dikobarkan untuk terus maju dalam mempelajari pengetahuan ilahi, dan tidak membiarkan pikiran mereka melayang-layang dalam spekulasi kosong. Mereka seharusnya mempertahankan pandangan mereka pada sasaran yang tepat. Kerja keras yang menyedihkan dan menyengsarakan, jika selalu “diajar tetapi tidak pernah dapat mengenal kebenaran” (2 Tim. 3:7).

Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Monday, April 23, 2018

Mazmur 78



Yang telah kami dengar dan kami ketahui.

Betapa tingginya pun keagungan Firman Allah, namun manfaat dan berkat darinya sanggup menjangkau orang tak berpengalaman dan anak-anak kecil. Bukan dengan sia-sia, Roh Kudus mengundang dan mendorong orang demikian untuk belajar darinya. Kebenaran ini harus kita perhatikan dengan seksama. Allah memperhatikan keterbatasan kapasitas manusia, dan berbicara dengan cara yang sederhana dan mudah, tapi manusia menganggap cara ini terlalu gampang. Jika Allah memakai cara yang lebih tinggi, untuk memberikan kewenangan yang lebih besar bagi Firman-Nya, manusia beralasan bahwa cara itu terlalu tidak jelas, untuk menutupi kebodohan mereka. Kedua kejahatan ini banyak ditemui di dunia. Roh Kudus menggunakan cara yang membuat keagungan kebenaran-kebenaran-Nya sanggup dimengerti orang-orang paling lemah, jika mereka memiliki hati yang mau taat dan mau diajar, dan memiliki kerinduan yang sungguh untuk menerima instruksi. Sang nabi ingin menyingkirkan segala keraguan akan pengajarannya. Ia tidak mengajarkan apapun yang baru, kecuali apa yang sudah lama diketahui dan diterima oleh Gereja.

Yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang (terjemahan lain: bapa-bapa) kami. Banyak hal-hal tersebar luas tanpa dasar kebenaran. Terlalu banyak telinga manusia yang diisi oleh dongeng. Maka sang nabi mengatakan, pengetahuan tentang hal-hal ini diceritakan kepada orang Yahudi oleh para bapa mereka.Artinya bukanlah segala sesuatu yang diajarkan di rumah tidak mungkin salah. Namun berita yang berasal dari negeri jauh dan asing, jauh lebih mudah diselewengkan menjadi kepalsuan. Yang perlu diperhatikan adalah, bukan semua bapa dimaksudkan di sini, melainkan para bapa yang dipilih menjadi umat Allah yang khusus, yang kepadanya kebenaran ilahi itu dipercayakan. Allah berkehendak, supaya hal-hal ini diajarkan dari jaman ke jaman tanpa berhenti, dari ayah ke anak dalam setiap keluarga, supaya sampai keluarga terakhir dari umat manusia boleh dijangkau, agar mereka merayakan pujian Allah Yahweh dalam karya-karya ajaib yang Ia telah kerjakan.

Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Sunday, April 22, 2018

Mazmur 77




Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN.

Maksud Pemazmur di sini adalah, kuasa Allah yang ajaib, yang Ia selalu tunjukkan untuk pemeliharaan dan keselamatan hamba-hamba-Nya, jika kita merenungkannya dengan tepat, adalah cukup untuk memampukan kita mengalahkan segala kesengsaraan. Mari kita belajar dari hal ini. Meski kadang ingatan akan karya Allah membawa penghiburan kurang dari yang kita inginkan, dan yang diperlukan situasi kita, namun kita harus berjuang, supaya kelelahan akibat duka tidak mematahkan keberanian kita. Hal ini layak menerima perhatian kita yang paling besar. Dalam kedukaan, kita selalu ingin segera menemukan obat yang meringankan kepahitannya. Namun satu-satunya jalan untuk ini adalah, meletakkan segala kekuatiran kita dalam tangan Allah. Sering terjadi, ketika Allah semakin dekat pada kita, justru kelihatannya semakin besar kesengsaraan kita dibuat-Nya. Maka banyak orang yang tidak mendapatkan manfaat dari jalan ini mengira, lebih baik lupakan saja Allah. Maka mereka membenci Firman-Nya, yang ketika didengar malah memahitkan duka mereka daripada meringankannya. Dan yang lebih parah lagi, mereka ingin Allah, yang memberatkan dan mengobarkan duka mereka, untuk menjauh. Sejenis orang yang lain lagi, menguburkan segala ingatan tentang Dia dengan menyibukkan diri mereka dengan urusan duniawi. Tidak demikian sang nabi. Meski ia tidak segera mendapatkan manfaat yang ia mungkin rindukan, namun ia tetap memandang kepada Allah. Dengan bijak ia menopang imannya dengan perenungan, bahwa baik kasih Allah maupun sifat-Nya tidak berubah, sehingga tidak mungkin tidak, pada akhirnya Allah akan menunjukkan belas kasihan-Nya pada hamba-hamba-Nya. Marilah kita belajar membuka mata kita untuk melihat karya Allah. Rabunnya mata kita dan keterbatasan persepsi kita membuat keagungan karya-Nya terlihat remeh. Tetapi jika diperhatikan sungguh-sungguh, karya-Nya akan menggetarkan kita dengan kekaguman. Penyebab mengapa begitu banyak contoh karunia Allah tidak membawa manfaat bagi kita, dan gagal membangun iman kita, adalah karena baru saja kita mulai memperhatikan dan merenungkan contoh-contoh itu, ketidaktetapan kita menarik perhatian kita pada hal lain, dan batin kita segera kehilangan contoh-contoh itu.


Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Saturday, April 21, 2018

Mazmur 76



Di Salem sudah ada pondok-Nya, dan kediaman-Nya di Sion! Pertama, manusia tidak punya sebab untuk membanggakan diri mereka dalam pertolongan kota yang disebutkan di sini. Allah menunjukkan bahwa segala kemuliaan adalah milik-Nya saja, dengan menunjukkan kuasa-Nya dari surga di hadapan semua manusia. Kedua, Ia melawan para musuh-Nya karena satu penyebab saja, yaitu pilihan bebas-Nya bagi bangsa Yahudi. Dengan contoh ini Allah menunjukkan kuasa-Nya yang tak terkalahkan dalam melindungi Gereja-Nya. Ini adalah panggilan dan penguatan bagi semua orang beriman untuk beristirahat dengan tenang di bawah naungan-Nya. Nama Allah berharga bagi Allah, maka ini bukan jaminan biasa atau keamanan biasa yang Ia berikan pada iman kita, ketika Ia meyakinkan kita, bahwa adalah kehendak-Nya untuk kuat kuasa-Nya diketahui dalam perlindungan bagi gereja-Nya. Gereja adalah tempat ditampilkannya kemuliaan Allah. Maka kita harus sangat waspada, supaya jangan menudungi atau mengubur berkat-berkat yang sudah diberikan, dalam ketiadaan ingatan oleh ketidakbersyukuran kita. Selain itu, meski Allah sekarang tidak lagi disembah dalam tabut perjanjian yang kelihatan, tetapi Kristus berdiam di tengah kita, bahkan dalam kita, maka kita tentunya akan mengalami, kapanpun bahaya datang, kita aman sempurna di bawah perlindungan-Nya.

Orang-orang yang berani telah dijarah, mereka terlelap dalam tidurnya. Para musuh dari umat pilihan kehilangan keberanian heroik yang mereka banggakan. Akibatnya baik pikiran, hati, tangan, kemampuan mental maupun fisik, tidak dapat menjalankan fungsinya. Kita diajar bahwa segala bakat dan kemampuan yang sepertinya dimiliki manusia, berada dalam tangan Allah. Setiap saat Ia dapat mengambil hikmat bijaksana yang diberikan-Nya, membuat hati menjadi lemah, menjadikan tangan tak sanggup berperang, dan menghilangkan segala kekuatan. Keberanian dan kuasa para musuh ini dipuji, supaya orang beriman dipimpin untuk mengagungkan kuasa dan karya Allah yang lebih besar lagi.


Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi


Friday, April 20, 2018

Mazmur 75



Tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain. Pemazmur ingin mengajar kita untuk puas dan merasa cukup dengan keadaan kita, dalam penguasaan diri dan kerendahan hati. Maka ia mendefinisikan apa penghakiman Allah, atau pengaturan yang ia amati dalam pemerintahan dunia, dan memberi tahu kita, bahwa hanya hak Allahlah untuk meninggikan atau merendahkan anak manusia sesuai kehendak-Nya.

Semua orang yang mengembangkan sayap kesombongan mereka, dan mengejar posisi yang semakin tinggi tanpa menghormati atau bersandar pada Allah, semuanya dapat dituntut karena berusaha merampok hak istimewa dan kuasa Allah. Hal ini nyata, bukan hanya dari perkataan mereka yang berantakan, tapi juga dari bualan mereka yang menghujat, seperti, Siapa yang akan menghalangi aku? Siapa yang bisa bertahan melawanku? Seakan-akan bukan perkara kecil bagi Allah, yang dengan satu anggukan saja dapat meletakkan seribu halangan di jalan mereka, dan membuat segala usaha mereka sia-sia. Manusia duniawi dengan kepala batu mereka dan strategi-strategi sesat dapat dituntut dengan berusaha merampok kewibawaan Allah sebagai raja. Demikian juga kita, ketika takut pada ancaman mereka, kita juga bersalah dengan membatasi kedaulatan dan kuasa Allah. Jika kita takut mendengar suara angin bertiup dengan kencang, begitu takut seperti disambar petir, kegoyahan yang demikian menandakan bahwa kita belum memahami sifat pemerintahan Allah di atas dunia ini.

Tetapi orang yang percaya bahwa Allah mengatur manusia menurut perkenanan-Nya, tidak akan berhenti pada sarana duniawi saja. Ia akan memandang ke atas dan melampaui segala hal-hal ini, kepada Allah. Doktrin ini bermanfaat bagi orang percaya untuk menyerahkan diri mereka sepenuhnya pada Allah, dan waspada terhadap kepercayaan diri kosong yang mengangkat mereka. Ketika mereka melihat orang fasik berbangga, biarlah orang saleh tidak berlambat-lambat untuk menghina kesombongan bodoh dan penuh cinta diri dari orang fasik. Meski Allah memiliki kuasa dan kewenangan yang berdaulat dalam tangan-Nya dan Ia dapat melakukan apapun yang Ia mau, namun Ia adalah hakim. Kita diajar bahwa Ia mengatur segala perkara umat manusia dengan keadilan yang sempurna.



Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Thursday, April 19, 2018

Mazmur 74



Mengapa, ya Allah, Kaubuang kami untuk seterusnya? Setiap kali kita dikunjungi kesulitan, bukanlah nasib yang secara kebetulan menembakkan panah-panah itu pada kita, melainkan tongkat hajaran Allah, yang dalam providensia-Nya yang rahasia dan misterius Ia pakai untuk menegur dosa-dosa kita. Ketika Allah menghukum kita, kita wajib merenungkan sungguh-sungguh, apa yang kita pantas terima. Dan kita wajib mengingat, bahwa meski Ia tidak dikendalikan emosi kemarahan, namun kita telah memberontak kepada-Nya dengan pelanggaran dosa yang serius. Bukan karena jasa kitalah, maka murka-Nya tidak menyala-nyala kepada kita. Umat-Nya, sebagai permohonan akan belas kasihan, mencari perlindungan pada ingatan akan kovenan, yang olehnya mereka diadopsi sebagai anak-anak-Nya.

Tanda-tanda kami tidak kami lihat, tidak ada lagi nabi, dan tidak ada di antara kami yang mengetahui berapa lama lagi. Hukuman-hukuman sementara adalah pemurnian dari Allah sebagai Bapa, dan perenungan bahwa ini sementara, akan meringankan kedukaan. Ketidaksenangan-Nya, jika berlanjut terus-menerus, akan mengakibatkan pendosa yang miskin dan malang tenggelam dalam keputusasaan. Jika kita mau menemukan sumber kesabaran dan penghiburan, di bawah tangan Allah yang mendisiplinkan kita, mari belajar memandang pada keringanan dari Allah ini. Ia mendorong kita untuk bertahan dengan pengharapan. Biarlah kita tenang dengan keyakinan, bahwa meski Ia marah, namun Ia tidak berhenti menjadi Bapa kita. Koreksi yang melepaskan kita dari dosa, tidak hanya menghasilkan kedukaan. Kesedihan yang diakibatkannya, memiliki sukacita.

Namun Engkau, ya Allah adalah Rajaku dari zaman purbakala. Kita tahu betapa sulitnya untuk mengatasi segala keraguan, dan dengan berani bertekun dalam doa dengan bebas dan tanpa paksaan. Di sini orang-orang beriman mengingat kembali bukti dari belas kasihan dan karya Allah dari satu jaman ke jaman berikutnya, sebagai bukti bahwa Ia adalah Raja dan Pelindung dari umat yang telah Ia pilih. Dari contoh ini kita diajar, tidaklah cukup untuk berdoa hanya dengan bibir saja. Kita harus berdoa dengan iman. Kita harus selalu mengingat berkat-berkat yang Allah telah berikan sebagai tanda kasih kebapaan-Nya untuk kita, dan kesaksian akan cinta-Nya yang memilih kita.


Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Wednesday, April 18, 2018

Mazmur 73:25-28



Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau?

Daud menyatakan, bahwa ia tidak menginginkan apapun, baik di surga atau di bumi, selain Allah sendiri. Tanpa Allah, hal-hal lain, yang biasanya menarik hati manusia, tidaklah indah bagi Daud. Allah dimuliakan sebagaimana hak-Nya, jika kita hanya berpegang pada-Nya saja, puas hanya oleh-Nya saja, dan bukan dihanyutkan dari satu hal ke hal yang lain. Jika kita memberikan bagian yang terkecil dari hati kita untuk makhluk ciptaan, kita mencuri kemuliaan Allah yang adalah hak-Nya. Dosa ini ada pada setiap jaman, dan terlalu banyak orang yang melakukan penghujatan ini pada masa kini. Betapa sedikitnya orang yang memberikan hati mereka hanya kepada Allah saja!

Jika kita ingin mencari Allah dengan benar, kita harus waspada, jangan kita tersesat ke jalan-jalan lain. Kita harus membuang segala takhayul dan kesombongan, dan membawa diri kita segera dan hanya kepada Allah. Inilah satu-satunya jalan mencari-Nya.

Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Arti ungkapan ini adalah: aku mengetahui, bahwa Engkau itu cukup, bahkan lebih dari cukup bagiku, tanpa segala hal-hal lain. Karena itu aku tidak membiarkan diriku diombang-ambingkan bermacam-macam nafsu, melainkan tenang dan puas dengan diri-Mu. Secara singkat, supaya kita puas hanya dengan Allah saja, sangatlah penting kita mengetahui kelimpahan berkat yang Ia tawarkan untuk kita terima.

Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. Kita hanya mencari dari Allah, hal yang kita sadar kita tidak miliki tetapi perlukan. Semua orang mengakui ini. Kebanyakan orang berpikir, yang penting Allah menolong kelemahan kita, atau menolong kita ketika kita sanggup menolong diri kita sendiri. Tetapi pengakuan Daud lebih dari hal ini. Ia membukakan dirinya yang bukan apa-apa, yang tidak memiliki apapun juga di hadapan Allah. Dengan sangat tepat ia katakan, bahwa Allah-lah bagiannya. Arti “bagian” dalam Alkitab adalah keadaan atau hak milik yang mencukupi dan memuaskan tiap orang. Mengapa Allah disebut sebagai bagian kita, adalah karena diri-Nya sendiri cukup bagi kita, dan dalam Dia-lah ada kebahagiaan kita yang sempurna.


Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Tuesday, April 17, 2018

Mazmur 73:18-24

Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina. Hal ini terjadi bukan hanya ketika Allah memulihkan keadaan yang sebelumnya kacau, tetapi juga ketika Ia mengusir kegelapan dari batin kita dan membuat kita riang oleh terang yang bersahabat. Sungguh kita tidak akan melihat hal-hal seperti kita inginkan. Allah menunda penyempurnaan status kita sampai hari penghakiman terakhir, untuk melatih kita berharap. Namun setiap saat Ia mengulurkan tangan-Nya melawan orang fasik, Ia membuat kita melihatnya seperti sinar terang pagi, sehingga kegelapan yang tebal tidak membuat kita tertidur, dan membuat kita lambat mengerti.
Tetapi aku tetap di dekat-Mu. Manusia dikatakan dekat pada Allah dengan dua cara. Pertama, dalam pemikiran dan pengertian, ketika mereka yakin bahwa mereka hidup di hadapan-Nya, diatur oleh tangan-Nya, dan ditopang oleh kuasa-Nya. Kedua, ketika Allah tanpa mereka sadari, mengekang mereka, sehingga mereka ditahan jika tersesat, dan dicegah menjadi jauh dari-Nya. Allah selalu dekat umat pilihan-Nya. Meski kadang mereka berbalik dari-Nya, Ia selalu mengawasi mereka dengan cinta kebapaan.
Engkau memegang tangan kananku. Daud sepenuhnya memperhitungkan penguasaan dirinya sebagai anugerah Allah, bahwa ia tidak menghujat secara terbuka dan tidak berkeras hati dalam kesalahannya, dan bahwa ia dibawa untuk menghakimi dirinya sendiri yang bodoh. Semua ini ia perhitungkan sebagai anugerah Allah, yang mengulurkan tangan-Nya untuk menopangnya, dan mencegahnya jatuh hingga binasa. Betapa berharganya keselamatan kita di mata Allah. Ketika kita berjalan meninggalkan-Nya, Ia tetap memperhatikan kita, dan mengulurkan tangan-Nya untuk membawa kita pulang. Kita harus waspada supaya jangan membuat doktrin ini menjadi alasan kemalasan kita. Namun pengalaman tetap mengajar kita, waktu kita tenggelam dalam kelemahan dan ketidaksadaran, Allah tetap memperhatikan kita, dan ketika kita adalah orang yang melarikan diri dari-Nya, Ia tetap dekat kita.

Monday, April 16, 2018

Mazmur 73:1-17

Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. Pengalaman menunjukkan betapa kecilnya penghargaan kita akan pemeliharaan Allah. Kita tentu semuanya seetuju bahwa dunia diatur oleh tangan Allah. Tetapi jika kebenaran ini sungguh-sungguh berakar dalam hati kita, iman kita akan ditandai oleh ketetapan dan ketekunan yang jauh lebih besar dalam mengalahkan pencobaan yang menyerang kita dalam penderitaan. Tapi jika pencobaan terkecil yang kita temui, menyingkirkan doktrin ini dari pikiran kita, jelaslah kita belum sungguh-sungguh yakin akan kebenarannya.

Setan punya bermacam-macam alat untuk menyilaukan mata dan membingungkan pikiran kita. Kekacauan dalam dunia menghasilkan suatu kabut yang begitu tebal, sehingga kita sulit melihat menembusinya, dan kita sulit menyimpulkan, bahwa Allah memerintah dan memperhatikan hal-hal di dunia ini.

Ketika situasi demikian kacau, di mana kita temukan orang yang tidak pernah tergoda oleh pikiran kotor, bahwa perkara-perkara di dunia ini berputar secara acak, dan diatur oleh kebetulan? Khayalan kotor ini telah menguasai pikiran orang tak percaya sepenuhhya, orang-orang yang tidak dicerahkan oleh Roh Allah, dan karena itu tidak dipimpin untuk mengangkat pikiran mereka pada hidup yang kekal. Kita melihat alasan mengapa Salomo mengatakan, “segala sesuatu sama bagi sekalian; nasib orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat,” yang menyebabkan hati anak-anak manusia penuh dengan kejahatan, ketidaksalehan dan kebencian kepada Allah (Pkh. 9:2-3). Alasannya adalah mereka tidak menganggap hal-hal yang kelihatannya kacau, ada di bawah pemerintahan dan pengaturan Allah.

Anak-anak Allah meletakkan beban mereka ke rangkulan Allah, sebelum pikiran-pikiran sesat dan layak dibenci ini memasuki hati mereka dalam-dalam. Mereka hanya ingin menerima penghakiman-Nya yang rahasia, yang alasannya tersembunyi bagi mereka.

Jika kita ingin mendapatkan manfaat yang benar dari merenungkan karya Allah, kita harus pertama-tama meminta-Nya membuka mata kita. Hanya orang bodoh yang menganggap mereka sanggup dari dirinya sendiri memiliki pandangan yang jelas, dan penghakiman yang menembusi segala sesuatu. Kedua, kita harus memberikan segala penghormatan selayaknya pada Firman-Nya, dengan menyerahkan otoritas yang memang adalah milik Firman tersebut.

Sunday, April 15, 2018

Mazmur 72:7-20


Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah. Daud berdoa supaya sang raja dihiasi dengan keadilan dan penghakiman, dan orang adil dapat berkembang dan seluruh bangsa makmur. Nubuatan ini mendapat penggenapannya yang tertinggi dalam Kristus. Adalah tugas Salomo untuk melindungi orang benar, tapi membuat orang menjadi benar adalah jabatan Kristus. Kristus tidak hanya memberi setiap orang upah mereka yang adil, namun Ia memperbarui hati mereka melalui pekerjaan Roh Kudus. Seakan-akan Ia membawa pulang keadilan yang tadinya dikucilkan, dan yang tanpa Kristus akan lenyap sama sekali dari dunia. Kembalinya keadilan ini diikuti oleh berkat dari Allah, yang Ia pakai untuk membuat semua anak-anak-Nya bergembira. Mereka bergembira dalam cara yang Ia pakai untuk menyadarkan bahwa di bawah Raja mereka, Kristus, semua persiapan sudah dibuat untuk mereka menikmati segala kemakmuran dan kebahagiaan.

Kiranya ia didoakan senantiasa, dan diberkati sepanjang hari! Ketika Daud menyebut doa seluruh bangsa, yang mereka panjatkan untuk menyerahkan raja di dalam kasih sayang Allah, maksudnya adalah mereka begitu senang menjadi bawahannya, sehingga mereka tidak menginginkan apapun lebih daripada tunduk kepada kewenangannya. Pastilah banyak yang menolak kuknya, dan orang munafik bersungut-sungut secara diam-diam, dan ingin memadamkan segala ingatan akan Kristus, jika mereka sanggup. Namun perhatian penuh sayang yang dinubuatkan di sini adalah apa yang ditumbuhkan semua orang percaya sejati. Bukan hanya karena berdoa bagi raja dunia adalah tugas yang diberikan oleh Firman Allah, namun karena mereka merasakan kerinduan untuk pelebaran kerajaan tersebut; kerajaan yang di dalamnya kemuliaan Allah bersinar terang, dan kesejahteraan serta kebahagiaan mereka termasuk di dalamnya. Dalam Mazmur 118:25 kita menemukan bentuk doa ini diinstruksikan pada seluruh Gereja; supaya Allah memberkati raja ini. Bukan karena Kristus butuh doa-doa kita, namun karena Ia dengan tepat menuntut hamba-hamba-Nya menyatakan bukti dari kesalehan sejati ini. Dengan berdoa demikian mereka melatih diri untuk berdoa bagi kedatangan kerajaan Allah. Kerajaan tersebut sering goncang ketika diserang oleh kebencian seluruh dunia, dan oleh alat-alat setan, namun Allah dengan luar biasa menopang dan memeliharanya sehingga tidak jatuh.

