Thursday, May 31, 2018

Mazmur 89:35-36


Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah. Pengenalan sejati akan belas kasihan Allah hanya dapat diperoleh dari Firman-Nya. Maka Ia memerintahkan kita untuk mengarahkan mata tetap pada kovenan-Nya. Semakin luar biasa dan bernilainya suatu berkat, “Sekali diangkat sebagai anak oleh Allah, tidak akan pernah ditolak oleh-Nya,” semakin sulit bagi kita untuk mempercayai berkat itu benar. Kita tahu betapa banyaknya pikiran-pikiran yang muncul dalam batin kita, menggoda kita untuk meragukannya. Supaya orang beriman tidak menyiksa diri mereka dengan memikirkan apakah mereka diterima Allah atau tidak, mereka diperintahkan untuk melihat pada kovenan, dan memeluk keselamatan yang ditawarkan pada mereka dalam kovenan itu. Allah menunjukkan kesetiaan-Nya pada kita, supaya kita menghitung janji-Nya cukup, dan tidak mencari-cari kepastian keselamatan kita di tempat lain.

Aku tidak akan berlaku curang dalam hal kesetiaan-Ku. Di ayat sebelumnya, Allah berjanji, bukan saja Ia sendiri akan setia, tetapi juga bahwa yang Ia telah janjikan akan digenapi sepenuhnya, melewati segala rintangan yang manusia dapat letakkan. Ia sendiri akan memerangi dosa-dosa mereka, supaya buah kebaikan-Nya jangan dihalangi dosa dan tidak mencapai mereka. Ketika orang Yahudi memberontak terhadap-Nya, oleh ketidakbersyukuran dan pengkhianatan mereka, Ia tidak membatalkan kovenan-Nya, karena dasar kovenan adalah ketidakberubahan natur-Nya yang sempurna. Demikian juga hari ini, ketika dosa kita sampai setinggi langit, kebaikan Allah lebih tinggi darinya, jauh di atas langit.

Sekali Aku bersumpah demi kekudusan-Ku. Dengan sumpah Allah meneguhkan janji-Nya pada Daud. Nampaklah ini bukan hal remeh. Allah tidak akan memakai nama-Nya yang kudus untuk sesuatu yang tidak berarti. Hal ini adalah tanda cinta kasih yang istimewa, ketika Ia menyediakan jalan keluar bagi kecenderungan kita untuk tidak percaya. Kita tidak punya alasan jika kita tidak memeluk janji-Nya dengan iman yang sejati dan tak goyah; janji yang demikian teguh. Dalam kepedulian-Nya untuk keselamatan kita, Ia tidak menahan sumpah-Nya, supaya kita percaya sepenuhnya pada Firman-Nya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Wednesday, May 30, 2018

Mazmur 89:33-34


Maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan. Allah tidak mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya supaya kita didorong berdosa dengan lebih berani dan bebas. Maka di sini disebutkan pukulan, untuk menunjukkan bahwa Ia benci dosa-dosa anak-anak-Nya. Dengan memperingatkan mereka akan apa yang layak mereka terima karena melawan Dia, Ia mengundang dan menggerakkan mereka untuk bertobat. Hajaran dari bapa ini berfungsi seperti obat, dan berada di tengah-tengah antara dua hal: pemanjaan, yang mendorong orang berdosa, dan kekerasan ekstrim, yang mencemplungkan orang ke dalam kehancuran. Allah berbicara mengenai disiplin-Nya seperti lazimnya manusia lakukan. Kemarahan seorang ayah yang mengoreksi anak-anaknya keluar dari cinta kasih, karena jika tidak dikoreksi, anak-anak akan dirugikan. Tetapi juga ada kontras antara Allah dan manusia, yaitu ketika Ia menegur kita, Ia melakukannya dengan menahan diri dan kelembutan. Jika Allah mengeluarkan segenap kekuatan-Nya, tidak ada lagi yang tersisa dari diri kita. Ia dapat melakukannya seperti menggerakkan satu jari. Ketika Allah menghukum dosa orang percaya, Ia memberi batasan yang sehat pada hukuman itu. Maka tugas kita adalah menerima segala hukuman yang Ia letakkan pada kita, seperti menerima obat.

Tidak ada tujuan lain, selain Allah mengoreksi kejahatan anak-anak-Nya, supaya setelah mereka dimurnikan seluruhnya, Ia memulihkan karunia dan persahabatan-Nya bagi mereka. Kata-kata Paulus di 1 Kor. 11:32 menegaskan bahwa orang beriman “dididik, supaya tidak akan menerima hukuman bersama-sama dengan dunia.” Supaya mereka tidak tenggelam di bawah beban koreksi Allah, Ia menahan tangan-Nya, dan memperhitungkan kelemahan mereka dengan penuh perhatian. Janji ini pun dipenuhi, kasih setia-Ku tidak akan Kujauhkan dari padanya, bahkan sewaktu Ia marah pada mereka. Sementara Ia mengoreksi mereka untuk kebaikan dan keselamatan mereka, Ia tidak berhenti mengasihi mereka. Allah berjanji bahwa kovenan-Nya tetap dan bekerja, bukan hanya karena Ia setia, tetapi karena Ia akan menjaga umat-Nya dari kejatuhan karena ketidaksetiaan.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Tuesday, May 29, 2018

Mazmur 89:31-32


Jika anak-anaknya meninggalkan Taurat-Ku dan mereka tidak hidup menurut hukum-Ku. Meskipun keturunan Daud jatuh ke dalam dosa, tetapi Allah berjanji akan menunjukkan diri-Nya berbelas kasihan pada mereka. Ia tidak akan menghukum pelanggaran-pelanggaran mereka hingga sama beratnya dengan pemberontakan mereka. Selain itu, untuk menunjukkan betapa benarnya janji ini, di sini digambarkan Allah sendiri yang berbicara. Seakan-akan sang nabi mengajukan permohonan pada-Nya sesuai dengan kata-kata tepatnya dan butir-butir dari kovenan. Kita begitu mudah tergelincir masuk dalam kejahatan, dan cenderung terus-menerus terjatuh, maka kecuali Allah yang memaafkan kita, dengan belas kasihan-Nya yang tak terbatas, tidak akan ada satu butirpun dari kovenan yang tetap bertahan. Allah mengetahui, keturunan Daud jika ditinggalkan sendiri, pasti akan sering terjatuh oleh kesalahan mereka sendiri. Ia menyediakan jalan keluarnya, yaitu anugerah pengampunan-Nya.

Allah tidak berjanji akan membiarkan mereka tanpa hukuman, karena hal ini akan mendorong mereka berdosa. Adalah bermanfaat bagi manusia untuk menerima koreksi dari Allah. Yang Allah janjikan, adalah Ia akan mendisiplin mereka dalam kasih kebapaan. Ia tidak akan melaksakanakan pembalasan sepenuhnya seperti yang pantas diterima dosa-dosa mereka. Perhatikan juga, bahwa Ia menjanjikan pengampunan, bukan hanya bagi pelanggaran ringan, tapi juga bagi dosa-dosa yang besar dan berat.

Jika ketetapan-Ku mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintah-Ku. Ketika Allah mengangkat manusia sebagai anak dalam keluarga-Nya, mereka tidak segera meninggalkan kedagingan yang berdosa. Ada orang-orang yang bermimpi, bahwa begitu kita dicangkokkan ke dalam tubuh Kristus, segala kejahatan dalam kita segera dihancurkan. Seandainya Allah berkenan demikian, bahwa kita tiba-tiba dapat mengganti natur kita, dan menampilkan kesempurnaan malaikat sesuai persyaratan! Namun jelaslah, kita jauh dari pencapaian demikian, maka selama kita masih membawa kemah tubuh kedagingan kita ini, biarlah kita mengucapkan selamat tinggal pada khayalan iblis itu, dan membawa diri kita menghadap tempat kudus pengampunan, yang setiap saat terbuka bagi kita.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Monday, May 28, 2018

Mazmur 89:10-30


Engkaulah yang meremukkan Rahab seperti orang terbunuh (terjemahan lain: tanah Mesir ditunggangbalikkan seperti seorang yang terluka). Dengan kata-kata ini, sang nabi memegahkan anugerah Allah, yang dinyatakan dalam kelepasan bagi Gereja. Ia menunjukkan kasih kebapaan Allah, baik kepada dirinya maupun orang-orang lain, untuk mendorong dirinya dan orang lain datang minta pertolongan kepada Allah, dengan lebih bebas dan lebih segera.

Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di depan-Mu. “Ornamen yang dipakai Allah, bukanlah jubah ungu, mahkota, atau tongkat kerajaan, melainkan bahwa Ia adalah hakim yang adil dan tak pilih kasih dari dunia, bapa yang penuh belas kasihan, dan pelindung setia bagi umat-Nya.” Raja-raja dunia perlu meminjam hal-hal yang dapat memberikan mereka wibawa, karena mereka tidak memilikinya dari diri mereka sendiri. Tetapi Allah memiliki segala kecukupan pada diri-Nya, dan tidak butuh bantuan dari manapun. Ia menampilkan kegemilangan gambar-Nya dalam keadilan, belas kasihan dan kebenaran.

Karena nama-Mu mereka bersorak-sorak sepanjang hari. Berbahagialah orang-orang yang dikaruniai untuk dapat bersukacita dalam Allah. Semua manusia sama-sama ditopang dan dipelihara oleh kemurahan-Nya, namun banyak orang jauh sekali dari merasakan dan mengalami kebaikan-Nya sebagai bapa. Banyak orang tidak sanggup percaya bahwa Ia memberikan karunia pada mereka, dan tidak sanggup merayakan keadaan mereka yang berbahagia ini. Maka dari itu, adalah sebuah hak istimewa yang diberikan pada orang pilihan-Nya, sehingga mereka dapat merasakan kebaikan-Nya, dan dikuatkan untuk menjadi riang dan bersukacita. Tidak ada keadaan yang lebih menyedihkan daripada orang percaya yang sambil menghabiskan karunia Allah, sambil menginjak-injak karunia itu dengan ketidakpekaan mereka. Semakin melimpah Allah memberkati mereka, semakin busuklah ketidakbersyukuran mereka. Kebahagiaan sejati adalah pemahaman kita akan kebaikan Allah, yang memenuhi hati kita dengan sukacita, dan menggerakkan kita untuk memuji dan bersyukur.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Sunday, May 27, 2018

Mazmur 89:1-9


Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya. Sang Pemazmur menyatakan alasan mengapa ia bertahan menyanyikan pujian bagi Allah di tengah kesulitan. Yaitu ia tidak kehilangan harapan akan penyataan kasih setia Allah pada umat-Nya, meski pada masa kini mereka sedang berada di bawah disiplin yang berat. Seseorang tidak akan membuka mulutnya dengan bebas untuk memuji Allah, kecuali ia sepenuhnya yakin bahwa Allah tidak pernah menanggalkan kasih kebapaan-Nya bagi mereka, bahkan ketika Ia sedang marah pada mereka. Kata-kata aku hendak menyanyikan menyiratkan bahwa kebenaran yang dinyatakan lewat inspirasi Allah ini tertanam dalam-dalam di hatinya. Ia sama saja mengatakan, apapun yang telah terjadi, tidak pernah menghapuskan pengharapan dari hatiku, bahwa di masa depan aku akan mengalami karunia Allah, dan aku akan terus melanjutkan memelihara perasaan ini. Perlu diperhatikan, bukan tanpa konflik yang menyakitkan dan berat ia dapat memeluk kebaikan Allah oleh imannya; kebaikan yang pada saat itu sudah menghilang sepenuhnya di mata manusia. Perhatikanlah baik-baik, supaya kapanpun Allah menarik segala tanda-tanda cinta-Nya pada kita, kita tetap menegakkan di dalam hati kita kasih setia TUHAN yang selama-lamanya, yang disebutkan di sini dan yang berarti bahwa belas kasihan Allah akan terus berlanjut sampai akhir atau kegenapannya.