Saturday, April 14, 2018

Mazmur 72:1-6


Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja! Doa ini meminta Allah memperlengkapi raja yang Ia telah pilih dengan Roh keadilan dan hikmat. Dengan ungkapan keadilan dan penghakiman, Pemazmur memaksudkan administrasi pemerintahan yang tepat dan diatur dengan baik. Lawannya adalah kesewenang-wenangan raja-raja kafir yang tirani dan tanpa batas, orang-orang yang menghina Allah dan memerintah berdasarkan kehendak mereka sendiri. Maka raja suci Israel, yang diurapi untuk jabatannya oleh penetapan ilahi, dibedakan dari raja-raja lainnya di dunia. Kita belajar, bahwa tidak ada pemerintahan di dunia yang dapat dikendalikan dengan baik, kecuali di bawah pengaturan Allah, dan oleh bimbingan Roh Kudus. Jika raja-raja memiliki kesanggupan yang cukup dalam diri sendiri, tidak ada perlunya Daud meminta hal yang sudah ada ini dalam doa dari pihak lain. Namun ia meminta keadilan dan penghakiman Allah diberikan pada raja-raja. Dengan itu ia mengingatkan bahwa tidak ada orang yang layak menduduki jabatan mulia itu, kecuali jika mereka dibentuk untuk itu oleh tangan Allah. Serupa dengan itu, Amsal Salomo (8:15), “Hikmat menyatakan bahwa raja-raja memerintah olehnya.” Ini bukan hal yang mencengangkan, jika kita memikirkan bahwa pemerintahan sipil adalah sebuah institusi yang luar biasa. Allah mau kita mengakui-Nya sebagai yang menetapkannya, dan segala pujian untuk itu adalah bagi-Nya. Adalah baik bagi kita untuk merunut mulai dari hal umum sampai ke yang khusus; adalah karya Allah untuk menetapkan dan memelihara pemerintahan yang sah dalam dunia, maka terlebih lagi Ia diperlukan untuk memberikan karunia khusus dari Roh-Nya untuk perlindungan kerajaan suci, yang Ia pilih di antara bangsa-bangsa lain.

Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum! Allah tidak memandang muka; tetapi Allah memperhatikan orang miskin lebih daripada yang lain, bukan tanpa sebab. Mereka lebih rentan terhadap ketidakadilan dan kekerasan. Jika hukum dan pengaturan keadilan disingkirkan, hasilnya adalah, semakin berkuasa seseorang, semakin mampu ia menindas saudara-saudaranya yang miskin. Maka Daud secara khusus menyebutkan bahwa raja akan menjadi pelindung dari orang-orang yang menemukan keamanan hanya dari perlindungan penguasa, dan bahwa ia akan menjadi pembalas bagi mereka, jika mereka menjadi korban ketidakadilan.

Friday, April 13, 2018

Mazmur 71


Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan. Daud tidak hanya merayakan kebaikan Allah yang ia alami sejak masa kecilnya, tetapi juga bukti kebaikan Allah yang ia terima sebelum kelahirannya. Pengakuan yang serupa ada di Mazmur 22:10-11, yang mengagungkan kuasa luar biasa dan kebaikan Allah yang tak terbatas dalam kelahiran manusia. Seandainya kita tidak terbiasa dengan cara manusia dilahirkan, kita akan menemukan hal ini demikian ajaib. Mengagumkan bahwa seorang bayi yang dibatasi dalam rahim ibunya, dapat hidup dalam kondisi yang akan membuat seorang dewasa tercekik dalam setengah jam saja. Kita lihat betapa kecilnya kita menghargai mujizat yang Allah kerjakan, karena kita sudah menganggap hal itu biasa. Roh Kudus menegur ketidakbersyukuran kita, dengan menghadapkan contoh karunia Allah pada perenungan kita, sebagaimana nyata dalam kelahiran manusia. Ketika kita dilahirkan ke dalam dunia, meski sang ibu mengerjakan bagiannya, dan bidan bersama dengannya, dan orang-orang lain, tapi jika Allah tidak mengulurkan tangannya menopang kita, dan menerima kita ke pelukan-Nya, apa jadinya kita? Tidak ada pengharapan untuk kelanjutan hidup kita. Tanpa pertolongan Allah, kelahiran kita hanyalah akan menjadi pintu masuk ke ribuan kematian.

Tetapi aku senantiasa mau berharap dan menambah puji-pujian kepada-Mu. Janji-janji Allah, dan kebenaran-Nya dalam menggenapi mereka, digabungkan dan tidak dapat dipisahkan. Kecuali kita bergantung pada Firman Allah, segala berkat yang Ia limpahkan pada kita, tidak akan dapat kita rasakan atau nikmati. Kita tidak akan pernah digerakkan untuk bersyukur atau berdoa, jika kita tidak dicerahkan terlebih dulu oleh Firman Allah. Betapa besarnya kesalahan Servetus yang mengajar bahwa iman yang ditujukan pada janji-janji Allah adalah salah. Kita tidak mungkin mendapat jalan masuk ke hadirat Allah, kecuali Ia sendiri yang mengundang kita oleh suara-Nya untuk datang pada-Nya.

Thursday, April 12, 2018

Mazmur 70

Ya Allah, bersegeralah melepaskan aku. Di sini kita diajar, bahwa ketika musuh-musuh kita telah menindas kita sampai batas terakhir, hukuman telah disiapkan bagi mereka. Allah akan membalikkan ke kepala mereka sendiri, segala kejahatan yang mereka rencanakan untuk kita. Doktrin ini harus menjadi pengekang kita, supaya kita bertindak dengan belas kasihan dan kebaikan kepada sesama kita.

Biarlah bergirang dan bersukacita karena Engkau semua orang yang mencari Engkau. Daud menggunakan sebuah argumentasi yang sering ia gunakan, untuk meminta kelepasan. Bukan karena Allah perlu digerakkan oleh alasan dan argumentasi, melainkan karena sarana demikian berguna untuk menguatkan iman kita. Allah berkehendak supaya Ia dikenal oleh karakter-Nya yang murah hati, bukan hanya oleh satu dua orang, tetapi oleh semua orang. Maka setiap saat Ia menjamin kelepasan bagi anak-Nya yang manapun, berkat bagi satu orang itu harus diterapkan oleh semua orang beriman pada diri mereka sendiri, sebab Allah tidak pernah berubah, dan Ia akan bertindak demikian bagi seluruh umat-Nya. Daud bukan meminta bagi dirinya sendiri, melainkan bagi seluruh Gereja. Ia berdoa supaya Allah meriangkan hati semua orang kudus, atau menyediakan bagi mereka sumber kegembiraan yang sama; supaya mereka lebih cepat dan bersedia untuk datang kepada-Nya, dalam keyakinan akan kesediaan-Nya untuk menolong mereka.

Biarlah mereka yang mencintai keselamatan dari pada-Mu selalu berkata: "Allah itu besar!" Iman kita hanya dibuktikan sejati oleh tiadanya keinginan atau penantian akan pemeliharaan dari pihak lain kecuali dari Allah saja. Orang-orang yang merancang berbagai cara dan sarana pemeliharaan bagi diri mereka sendiri dalam dunia ini, menghina dan menolak keselamatan yang Allah telah ajarkan untuk nantikan hanya dari Dia saja. Semua orang yang mencari Engkau juga memiliki arti yang sama. Jika siapapun mau bersandar sepenuhnya pada Allah, dan rindu diselamatkan oleh kasih karunia-Nya, maka ia harus membuang segala harapan kosong, dan mengarahkan segala pikirannya kepada menerima kekuatan-Nya.