Ya TUHAN, Allah semesta alam, siapakah seperti Engkau? Hal ini diulangi, supaya takut pada Allah yang mulia mengajar kita waspada, jangan sampai mencuri kehormatan yang adalah milik-Nya. Namun supaya jangan sampai ketakutan yang terlalu besar mencegah kita dari mendekat pada-Nya, ada kemanisan yang dicampurkan dalam gambaran ini, ketika dikatakan, kesetiaan-Mu ada di sekeliling-Mu. Dari situ kita mengerti, bahwa Allah selalu setia pada janji-janji-Nya, dan bahwa perubahan apapun juga yang terjadi, Ia tetap setia, sebelum dan sesudah, di kanan dan di kiri.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Saturday, May 26, 2018

Mazmur 88


Mengapa, ya TUHAN, Kaubuang aku, Kausembunyikan wajah-Mu dari padaku? Pada pandangan pertama, ratapan ini terlihat menandakan suatu keadaan batin di mana kedukaan tanpa penghiburan berada; tetapi di dalam ratapan ini ada doa-doa yang tersirat. Sang Pemazmur tidaklah dengan sombong mengajak Allah berdebat, melainkan dengan berduka memohon jalan keluar dari bencana-bencananya. Keluhan seperti ini layak dihitung di antara keluhan-keluhan yang tidak terucapkan, yang disebutkan Paulus di Roma 8:26. Seandainya sang nabi mengira dirinya ditolak dan dibenci oleh Allah, ia tidak mungkin bertekun dalam doa. Tetapi ia menyebutkan hasil penilaiannya secara kedagingan, yang ia lawan dengan perjuangan dan jiwa besar, supaya pada akhirnya boleh nyata bahwa doanya tidak sia-sia. Meskipun Mazmur ini tidak diakhiri dengan ucapan syukur, melainkan dengan keluhan penuh duka, seakan-akan tidak ada tempat bagi belas kasihan, namun Mazmur ini menjadi jauh lebih berguna untuk mendorong kita bertekun dalam keharusan berdoa. Sang nabi mengeluarkan keluhan-keluhannya dan menyerahkannya ke dalam pangkuan Allah. Ia tidak berhenti berharap pada keselamatan, yang bahkan tanda-tandanya tidak dapat ia lihat dengan mata jasmaniah. Ia tidak memanggil Allah pada awal Mazmur sebagai Allah yang menyelamatkannya, lalu mengucapkan selamat tinggal pada segala harapan mendapat pertolongan dari-Nya.

Memang benar, ketika hati kita berada dalam kebingungan dan keraguan, atau diombang-ambingkan ke sana-sini, iman sepertinya tenggelam. Namun kita belajar dari pengalaman, meski iman diapungkan naik dan turun di tengah segala gangguan ini, iman tetap terus kembali muncul ke permukaan, lagi dan lagi, sehingga tidak tenggelam. Kapanpun iman sepertinya sudah hampir tercekik, tetap saja iman dilindungi dan dijagai. Badai boleh mengamuk, tetapi iman terlindungi oleh perenungan bahwa Allah selalu setia, dan tidak pernah mengecewakan atau mengabaikan anak-anak-Nya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Friday, May 25, 2018

Mazmur 87


TUHAN lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub. Di sini kita diajar bahwa segala kelebihan kota suci bergantung pada pilihan bebas Allah yang Ia jatuhkan padanya. Jika ditanya, mengapa Yerusalem dihargai begitu tinggi, biarlah jawaban singkat ini dihitung sebagai cukup: Karena Allah berkenan demikian. Sumber keberhargaan Yerusalem adalah kasih Allah. Tujuan pilihan tersebut adalah menyediakan tempat yang tetap di mana agama sejati dan kesatuan iman dijaga, sampai kedatangan Kristus, dan setelah itu, dari sana ibadah sejati mengalir ke segala tempat di bumi. Itulah sebabnya sang nabi merayakan Yerusalem, yang memiliki Allah sebagai arsiteknya, pendiri dan penjaganya.

Tetapi tentang Sion dikatakan: "Seorang demi seorang dilahirkan di dalamnya," dan Dia, Yang Mahatinggi, menegakkannya. Kewajiban yang diberikan pada orang beriman, ketika Kristus mengambil mereka sebagai pengantin perempuan, adalah mereka harus melupakan bangsa mereka sendiri dan rumah bapa mereka (Mzm. 45:10), dan karena mereka telah dibentuk menjadi ciptaan baru, dan dilahirkan kembali oleh benih yang tak dapat rusak, mereka harus mulai menjadi anak-anak Allah dan dari Gereja (Gal. 4:19). Tidak ada keraguan, bahwa oleh pelayanan Gereja sajalah maka kita dilahirkan kembali ke dalam hidup surgawi. Kita harus ingat perbedaan yang dikatakan sang Rasul antara Yerusalem dunia dan Yerusalem surga. Yerusalem dunia adalah hamba perempuan, yang melahirkan anak-anak dalam perhambaan. Yerusalem surga melahirkan anak-anak merdeka oleh Injil.

TUHAN menghitung pada waktu mencatat bangsa-bangsa. Para hamba setan dan hamba dosa tidak akan pernah bisa mendapatkan kewarganegaraan dalam Yerusalem surga oleh usaha mereka sendiri. Adalah karya unik dari Allah, yang membagi bangsa-bangsa ke posisi mereka masing-masing, sebagaimana Ia kehendaki. Oleh natur, manusia semua sederajat. Ayat Mazmur ini membicarakan tentang panggilan efektif. Allah menuliskan nama-nama anak-anak-Nya dalam Kitab Kehidupan sebelum penciptaan dunia, tetapi mereka masuk dalam katalog para orang kudus-Nya hanya setelah Ia melahirkan kembali mereka oleh Roh yang mengangkat mereka menjadi anak, dan Ia memberikan meterai-Nya pada mereka.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Thursday, May 24, 2018

Mazmur 86:11-17


Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu. Dengan menundukkan dirinya kepada Allah, dan memohon Ia menunjukkan jalan padanya, Daud mengakui bahwa satu-satunya kemungkinan kita disanggupkan untuk hidup suci dan lurus, adalah ketika Allah berjalan di depan kita, dan kita mengikuti-Nya. Semua yang menyeleweng dari hukum Tuhan, karena dengan congkak menganggap dirinya sendiri bijaksana, seberapa sedikitnya pun, sudah meninggalkan jalan yang benar.