Wednesday, April 11, 2018

Mazmur 69:23-37


Biarlah jamuan yang di depan mereka menjadi jerat. Daud bukan memohon hal ini untuk kepentingan dirinya, melainkan dari semangat giatnya yang kudus bagi kemuliaan Allah, yang membuat ia memanggil orang jahat ke depan takhta penghakiman Allah. Karena inilah, maka ia tidak dihanyutkan oleh nafsu, seperti orang-orang yang dikuasai keinginan membalas dendam. Roh hikmat, kebenaran, dan penguasaan diri-lah yang menaruh ucapan kutuk ini dalam mulut Daud. Maka contoh Daud tidak bisa dipakai untuk membenarkan orang-orang yang melampiaskan murka dan kebencian mereka pada semua orang yang berpapasan dengan mereka, atau orang-orang yang dihanyutkan oleh ketidaksabaran untuk membalas dendam; orang-orang yang tidak sedikitpun mengambil waktu untuk memikirkan hal baik apa yang bisa keluar dari hal ini, atau yang tidak berusaha sedikitpun untuk mengendalikan gejolak nafsu mereka. Kita perlu hikmat bijaksana untuk membedakan orang-orang yang sama sekali bukan kaum pilhan, dari orang-orang yang masih mungkin bertobat. Kita juga perlu keadilan, supaya tidak ada orang yang mendedikasikan dirinya hanya pada mengejar keuntungan pribadi. Kita juga perlu penguasaan diri, untuk mengatur pikiran kita pada ketahanan yang tenang. Singkatnya, jika kita mau meneladani Daud, kita harus pertama-tama mengenakan karakter Kristus pada diri kita, supaya jangan kita hari ini ditegur seperti Kristus menegur dua murid-Nya dahulu, “Kamu tidak tahu Roh apa yang ada di dalam kamu” (Luk. 9:55).

Biarlah mereka dihapuskan dari kitab kehidupan. Apa yang dikatakan Rasul Yohanes (1 Yoh. 2:19) tetap benar, bahwa tidak ada orang yang sungguh-sungguh adalah anak-anak Allah, akan pada akhirnya jatuh secara fatal atau dibuang sepenuhnya. Namun orang-orang munafik dengan congkak membual bahwa mereka adalah anggota utama dari Gereja, sehingga Roh Kudus mengungkapkan penolakan pada mereka dengan tepat, dengan gambaran mereka dihapuskan dari kitab kehidupan. Semua orang pilihan Allah disebut sebagai orang benar. Seperti Paulus katakan dalam 1 Tes. 4:3, 4, 7, “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing tahu bagaimana menguasai tubuhnya dalam pengudusan dan penghormatan: sebab Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.” Dan puncak dari pasal 8 suratnya kepada jemaat di Roma, di ayat 30, kita kenal baik: “Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.”

Tuesday, April 10, 2018

Mazmur 69:7-22



Sebab oleh karena Engkaulah aku menanggung cela, noda meliputi mukaku. Di sini Daud dengan adil menuntut perkaranya. Bukan karena ia melakukan kejahatan, melainkan karena ia menaati Allah-lah, maka manusia tidak setuju dan menghakiminya dengan tergesa-gesa. Suatu penghiburan besar bagi orang beriman yang sejati, bahwa mereka dapat menjelaskan bahwa mereka memiliki jaminan dan panggilan dari Allah untuk apa yang mereka kerjakan. Jika kita dibenci dunia karena mengakui iman kita di depan umum, ingat bahwa ini adalah hal yang sudah pasti akan terjadi. Jelaslah dari pengamatan, bahwa orang jahat tidak pernah lebih gencar menyerang kebenaran Allah dan ibadah yang sejati. Maka jika kita dibenci dunia, kita memiliki dasar untuk memiliki keyakinan yang dua kali lipat lebih kuat.

Sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku. Daud lupa akan dirinya sendiri ketika ia dibakar oleh semangat kudus untuk memelihara Gereja, dan kemuliaan Allah yang tidak bisa dilepaskan darinya. Semua orang membual bahwa mereka menyerahkan pada Allah kemuliaan milik-Nya. Tetapi ketika Taurat, hukum hidup bajik dan suci menunjukkan klaim akan hidup mereka, mereka menghina Allah, dan bukan itu saja, tetapi mereka dengan kemarahan melawan-Nya, dalam mereka melawan Firman-Nya. Seakan-akan Allah ingin dihormati dengan nafas mulut saja! Ia ingin takhta-Nya ditegakkan di antara manusia, dan Ia mengatur mereka dengan hukum-Nya. Daud di sini menempatkan Gereja sebagai wakil Allah. Ia tidak bermaksud mengambil hak Allah menjadi milik Gereja, tetapi untuk menunjukkan kepura-puraan orang yang mengaku sebagai umat Allah. Orang-orang tersebut memberontak dari kendali hukum suci Allah, yang dipercayakan kepada Gereja. Daud menghadapi sekelompok orang yang mengaku sebagai umat Allah, meski mereka adalah orang-orang munafik dan bukan anak sejati. Semua yang mendukung Saul membual akan tempat mereka dalam Gereja, dan menandai Daud sebagai orang yang sesat atau busuk. Meskipun diperlakukan demikian, Daud tidaklah menjadi putus asa, melainkan ia dengan rela menerima segala serangan demi perlindungan Gereja.

Monday, April 9, 2018

Mazmur 69:1-6

Lesu aku karena berseru-seru, kerongkonganku kering; mataku nyeri karena mengharapkan Allahku. Daud menunjukkan sebuah contoh dari kesabaran yang langka dan luar biasa, ketika ia mencari dan berseru pada Allah dalam kondisi yang kacau dan tanpa harapan. Ia berkeluh kesah tentang berseru-seru sampai kelelahan dan menjadi serak, dan semua itu tidak ada gunanya. Meski indera tubuhnya telah mencapai batas kekuatannya, namun kekuatan imannya tidak menjadi padam sama sekali. Selagi Allah tidak mendisiplin kita, kita harus merenungkan kebenaran in, dan mengambil pertolongan yang dimunculkannya ketika dalam bencana, yaitu: bahkan dalam kesulitan paling dalam, iman sanggup menjaga kita tetap tegak, dan bahkan sanggup mengangkat kita pada Allah. Paulus bersaksi (Rm. 8:39), tidak ada ketinggian atau kedalaman yang sanggup memisahkan kita dari kasih-Nya yang tak terbatas, yang mengalahkan segala kedalaman, bahkan neraka sekalipun.

Orang-orang yang membenci aku tanpa alasan lebih banyak dari pada rambut di kepalaku. Daud berusaha mencegah dirinya dari menyerah kepada penghakiman manusia yang salah, dengan merujuk kepada Allah sebagai hakim perkaranya. Karena ia memiliki kesaksian dari hati nurani yang baik, ia sanggup mengabaikan penilaian tak adil yang manusia jatuhkan atas karakternya. Memang kita ingin integritas kita diakui dan disetujui oleh manusia, dan bukan untuk diri kita sendiri, melainkan untuk pertumbuhan saudara-saudara seiman kita. Namun jika kita telah melakukan semua dalam kuasa kita untuk membuat pendapat yang baik mengenai kita dari manusia, tapi mereka memutarbalikkan semua perkataan baik yang kita ucapkan, dan semua tindakan baik yang kita lakukan, kita harus memelihara kebesaran hati sedemikian, sehingga kita dengan berani memandang rendah dunia dan semua penuduh palsu; kita tenang dan puas dengan penghakiman Allah dan hanya penghakiman Allah. Orang-orang yang terlalu cemas tentang menjaga reputasi mereka, tak mungkin tidak sering mengalami kelemahan hati. Marilah kita selalu siap untuk menjawab manusia; tetapi jika mereka menolak untuk mendengarkan penjelasan pembelaan diri kita, biarlah kita terus melanjutkan jalan kita, melalui laporan yang baik dan juga yang buruk. Marilah kita mengikuti teladan Paulus di 1 Korintus 4:5, di mana ia merujuk kepada penghakiman Allah, “yang akan menerangi apa yang tersembunyi dalam kegelapan.”

Sunday, April 8, 2018

Mazmur 68:29-36

Kerahkanlah kekuatan-Mu, ya Allah, tunjukkanlah kekuatan-Mu, ya Allah. Manusia selalu cenderung untuk mengambil bagi diri sendiri kemuliaan dari apa yang mereka telah lakukan, daripada menelusuri keberhasilan mereka kembali kepada Allah. Daud mengingatkan bangsa-Nya bahwa mereka bukan menang dengan kekuatan sendiri, melainkan kekuatan yang diberikan dari atas. Jika mereka telah melepaskan diri mereka dengan tenaga di medan pertempuran, ia ingin mereka merenungkan bahwa Allah-lah yang telah memenuhi mereka dengan kekuatan itu, dan menjaga mereka dari kesombongan yang mengabaikan dan menghina kebaikan Allah. Perenungan ini juga dapat lebih jauh memelihara kerendahan hati dalam diri mereka. Pemazmur menunjukkan, bahwa mereka tetap bergantung pada kelanjutan karunia dan perlindungan yang sama di masa depan. Penyebab dari kecongkakkan adalah tidak merasakan ketidakberdayaan kita, dan tidak datang dengan rendah hati kepada Tuhan untuk memenuhi kekurangan kita. Pelajaran lain dari bagian ini adalah, kita membutuhkan lebih dari anugerah umum Allah yang mencegah kita lebih banyak lagi berdosa. Kita selalu membutuhkan pertolongan-Nya sepanjang seluruh hidup kita. Jika hal ini benar dalam peperangan yang melawan darah dan daging secara harafiah, terlebih lagi dalam hal rohani. Tidak mungkin kita dapat bertahan sejenak pun melawan musuh seperti iblis, dosa, dan dunia, jika kita tidak menerima anugerah dari Allah yang menjamin ketekunan kita.

Bagi Dia yang berkendaraan melintasi langit purbakala. Perhatikanlah, Ia memperdengarkan suara-Nya, suara-Nya yang dahsyat! Langit purbakala berarti bahwa seluruh keluarga umat manusia berada di bawah kuasa Allah dari sejak awalnya. Bukti yang nyata akan kuasa Allah yang mulia ada dalam ketaatan dan harmoni sempurna dari langit, meskipun bangunannya begitu luas, kecepatan pergerakkannya begitu tinggi, dan revolusi yang terjadi di dalamnya saling berlawanan. Pengaturan indah ini telah dipelihara tanpa terganggu berjaman-jaman lamanya. Jelaslah bahwa umur langit yang demikian tua memuji keluarbiasaan karya Allah.

Saturday, April 7, 2018

Mazmur 68:8-28

Ya Allah, ketika Engkau maju berperang di depan umat-Mu. Pemazmur menunjukkan bahwa kebaikan Allah terutama ditampilkan di dalam Gereja, yang Allah telah pilih sebagai panggung di mana kasih kebapaan-Nya dinyatakan. Ayat-ayat selanjutnya bertujuan untuk membawa anak-anak Abraham untuk menerapkan pengamatan tersebut pada diri mereka sendiri. Ia merujuk kepada peristiwa pelepasan mereka dari Mesir, yang merupakan janji pertama dan kekal dari karunia Allah, dan yang meresmikan adopsi mereka di bawah bapa gereja. Peristiwa luar biasa yaitu keluarnya mereka dari Mesir telah memberikan bukti kepada segala jaman akan cinta kasih yang Allah miliki untuk gereja-Nya. Mengapa begitu banyak mujizat terjadi? Mengapa langit dan bumi digoncangkan? Mengapa gunung-gunung gemetar? Semua itu adalah supaya semua orang mengenali kuasa Allah berkaitan dengan kelepasan bagi umat-Nya. Pemazmur menggambarkan Allah sebagai pemimpin yang membawa mereka maju. Dan bukan hanya melewati laut Merah, tetapi dalam perjalanan mereka sepanjang mereka mengembara di padang gurun.  

Kereta-kereta Allah puluhan ribu, bahkan beribu-ribu banyaknya (terjemahan lain: Kereta-kereta Allah adalah ribuan kali ribuan malaikat). Kita cenderung meremehkan kehadiran Allah, maka Daud memberikan gambaran untuk meninggikan pikiran kita mengenai hal itu. Hati kita yang tidak beriman membuat kita merasa bahaya terkecil dalam dunia lebih berat daripada kuasa Allah. Kita gemetar di bawah ujian terkecil, kita lupa atau kita memandang rendah kemahakuasaan-Nya. Untuk melindungi kita dari kesalahan tersebut, Daud mengarahkan kita pada puluhan ribu malaikat, bahkan jumlahnya tak terhitung, yang ada di bawah komando Allah. Perenungan tentang hal ini akan menyanggupkan kita menghadapi kejahatan yang menyerang kita. Dikatakan puluhan ribu di sini, tetapi ini hanyalah sebuah angka yang menolong kita menyadari bahwa bala tentara Allah yang hidup, yang Ia tugaskan untuk menolong kita, tidak dapat dihitung jumlahnya, dan pastilah hal ini menghibur kita dalam penderitaan-penderitaan yang paling mematikan dalam hidup ini.

Tuhan telah berfirman: "Dari Basan akan Kubawa kembali.” Para nabi terbiasa menggambarkan belas kasihan Allah dengan rujukan pada sejarah penebusan Israel, supaya dengan memandang ke belakang pada pembebasan agung pertama mereka, umat Allah dapat menemukan dasar untuk mengharapkan pertolongan Allah di masa depan. Di sini Allah digambarkan sebagai yang berbicara sendiri, untuk menekankan hal ini lebih lagi.

Friday, April 6, 2018

Mazmur 68:1-7

Tetapi orang-orang benar bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita. Ketika Allah menunjukkan diri-Nya sebagai musuh dari yang jahat, tujuannya adalah menjamin keselamatan Gereja-Nya. Orang fasik melarikan diri dari hadapan Allah, sebagai yang memenuhi hati mereka dengan teror. Orang benar bersukacita di dalam-Nya, karena tidak ada yang membuat mereka lebih bahagia daripada memikirkan bahwa Allah ada di dekat mereka. Dalam Mazmur 18:27 kita melihat mengapa kehadiran Allah menggentarkan sebagian orang dan menghibur yang lain; karena “terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.” Ayat ini memiliki begitu banyak ungkapan untuk menunjukkan betapa besarnya sukacita umat Allah, dan betapa sukacita tersebut menguasai afeksi mereka.

Bernyanyilah bagi Allah, mazmurkanlah nama-Nya, buatlah jalan bagi Dia yang berkendaraan melintasi awan-awan. Daud memanggil umat Allah untuk memuji-Nya. Ia menunjukkan alasan-alasannya: karena seluruh dunia ada di bawah kuasa dan pemerintahan-Nya, dan karena Ia merendahkan diri untuk melindungi yang paling miskin dan sengsara dari keluarga kita. Kuasa-Nya digambarkan dengan ungkapan berkendaraan melintasi awan-awan, atau langit, sebab artinya Ia duduk mengatasi segala sesuatu. Roh Kudus dapat mengajar kita melalui ungkapan ini, supaya kita memurnikan pikiran kita dari semua yang kotor dan bersifat duniawi dalam pengertian kita mengenai Allah. Tetapi yang terutama adalah Ia mau menekankan kuasa-Nya yang besar, supaya kita menghormati-Nya sebagaimana layaknya, dan membuat kita sadar betapa pujian kita tidak sanggup mencapai kemuliaan-Nya.  

Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus. Selanjutnya Daud menekankan kebaikan Allah yang transenden dalam Ia merendahkan diri untuk mencapai para yatim dan janda. Kemuliaan Allah yang tak terbayangkan tidak membuat-Nya menjauhkan diri dari kita, atau mencegah-Nya membungkuk untuk menjangkau kita dalam kesengsaraan yang paling dalam. Janda dan yatim disebutkan karena dunia biasanya menganggap mereka tidak cukup berharga untuk diperhatikan. Kita terbiasa memberikan perhatian di mana kita mengharapkan ada imbalan. Kita memperhatikan orang-orang berkuasa dan berpenampilan mulia, dan menghina atau mengabaikan yang miskin. Orang miskin mendapatkan penghiburan dalam memikirkan bahwa Allah tidak jauh dari mereka.  