Daud tidak hanya sedang membicarakan pengajaran secara eksternal. Ia memegang hukum di tangannya, dan memohon pencerahan di dalam batin dari Roh Kudus, supaya ia tidak mengerjakan tugas tak berguna yaitu hanya mempelajari huruf-huruf hukum. Di tempat lain ia berdoa, “Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu” (Mzm. 119:18). Jika seorang nabi yang demikian ternama, dan berkarunia begitu kaya oleh Roh Kudus, mengakui dengan jujur dan terus terang akan ketidaktahuannya, betapa bodohnya kita jika kita tidak merasakan kekurangan kita, dan tidak terdorong oleh pencapaian kita yang begitu rendah, untuk lebih rajin memperbaiki diri kita! Semakin besar kemajuan yang dibuat seseorang dalam pengenalan akan agama yang sejati, semakin sadar jadinya ia akan kekurangannya. Dan perlu ditambahkan, membaca atau mendengar tidaklah cukup, kecuali Allah memberikan terang dalam batin oleh Roh-Nya.
Selain itu, sang Pemazmur rindu supaya hatinya dibentuk untuk membuahkan ketaatan pada Allah, dan diteguhkan dalam ketaatan itu. Pengertian kita butuh terang dari Allah, dan demikian juga tekad kita butuh keteguhan.

Bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu. Dalam kata bulatkan, ada sebuah pengumpamaan yang sangat indah, yang menggambarkan hati manusia penuh akan pergolakan, terpecah-pecah, berkeping-keping, sampai Allah mengumpulkannya dan menyatukannya dalam keadaan ketaatan yang teguh dan penuh ketekunan. Dari sini juga jelas apa yang dapat dilakukan kehendak bebas dengan kekuatannya sendiri. Orang menganggap kehendak bebas mampu melakukan dua hal; tetapi Daud mengakui bahwa ia tidak sanggup melakukan keduanya. Daud mengontraskan terang Roh Kudus dengan kebutaan pikirannya, dan menegaskan bahwa kelurusan hati sepenuhnya adalah anugerah dari Allah.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Wednesday, May 23, 2018

Mazmur 86:1-10


Peliharalah nyawaku, sebab aku orang yang Kaukasihi (terjemahan lain: sebab aku setia pada-Mu). Pemazmur menambahkan dua argumen lagi ketika meminta pertolongan pada Allah: kelembutannya pada sesama, dan kepercayaan yang ia sandarkan dalam Allah. Pada pembacaan pertama, mungkin ia terlihat menyiratkan bahwa perbuatan baiknya mewajibkan Allah untuk memeliharanya. Namun ia secara spesifik menyebutkan kemurahan hatinya, yang membuat kejahatan musuh-musuhnya lebih jelas. Mereka telah memperlakukannya dengan begitu memalukan dan tanpa kemanusiaan, meski mereka tidak dapat menemukan kejahatan pada dirinya, dan ia bahkan telah berusaha untuk berbuat baik pada mereka. Allah telah bersumpah menjadi pelindung dari perkara-perkara yang benar, dan yang diajukan orang-orang yang mengikuti keadilan. Maka bukan tanpa alasan, Daud bersaksi bahwa ia telah bertindak sesuai kebaikan dan kelembutan. Dari sini jelas bahwa musuh-musuhnya membalas yang baik dengan kejahatan, ketika mereka tanpa sebab bertindak kejam kepada orang yang murah hati. Namun hidup kita tidaklah cukup ditandakan hanya oleh kebaikan dan keadilan, melainkan diperlukan satu kualifikasi lagi: iman atau kepercayaan pada Allah, yang adalah sumber dari agama/ibadah yang sejati. Hati nurani kita boleh bersaksi dengan baik, dan Allah boleh menjadi saksi akan ketidakbersalahan kita, tetapi jika kita ingin mendapatkan pertolongan dari-Nya, kita harus menyerahkan harapan dan kekuatiran kita pada-Nya. Jika ada keberatan yang dinyatakan, bahwa bagi pendosa pintu gerbang ditutup, jawabannya adalah: ketika Allah mengundang orang-orang yang tak bersalah dan lurus dalam tingkah laku mereka, bukan berarti Ia membuang semua yang dihukum atas dosa-dosa mereka. Orang berdosa mendapatkan kesempatan untuk berdoa dan mengakui kesalahan mereka, jika mereka mau memperbaiki diri mereka. Namun jika orang-orang yang tidak pernah kita rugikan menyerang kita, kita memiliki dasar untuk keyakinan dua kali lipat di hadapan Allah.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Tuesday, May 22, 2018

Mazmur 85:10-14


Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kasih, kesetiaan, damai dan keadilan akan membentuk hal agung dan mulia, yang merupakan ciri kerajaan Kristus. Sang nabi tidak menyatakan puji-pujian bagi manusia, tetapi memuji karunia yang ia harapkan dan mohon hanya dari Allah saja. Ia mengajar kita untuk menerima hal berikut sebagai kebenaran, bahwa segala berkat itu berasal dari Allah. Dengan gaya bahasa sinekdoke, yaitu sebagian mewakili keseluruhan, dalam empat kata ini digambarkan segala bahan baku untuk kebahagiaan sejati. Ketika kekejaman merajalela, ketika kebenaran dipadamkan, ketika keadilan ditekan dan diinjak-injak, ketika segala sesuatu kacau, tidakkah lebih baik kalau dunia segera berakhir, daripada kekacauan itu terus berlanjut? Tidak ada yang bersumbangsih lebih besar pada hidup yang bahagia, daripada jika empat kebajikan ini berkembang dan berkuasa. Kerajaan Kristus, dalam bagian lain di Alkitab, dihiasi dengan pujian-pujian serupa.

Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan. Sementara Allah melimpahkan berkat rohani pada umat-Nya, Ia juga menambahkan cicipan akan kasih kebapaan-Nya, dalam bentuk berkat-berkat lahiriah yang berkaitan dengan kehidupan badani. Jelaslah dari kesaksian Paulus, bahwa “ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang” (1 Tim. 4:8). Tetapi biarlah juga diperhatikan, bahwa bagian orang beriman dari kenyamanan hidup sementara ini biasanya terbatas: supaya mereka jangan terbuai oleh godaan dunia. Selain itu kita diajar dari ayat ini, bahwa kuasa dan kapasitas bumi untuk memberi hasil bagi pemeliharaan tubuh kita bukan diberikan sekali untuk selamanya. Orang-orang kafir mengira Allah hanya mengatur elemen alam pada penciptaan pertama, dan sekarang Allah duduk diam bermalas-malasan di surga. Tetapi bumi berbuah dari tahun ke tahun oleh karena karya Allah yang tersembunyi, yang dengan itu merencanakan untuk menyatakan pada kita kebaikan-Nya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Monday, May 21, 2018

Mazmur 85:1-9


Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN. Oleh teladannya, sang nabi mendorong seluruh tubuh Gereja untuk bertekun dengan diam dan tenang. Ia menekankan kesunyian, baik pada dirinya maupun yang lain, supaya mereka dengan sabar menantikan waktu Allah. Ia yakin bahwa kasih sayang Allah diberikan pada Gereja-Nya. Seandainya ia mengira bahwa keberuntungan berdaulat atas dunia ini, dan bahwa umat manusia digerakkan oleh impuls buta, ia tidak akan menggambarkan Allah sebagai yang menjalankan fungsi pemerintah. Seperti ia mengatakan, aku yakin bahwa jalan keluar bagi bencana kita sekarang ini ada di tangan Allah, maka aku akan tinggal tenang sampai waktu yang tepat tiba untuk pertolongan bagi Gereja. Gairah nafsu kita yang tak dapat diatur akan bersungut-sungut dan membuat kerusuhan melawan Allah, tetapi kesabaran adalah sejenis ketenangan yang orang saleh pakai untuk menjaga diri mereka dalam ketaatan pada otoritas Allah.

Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya, supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan? Setelah cukup Allah mendisiplin gereja-Nya, Ia akan menunjukkan diri-Nya berbelas kasihan padanya, supaya para orang kudus yang telah diajar oleh disiplin Allah, mengawasi diri mereka dengan lebih ketat lagi di masa depan. Di sini ditunjukkan mengapa Allah menunda pemberian karunia-Nya. Seperti seorang dokter yang tetap memberikan obat-obatan pada pasiennya dan mengawasinya, meski ia sudah menjadi lebih sehat, sampai pasien itu sungguh-sungguh pulih kembali, sampai seluruh penyebab penyakitnya sudah dihilangkan, sampai tubuhnya kembali sehat seperti sebelumnya. Jika pasien itu segera dibiarkan makan apapun yang ia mau, kesehatannya akan sangat dilemahkan. Demikian juga Allah, yang mengetahui pemulihan kita dari kejahatan kita kepada kesehatan rohani tidak terjadi dalam satu hari saja, memperpanjang disiplin-Nya. Tanpa disiplin itu, kita akan segera dibahayakan kemunduran yang sangat cepat. Sang nabi berusaha meringankan duka yang menekan orang beriman karena panjangnya masa bencana, dengan obat dan penghiburan berikut: Allah melanjutkan koreksi-Nya untuk waktu yang lebih panjang dari yang diinginkan orang beriman, supaya mereka sungguh-sungguh bertobat, dan digerakkan untuk lebih waspada mengawasi diri mereka di masa yang akan datang.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Sunday, May 20, 2018

Mazmur 84:12-13


Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai. Ide yang disampaikan oleh perbandingan dengan matahari adalah, seperti matahari dengan sinarnya menghidupi, memelihara, dan menyukakan dunia, demikianlah wajah Allah yang murah hati memenuhi hati umat-Nya dengan sukacita, atau lebih tepatnya, bahwa mereka tidak hidup atau bernafas kecuali jika Ia menyinari mereka. Dengan perisai dimaksudkan, bahwa keselamatan kita, yang sebetulnya diancam oleh bahaya yang tak terhitung, berada dalam keamanan sempurna di bawah perlindungan-Nya. Karunia Allah yang memberikan hidup bagi kita, tak akan cukup bagi kebutuhan kita, kecuali pada saat yang sama, di tengah berbagai bahaya, Ia menempatkan kuasa-Nya sebagai perisai untuk melindungi kita.

Kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. Setelah Allah menerima orang beriman dalam perkenanan-Nya, Ia meninggikan mereka ke kehormatan, dan tidak berhenti mengaruniakan kekayaan berkat-Nya pada mereka. Kebaikan Allah tidak habis-habisnya, melainkan mengalir tanpa henti. Kita belajar, bahwa kelebihan apapun dalam diri kita berasal hanya dari anugerah Allah saja. Pada saat yang sama, di sini dinyatakan tanda khusus yang membedakan para penyembah sejati Allah dari orang-orang lain, yaitu hidup mereka ditata dan diatur menurut prinsip-prinsip integritas yang ketat.

Ya TUHAN semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya kepada-Mu! Seruan yang mengakhiri Mazmur ini, nampaknya merujuk kepada masa pengasingan Daud. Ia telah menggambarkan kebahagiaan orang-orang yang berdiam dalam pelataran Allah. Ia sekarang menyatakan, meski untuk sementara waktu hak khususnya ini direbut darinya, namun ia tidak sampai terpuruk dalam kesengsaraannya. Ia dikuatkan oleh penghiburan terindah, yang muncul dari memandang dari jauh akan karunia Allah. Selama kita tidak mendapatkan berkat Allah, kita merintih dan sedih dalam hati. Tetapi supaya kesadaran akan kesulitan kita tidak menenggelamkan kita, haruslah kita menanamkan hal ini dalam batin kita, supaya di tengah bencana pun kita tidak berhenti bersukacita, pada saat iman dan kesabaran bekerja.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Saturday, May 19, 2018

Mazmur 84:8-11


Mereka berjalan makin lama makin kuat. Para orang kudus terus menerus memperoleh kekuatan baru dari perjalanan mereka mendaki gunung Sion, dan melanjutkannya tanpa kelelahan, hingga mereka mencapai tempat yang diidamkan, dan memandang wajah Allah. Tidak ada gambaran Allah yang kelihatan di sana. Tetapi tabut perjanjian adalah simbol dari kehadiran-Nya, dan para penyembah sejati mengalami bahwa sarana ini sangat menolong mereka dalam mendekat kepada Allah.

Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain. Daud tidak seperti kebanyakan orang, yang pokoknya ingin hidup tanpa mengetahui tujuan hidup, yang hanya ingin hidup mereka panjang. Daud bersaksi, bukan saja bahwa tujuan hidupnya adalah melayani Allah, tapi juga bahwa ia lebih menghargai satu hari dapat melayani Allah, daripada waktu panjang yang dihabiskan di antara orang-orang dunia, di mana tidak ada agama sejati. Hanya imam yang diperbolehkan masuk secara sah ke dalam pelataran dalam dari Bait Allah, Daud menyatakan, jika ia diperbolehkan diam di pelataran luar, ia akan puas dengan tempat yang rendah itu. Nilai yang ia berikan pada tempat kudus Allah digambarkan sangat menyolok oleh perbandingan, bahwa ia lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allah dari pada diam di kemah-kemah orang fasik. Artinya ia lebih suka diletakkan di tempat yang biasa dan tidak terhormat, selama ia ada di antara umat Allah, daripada ditinggikan ke tempat paling mulia di antara orang tak percaya. Sungguh satu teladan kesalehan yang langka! Ada banyak orang yang ingin mendapatkan tempat di Gereja, namun ambisi memiliki kuasa yang demikian kuat atas manusia, sehingga sedikit sajalah orang yang puas berada di tengah kelas yang biasa dan tidak menonjol. Hampir semua dihanyutkan keinginan kuat untuk naik kepada ketenaran, dan tidak dapat tenang sampai mereka menduduki posisi yang ternama.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Friday, May 18, 2018

Mazmur 84:6


Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air. Daud menujukan hal ini sebagai bukti dari ketekunan orang saleh. Ketiadaan air, yang sering mematahkan tekad pengembara dari melaksanakan perjalanan mereka, tidak akan menghalangi orang saleh untuk segera mencari Allah, meski jalan mereka melalui lembah berpasir dan kering. Dalam kata-kata ini, ada teguran bagi kemalasan orang-orang yang tidak mau menanggung sedikit pun ketidaknyamanan, demi mendapatkan berkat dari ibadah kepada Allah. Mereka memanjakan diri mereka dalam kenyamanan dan kesenangan, dan tidak membiarkan apapun mengganggu hal ini. Jika mereka tidak dituntut memberikan kerja keras atau pengorbanan, mereka siap mengaku diri sebagai hamba-hamba Allah. Tetapi satu helai rambut dari kepala mereka pun tidak akan mereka berikan, untuk memperoleh kebebasan mendengar Injil, dan menikmati sakramen. Jiwa malas ini, seperti nyata dari pengamatan sehari-hari, telah membelenggu jutaan orang pada sarang mereka, sehingga mereka tidak sanggup kehilangan sedikitpun kesenangan dan kenyamanan mereka. Bahkan di tempat-tempat, di mana suara lonceng gereja memanggil orang untuk berdoa bersama-sama, kita lihat ada yang tidur, ada yang hanya memikirkan uang, ada yang terjerat dalam urusan duniawi, dan yang lain sibuk menghibur diri. Tidaklah mengejutkan, jika orang-orang yang berjarak jauh dan tidak dapat menikmati ibadah dan sarana keselamatan tanpa membuat pengorbanan dari harta duniawi mereka, duduk diam di rumah. Daud berbicara supaya orang-orang seperti itu tidak hidup aman dan berpuas diri dalam menikmati kemakmuran lahiriah. Orang-orang yang hatinya memiliki agama sejati, dan yang dengan tulus melayani Allah, mengarahkan langkah mereka ke tempa kudus Allah, bukan hanya ketika jalan itu mudah dan enak, teduh dan menyenangkan, melainkan juga ketika mereka harus menjalani padang gurun yang tidak mulus dan gersang. Mereka lebih suka menggali sumur dengan kerja keras, daripada tidak melaksanakan perjalanan, dengan alasan kekeringan.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Thursday, May 17, 2018

Mazmur 84:5-6


Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu. Di sini sang Pemazmur menyatakan lebih jelas, kegunaan yang benar dan sah dari tempat kudus Allah. ia membedakan dirinya dari orang munafik, yang sangat meperhatikan upacara-upacara yang di luar, tetapi tidak memiliki kesalehan sejati di dalam hati. Sebaliknya Daud bersaksi, bahwa para penyembah sejati Allah mempersembahkan korban pujian, yang tidak pernah dapat terpisah dari iman. Seseorang tidak pernah memuji Allah dari hati, kecuali dengan bersandar pada anugerah-Nya, ia mengambil bagian dalam damai dan sukacita rohani.

Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau. Mengapa Daud merindukan kebebasan jalan masuk ke tepat kudus, bukan untuk memuaskan matanya dengan pemandangan di sana, melainkan untuk membuat kemajuan dalam iman. Bersandar sepenuh hati pada Allah sama dengan memperoleh kemajuan yang tidak kecil. Dan hal ini tidak akan dicapai manusia manapun, kecuali semua kebanggaannya digeletakkan dalam debu, dan hatinya sungguh-sungguh direndahkan. Daud mencari Allah dengan cara sedemikian, supaya oleh doa, ia dapat meminjam kekuatan yang ia sadari tidak ada pada dirinya.

Yang berhasrat mengadakan ziarah. Berbahagialah orang-orang yang berjalan dalam jalan yang Allah telah tetapkan. Tidak ada yang lebih membahayakan bagi seorang manusia daripada mempercayai pengertiannya sendiri. Tepatlah jika dikatakan mengenai Taurat, “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya” (Yes. 30:21). Kapan saja manusia meninggalkan jalan hukum Ilahi, seberapa sedikitnya pun, mereka tersesat dan terjerat dalam kesesatan. Berbahagialah orang-orang yang ambisi tertingginya adalah memiliki Allah sebagai penunjuk jalan hidup mereka, dan karena itu menginginkan dekat pada-Nya. Allah tidak puas dengan upacara yang kelihatan saja. Yang Ia inginkan adalah, memerintah dan ditaati oleh semua yang Ia undang ke kemah suci-Nya. Barangsiapa sudah belajar betapa besarnya kebahagiaan dari bersandar pada Allah, akan mengeluarkan segala kerinduan dan kemampuannya, untuk dengan segera mendekat pada-Nya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Wednesday, May 16, 2018