Thursday, April 5, 2018

Mazmur 67


Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita. Sang Pemazmur mengawali dengan berdoa untuk berkat Ilahi, terutama untuk bangsa Yahudi. Ia berbicara tentang orang-orang yang merupakan bagian dari Gereja Allah, dan bukan orang di luarnya. Jelaslah bahwa ia menyusuri segala berkat yang mereka terima ke sumbernya, yaitu karunia Allah yang cuma-cuma. Dari ini kita belajar, bahwa selama kita di dunia, segala kebahagiaan, keberhasilan, kemakmuran, semuanya berasal dari sumber yang sama. Jika demikian, bagaimana mungkin ada orang yang berpikir, ia dapat mengantisipasi kebaikan Allah dengan jasa-jasanya yang layak?

Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah. Setelah berbicara mengenai segala bangsa berbagian dalam pengenalan Allah yang membawa keselamatan, Pemazmur memberitahu kita bahwa mereka akan memproklamirkan kebaikan-Nya, dan mendorong mereka untuk bersyukur. Mustahil kita dapat memuji Allah dengan benar, kecuali pikiran kita tenang dan riang, kecuali kita telah diperdamaikan dengan Allah, kecuali kita dihidupkan oleh pengharapan keselamatan, dan “damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal,” bertakhta dalam hati kita (Fil. 4:7). Penyebab dari sukacita adalah event panggilan kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. Penyebabnya bukan pemerintahan Allah secara umum, namun pemerintahan-Nya yang khusus dan rohani di atas Gereja, yaitu orang-orang yang Ia telah kumpulkan di bawah pemerintahan-Nya oleh pengajaran Taurat.
Tanah telah memberi hasilnya. Setelah tindakan utama dari karunia Allah telah dibahas, berikutnya berkat-berkat temporal yang Ia berikan pada anak-anak-Nya, supaya mereka memiliki segala sesuatu untuk melengkapi kebahagiaan mereka. Segala berkat yang Allah berikan pada umat-Nya di masa lampau adalah seperti terang yang diangkat di hadapan dunia, supaya mereka ditarik datang kepada-Nya. Jika Allah dengan murah hati memenuhi kebutuhan umat-Nya, maka tujuannya adalah untuk membesarkan takut akan nama-Nya, oleh karena segala ujung bumi akan melihat kasih sayang kebapaan-Nya bagi milik-Nya sendiri, dan menundukkan diri mereka dengan keriangan di bawah pemerintahan-Nya.

Wednesday, April 4, 2018

Mazmur 66:13-20

Aku akan masuk ke dalam rumah-Mu dengan membawa korban-korban bakaran. Apa yang diajarkan pada kita di sini? Bahwa ketika Allah menolong kita dalam kesulitan, kita melakukan ketidakadilan, jika kita lupa merayakan kelepasan kita dengan pengakuan yang sungguh. Bagian ini berbicara lebih dari sekadar syukur. Bagian ini berbicara tentang nazar yang telah dibuat Pemazmur dalam penderitaannya, dan nazar itu merupakan bukti dari keteguhan imannya. Dorongan dari Rasul Yakobus (5:13) perlu kita perhatikan secara khusus: “Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!” Betapa banyaknya orang yang menumpahkan pujian munafik mereka kepada Allah ketika keberuntungan mereka bertambah, tetapi begitu kesulitan tiba, intensitas cinta mereka padam, atau dikalahkan oleh kekuatan dari sungut-sungut dan ketidaksabaran. Bukti terbaik akan kesalehan sejati adalah ketika kita menyampaikan keluhan kita pada Allah di bawah tekanan penderitaan kita, dan menunjukkan oleh doa-doa kita, ketekunan yang suci dalam iman dan kesabaran; dan setelah itu kita maju dengan pernyataan syukur kita.     

Korban-korban bakaran dari binatang gemuk akan kupersembahkan kepada-Mu, aku akan menyediakan lembu-lembu dan kambing-kambing jantan. Betapapun kita menyarankan diri kita untuk memuji nama Allah, kita hanya dapat mengotori nama-Nya dengan mulut kita yang bernoda, seandainya Kristus tidak menyerahkan diri-Nya sendiri sebagai korban, untuk menyucikan baik kita dan ibadah kita (Ibr. 10:7). Menurut sang rasul, hanya melalui Kristus sajalah maka pujian kita dapat diterima. Sang Pemazmur membicarakan mengenai wangi-wangian dari korban, karena meski korban pada dirinya sendiri buruk dan menjijikkan, namun selama korban itu merupakan bayang-bayang dari Kristus, maka korban itu menaikkan wangi-wangian yang memperkenankan Allah. Sekarang bayang-bayang Taurat itu sudah dihapuskan, kita perlu mengarahkan perhatian pada ibadah rohani yang sejati. Apa artinya, lebih jelas dalam ayat berikutnya, ketika Pemazmur mengatakan, ia akan menyebarkan ketenaran dari berkat-berkat yang ia terima dari Allah. Itulah tujuan dari upacara-upacara yang kelihatan di bawah Taurat itu, dan tanpa tujuan itu, upacara-upacara itu hanya pertunjukkan semata. Hal inilah, yaitu mengeluarkan pujian bagi kebaikan ilahi, yang membentuk kepantasan dari korban.

Tuesday, April 3, 2018

Mazmur 66:1-12

Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak. Ketika penderitaan mendatangi kita, kita harus memikirkan bahwa penderitaan datang dari Allah, dan diberikan untuk kebaikan kita. Dengan maksud inilah sang Pemazmur menyebut mereka diuji dan dimurnikan. Allah menguji anak-anak-Nya dengan tujuan memurnikan mereka dari dosa mereka, seperti kotoran dikeluarkan dari perak oleh api. Pada saat yang sama, Pemazmur juga menyiratkan bahwa kesabaran mereka telah diuji. Pencobaan mereka merupakan pencobaan yang berat, seperti perak berkali-kali dimasukkan ke dalam perapian. Mereka menyatakan syukur mereka pada Tuhan, sebab mereka tidaklah dihancurkan oleh ujian mereka. Ujian mereka telah datang dalam berbagai rupa, dan sangat keras, seperti yang digambarkan, bukan hanya oleh ungkapan ini, melainkan dari seluruh konteks, di mana dikatakan mereka telah dibawa ke dalam jaring, diletakkan dalam situasi yang sulit, orang-orang telah melintasi kepala mereka, dan mereka dipimpin melewati karam kapal dan api.

Kami telah menempuh api dan air. Ketika Pemazmur membicarakan tentang kekejaman yang mereka derita dengan tidak adil dari tangan para musuh mereka, ia membicarakannya sebagai penghukuman ilahi. Pemazmur ingin menjaga umat Allah dari mengira bahwa Allah tidak tahu apa yang mereka alami, atau perhatian Allah pada mereka sedang teralih oleh hal-hal lain. Kondisi mereka yang digambarkan di sini adalah perwakilan kondisi Gereja. Ketika Gereja ditindas dan dilempar ke dalam api atau air, oleh ujian yang berturut-turut, kiranya kita tidak merasa hal itu begitu aneh atau baru sehingga kita terkejut dan takut.

Tetapi Engkau telah mengeluarkan kami sehingga bebas (terjemahan lain: sehingga tiba di tempat yang berkelimpahan). Ungkapan ini adalah perumpamaan untuk kondisi yang makmur, seperti umat Allah dibawa ke tempat yang nyaman dan subur, di mana ada kelimpahan akan rumput yang hijau. Kebenaran di dalamnya adalah meski Allah mendatangkan hajaran yang keras pada anak-anak-Nya untuk sementara, namun Ia pada akhirnya akan memahkotai mereka dengan sukacita dan kemakmuran.

Sunday, April 1, 2018

Mazmur 65:5(b)-14

Dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu! Sang Pemazmur menegaskan buah dari hak istimewa yang ia jelaskan sebelumnya, ketika ia katakan, bahwa orang beriman akan dipuaskan oleh kepenuhan Bait Allah. Artinya bukan bahwa orang beriman sudah menerima penuh kebaikan Allah pada suatu waktu, melainkan kebaikan Allah dinyatakan pada mereka secara bertambah-tambah. Meskipun pengaruh Roh Kudus dibagikan dalam porsi yang berkesinambungan, namun setiap porsi itu diperkaya dengan kecukupan untuk masa kini, sampai semua pada waktunya mencapai kesempurnaan. Di satu sisi adalah benar, bahwa “Allah memuaskan mulut kita dengan kebaikan” (Mzm. 103:5), namun di sisi lain kita harus ingat apa yang dituliskan di tempat lain, “Bukalah mulutmu, dan Aku akan memenuhinya” (Mzm. 81:11).  Dengan secara khusus menyebut kebaikan dari tempat kudus, secara tersirat, sang Pemazmur merekomendasikan sarana-sarana eksternal yang Alah telah tetapkan untuk membawa kita menikmati berkat-berkat surgawi. Di masa yang lampau, Allah dapat langsung mengulurkan tangan-Nya dari surga untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang menyembah pada-Nya. Tetapi Ia melihat baik untuk memuaskan jiwa mereka dengan sarana doktrin dari Taurat, korban, dan ritual lain serta pertolongan eksternal bagi kesalehan. Demikian juga sarana yang Ia masih tetap gunakan dalam Gereja. Kita tidak boleh bersandar pada sarana-sarana itu, namun kita juga tidak boleh mengabaikan mereka.

Engkau mengindahkan tanah itu, mengaruniainya kelimpahan, dan membuatnya sangat kaya. Sementara kebaikan Allah pada umat-Nyalah yang lebih dikenal dan dirayakan di Mazmur ini, namun di bagian manapun dunia ini kita hidup, kita wajib mengakui kelimpahan kebaikan Allah yang nampak pada kesuburan dan hasil bumi. Bumi tidak dari dirinya sendiri menghasilkan kelimpahan variasi buah-buahan, melainkan karena ditetapkan Allah untuk menghasilkan makanan bagi manusia. Ungkapan sang Pemazmur memiliki ketepatan dan kuasa, bahwa gandum disediakan bagi manusia, karena bumi telah disiapkan demikian rupa oleh Allah. Artinya, penyebab kelimpahan yang dihasilkan bumi, adalah karena bumi dibentuk demikian oleh Allah, dalam kasih kebapaan-Nya bagi seluruh keluarga umat manusia, untuk menyediakan kebutuhan anak-anak-Nya.

Mazmur 65:5(a)

Berbahagialah orang yang Engkau pilih.  Daud telah mengakui bahwa bangsanya telah memisahkan diri mereka dari Allah oleh dosa mereka, dan membuang segala hak untuk didengar. Kini ia mencari perlindungan dalam karunia yang cuma-cuma dari Allah, yang menjamin penghapusan dosa, selain berkat-berkat lain. Ia memberikan penjelasan tambahan mengenai penghapusan kesalahan, dengan menunjukkan mengapa Allah berbelas kasihan pada para pendosa. Penyebabnya hanya bisa ditemukan dalam cinta kasih kebapaan Allah, yang menyambut orang berdosa dalam hadirat-Nya, meskipun mereka begitu tidak layak. Pengampunan yang kita terima setiap hari, keluar dari adopsi kita, dan atas dasar itulah segala doa kita didirikan. Bagaimana mungkin orang berdosa berani datang ke hadapan Allah, untuk mendapatkan pendamaian dengan-Nya, jika ia tidak yakin bahwa Ia adalah Bapa? Dalam ayat-ayat ini, Daud tidak bicara mengenai kasih karunia Allah yang menjangkau bangsa-bangsa non-Yahudi, melainkan hanya sebagaimana berlaku dalam waktu ia menulis Mazmur ini. Pada saat itu Gereja Allah hanya sebatas orang Yahudi, dan hanya merekalah yang diperbolehkan masuk ke dalam tempat kudus. Namun sekarang pembedaan itu telah diruntuhkan, dan bangsa-bangsa lain dipanggil kepada hak istimewa yang sama. Kita semua memperoleh kebebasan untuk datang pada Allah dengan keakraban. Kristus adalah damai sejahtera kita (Ef. 2:14), yang telah mempersatukan orang-orang yang jauh, dan orang-orang yang dekat.

Apa yang telah dikatakan menunjukkan cakupan sang Pemazmur. Gereja dan umat pilihan Allah memperoleh janji penghapusan dosa, maka ia menyebut berbahagia orang-orang yang Tuhan masukkan dalam kelompok itu, dan memperkenalkan hak istimewa yang mereka nikmati. Kata-katanya menunjukkan, pemilihan Allah tidaklah berlaku bagi semua. Hal itu adalah hak istimewa orang Yahudi, bahwa mereka dipilih oleh Allah dari antara bangsa-bangsa lain. Jika manusia dapat melakukan sesuatu untuk mengundang belas kasihan Allah, maka pilihan bukanlah bagian Allah sepenuhnya lagi, meski hak dan kuasanya tetap milik-Nya. Orang-orang Yahudi tidak memiliki kehebatan dibanding yang lain, kecuali bahwa mereka telah menikmati perkenanan Allah yang membedakan mereka dari yang lain. Tembok pemisah itu sekarang telah dihancurkan, supaya bangsa-bangsa non-Yahudi dapat dipanggil masuk.

 

Mazmur 65:1-4

Bagi-Mulah puji-pujian di Sion, ya Allah. Kebaikan Allah pada umat-Nya demikian besar sehingga selalu menyediakan bahan baru bagi pujian. Kebaikan-Nya tersebar di seluruh dunia, tetapi terutama ditunjukkan pada Gereja. Orang-orang di luar Gereka Allah, tidak melihat dari mana asal kebaikan itu, betapa berlimpahnya pun mereka menerimanya. Mereka beria-ria dalam berkat yang mereka terima tanpa mengakui pemberi-Nya. Syukur layak diberikan pada Allah karena kebaikan yang Ia nyatakan pada Gereja dan umat-Nya.

Engkau yang mendengarkan doa. Gelar yang diberikan pada Allah di sini mengandung suatu kebenaran yang sangat penting. Ia pasti menjawab doa-doa kita, karena jika Ia menolak doa-doa itu, dalam suatu artian tertentu Ia akan menyangkal hakikat diri-Nya sendiri. Pemazmur tidak mengatakan, Allah mendengar doa dalam kasus ini atau kasus itu, tetapi memberikan gelar “yang mendengarkan doa” pada-Nya, sebagai bagian yang tetap dalam kemuliaan-Nya, sehingga Ia tidak mungkin menutup telinga dari permohonan kita, sama seperti Ia tidak mungkin menyangkal diri-Nya sendiri. Seandainya kita dapat menanamkan hal ini dalam pikiran kita, bahwa mendengar doa merupakan karakteristik Allah, dan tak dapat dipisahkan dari-Nya, kita akan dipenuhi dengan keyakinan yang tak dapat gagal.

Kelanjutan ayat ini juga perlu kita perhatikan, bahwa kepada-Mulah datang semua yang hidup. Tidak ada orang dapat datang begitu saja ke hadapan-Nya tanpa keyakinan bahwa Allah terbuka pada permohonan. Ketika Allah mengantisipasi ketakutan kita, dan Ia yang maju menyatakan bahwa doa tidak pernah dipanjatkan dengan sia-sia kepada-Nya, maka pintu dibuka lebar-lebar untuk semua boleh masuk. Sebelum kita dapat menghadap Allah dengan cara yang berkenan pada-Nya dalam doa, haruslah janji-janji-Nya kita ketahui. Tanpa itu kita tidak punya jalan masuk kepada-Nya, seperti yang rasul Paulus katakan (Ef. 3:12). Di sana ia katakan, semua yang hendak datang pada Allah harus diperlengkapi lebih dulu dengan iman pada Kristus, yang menggerakkan mereka dengan keyakinan. Begitu tak terkatakan besarnya hak istimewa yang kita terima oleh Injil, sehingga kita mendapat jalan masuk yang bebas kepada Allah. Ini adalah nubuatan akan kerajaan masa depan Kristus.