Mazmur 84:4


Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang. Daud membandingkan dirinya dengan burung pipit dan burung layang-layang, untuk menunjukkan beratnya kesengsaraannya. Betapa sulitnya bagi keturunan Abraham yang diusir keluar dari milik pusaka yang telah dijanjikan pada mereka, sementara burung-burung kecil menemukan tempat untuk membangun sarang mereka. Daud dapat memperoleh tempat tinggal yang nyaman, dan mungkin berdiam bersama orang-orang tak percaya yang memiliki kehormatan dan kekayaan. Tetapi selama ia tidak mendapatkan kebebasan jalan masuk ke tempat kudus Allah, ia merasa diasingkan dari seluruh dunia. Tanpa keraguan, tujuan yang harus kita kejar dalam hidup kita adalah berbagian dalam ibadah pelayanan pada Allah. Bagaimana cara kita melayani-Nya yang Ia tuntut, adalah bersifat rohani. Tetapi tetaplah penting untuk kita menggunakan pertolongan eksternal yang telah Ia tetapkan dengan bijaksana untuk kita turuti. Inilah sebabnya Daud tiba-tiba berseru, mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam. Mengenai keadaan Daud waktu itu, ada orang-orang yang mengatakan, bahwa banyak tempat persembunyian di dunia, di mana ia dapat tinggal dalam keamanan dan ketenangan, bahkan ada banyak orang yang dengan senang hati menerimanya sebagai tamu di bawah atap mereka, dan karena itu, Daud tidak perlu merasa demikian tertekan. Daud akan menjawab, ia lebih suka kehilangan seluruh dunia daripada diasingkan dari Kemah Suci; bahwa tidak ada tempat yang menyenangkan, jika jauh dari mezbah-mezbah Allah; dan singkatnya, tidak ada tempat tinggal yang ia sukai di luar batas Tanah Suci. Ia menyiratkan ini semua dalam gelar yang ia berikan pada Allah, Rajaku dan Allahku. Ia memberi pengertian pada kita, bahwa hidupnya tidak nyaman dan pahit, karena ia diasingkan dari kerajaan Allah. Seperti ia mengatakan, karena Engkau adalah Allahku, untuk apa aku hidup jika bukan mencari-Mu?

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Tuesday, May 15, 2018

Mazmur 84:1-3


Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam! Daud mengeluhkan keadaannya yang tidak memiliki kebebasan jalan masuk ke Gereja Allah, untuk mengaku imannya di sana, bertumbuh dalam kesalehan, dan berbagian dalam ibadah pada Allah. Jalannya ke tempat kudus ditutup. Ia mengetahui, bahwa Allah menetapkan pertemuan-pertemuan kudus bukan tanpa manfaat, dan bahwa orang-orang saleh membutuhkan pertolongan-pertolongan demikian, selama mereka mengembara di dunia ini. Ia juga menyadari kelemahannya. Ia bukannya tidak tahu, betapa jauhnya ia dari mendekati kesempurnaan para malaikat. Perhatiannya ditujukan pada tujuan sejati dari ritual eksternal yang telah ditetapkan Allah. Sifatnya berbeda jauh dari orang munafik, yang mendatangi pertemuan-pertemuan ibadah dengan kemasyhuran yang besar, dan tampak terbakar oleh semangat menyala-nyala melayani Allah, tetapi hanya memamerkan kesalehan supaya mendapatkan pujian. Pikiran Daud jauh dari khayalan semacam ini. Mengapa ia merindukan jalan masuk ke tempat kudus Allah, adalah supaya ia dapat menyembah Allah di sana dalam ketulusan hati, dan cara yang rohani. Orang-orang yang melalaikan ibadah yang ditetapkan Allah sendiri, adalah orang-orang yang kekurangan pengertiannya sangat disayangkan, seakan-akan mereka sanggup naik ke surga oleh usaha mereka sendiri.

Hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup (terjemahan lain: hatiku dan dagingku merindukan Allah yang hidup). Daud mengatakan bahwa kerinduannya sampai mencapai tubuhnya, yaitu dinyatakan dalam ucapan mulutnya, tidak berserinya mata, dan tindakan tangan. Jika kita renungkan, bahwa kelambatan daging kita menghalangi kita dari mengangkat pikiran kita kepada ketinggian kemuliaan Allah, sia-sia saja Allah memanggil kita, jika Ia tidak turun kepada kita, atau jika Ia tidak mengulurkan tangan-Nya pada kita dengan menggunakan berbagai sarana, untuk mengangkat kita kepada diri-Nya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Monday, May 14, 2018

Mazmur 83:6-19


Sungguh, mereka telah berunding dengan satu hati. Bahkan ketika seluruh dunia berkomplot  bersama melawan kita, kita memiliki sebuah tembok besi bagi perlindungan kerajaan Kristus dalam kata-kata berikut ini, “Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia?” (Mzm. 2:1).

Besarlah manfaatnya merenungkan hal ini sebagai contoh, apa yang menjadi bagian Gereja Allah dari sejak awalnya. Merenungkannya dengan benar, akan menjaga kita sehingga tidak menjadi tawar hati ketika kita menyaksikan seluruh dunia berbaris melawan kita. Jika kita sudah tiba pada keyakinan yang teguh, bahwa yang terjadi pada kita bukan suatu hal aneh, perenungan akan kondisi Gereja dari masa lampau akan memberi kita kekuatan, untuk tinggal dalam kesabaran, hingga Allah tiba-tiba menyatakan kuasa-Nya, yang sanggup secara sempurna tanpa pertolongan dari ciptaan-Nya, untuk menggagalkan segala usaha dunia.

Para orang saleh mungkin memiliki keraguan, apakah ada pertolongan yang siap diberikan kepada mereka dari surga. Untuk menyingkirkan keraguan itu, sang nabi dengan jelas menegaskan bahwa orang-orang yang menindas Gereja, akan diperkarakan karena menyatakan perang terhadap Allah, yang telah mengambil Gereja di bawah perlindungan-Nya: “Siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya” (Zak. 2:8). Dan, “Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat kepada nabi-nabi-Ku!" (Mzm. 105:15). Bagi Allah urapan yang Ia telah berikan pada kita adalah seperti perisai yang menjaga kita dengan sempurna. Bangsa-bangsa yang disebutkan di sini tidak terang-terangan menyatakan perang terhadap-Nya, tetapi ketika Ia melihat hamba-hamba-Nya diserang dengan tidak adil, Ia berdiri di antara mereka dan penyerang mereka, untuk menanggung segala pukulan yang ditujukan pada hamba-hamba-Nya. Maka benarlah jika dikatakan para bangsa itu mengadakan perjanjian melawan Allah. Karena Allah telah menyatakan segala serangan pada kita adalah serangan pada-Nya, kita dapat menyaksikan oleh mata iman, seperti dari sebuah menara penjaga, bagaimana kehancuran mendekati para pengikut Antikristus, peristiwa yang sedih dan mengerikan.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Sunday, May 13, 2018

Mazmur 83:1-5


Sebab sesungguhnya musuh-musuh-Mu ribut . . . Mereka mengadakan permufakatan licik melawan umat-Mu. Salah satu buah dari kovenan Allah yang cuma-cuma dan penuh kemurahan, adalah Ia berjanji untuk menjadi musuh dari semua musuh kita. Janji ini memiliki kepentingan yang kuat, karena kesejahteraan umat-Nya, yang Ia letakkan di bawah perlindungan-Nya, tidak dapat diserang tanpa kemuliaan-Nya sendiri diserang. Namun marilah kita hidup damai dengan semua orang, sejauh kita dapat, dan marilah kita berusaha melaksanakan keadilan dalam semua tingkah laku kita, supaya ketika kita dibuat menderita oleh tangan manusia, kita dapat dengan yakin berseru kepada Allah, bahwa penderitaan itu akibat ketidakadilan.

Kesombongan dan serangan kekerasan dari musuh kita dapat digabungkan dengan kelicikan. Namun jika demikian, pantaslah bagi kita untuk menyerahkan pada Allah kemuliaan yang adalah milik-Nya, dengan cara tinggal tenang dalam keyakinan bahwa Ia sanggup menolong kita. Mematahkan orang congkak yang meluapkan murka mereka, dan mengalahkan orang licik dengan kelicikan mereka sendiri, adalah pekerjaan yang Ia sudah biasa lakukan sepanjang jaman. Supaya kita tidak mengira kita dibiarkan masuk dalam jebakan dan perangkap musuh kita, sang nabi menunjukkan sebuah pemikiran yang memberikan penghiburan dan pengharapan tertinggi, yaitu kita adalah umat Allah. Kita disembunyikan di bawah bayangan sayap Allah.

Meskipun kita kelihatannya terpapar kepada kehendak orang jahat dan sombong, namun kita dipelihara oleh kuasa Allah yang tersembunyi. Dalam Mazmur lain (27:5), dikatakan, “Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya.” Orang-orang yang dijaga oleh Allah hanyalah orang-orang yang lari berlindung pada-Nya dalam takut, dan membuang segala ketergantungan pada kekuatan mereka sendiri. Tidak ada jalan lebih baik bagi keamanan kita, selain berlindung di bawah bayangan sang Mahakuasa, dan dengan kesadaran akan kelemahan kita, menyerahkan keselamatan kita pada-Nya, pada pelukan-Nya.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Saturday, May 12, 2018

Mazmur 82:5-8


Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa. Setelah mengingatkan para pangeran akan tugas mereka, sang Pemazmur mengeluhkan bahwa tegurannya dibuat gagal oleh cinta mereka pada diri sendiri, dan mereka menolak instruksi yang sehat. Meskipun seluruh dunia goncang sampai ke dasarnya, mereka tetap saja tidak sadar dan merasa aman dalam mengabaikan kewajiban mereka. Ia menegur dan menghakimi ketidakwarasan mereka, yang nyata dalam ketidakpedulian mereka pada kekacauan di langit dan bumi, seakan-akan mereka bukan bagian dari umat manusia, padahal mereka ditetapkan menjadi penjaganya yang terpilih. Apa yang merampok akal sehat dari mereka? Mereka terpesona oleh kemuliaan mereka sendiri, dan menolak segala kuk yang dibebankan pada mereka. Maka tidak satu pun perenungan religius bermanfaat untuk membuat mereka menahan diri. Segala pengetahuan dan bijaksana yang sehat, harus berlanjut dengan menyerahkan pada Allah kemuliaan yang adalah bagian-Nya, dan tunduk pada kekang dan aturan dari Firman.

Aku sendiri telah berfirman: "Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas." Pemerintahan dunia dipercayakan pada para penguasa, dengan pengertian yang jelas, bahwa satu hari nanti, mereka sendiri pun harus menghadap tahta penghakiman surga. Kewibawaan yang sekarang diletakkan pada mereka, hanya bersifat sementara saja, dan akan berlalu, seperti dunia ini berlalu. 

Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi, sebab Engkaulah yang memiliki segala bangsa. Allah memiliki tuntutan yang sah akan ketaatan segala bangsa. Semua tiran akan Ia tuntut karena dengan jahat dan tidak adil mencuri hak Allah untuk memerintah, ketika mereka meniadakan otoritas-Nya, dan memutarbalikkan jahat dengan baik, benar dengan salah. Maka kita harus memohon pada Allah untuk mengembalikan keteraturan dunia yang kacau ini, dan mengambil kembali hak-Nya untuk berkuasa di atas dunia.

Article by John Calvin
Translation by Tirza Rachmadi

Friday, May 11, 2018

Mazmur 82:3-4


Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim. Di sini dengan singkat kita diajar, bahwa pemerintahan yang adil dan baik akan ditandai dengan memelihara hak orang miskin dan tertindas. Penguasa ditetapkan menjadi pembela orang yang sengsara dan tertindas, karena pertama orang-orang tersebut perlu pertolongan orang lain, dan kedua karena mereka hanya mungkin mendapatkan pertolongan jika penguasanya bebas dari keserakahan, ambisi, dan kejahatan lain. Jadi mengapa para hakim menyandang pedang, adalah untuk mengekang yang jahat, dan mencegah kekerasan merajalela di antara manusia, yang kecenderungannya memang adalah tidak mau diatur dan keterlaluan.

Biasanya ketika seseorang bertambah kekuatannya, sebanding dengan itu, ia menjadi semakin berani dalam menindas orang lemah. Maka orang kaya jarang datang minta pertolongan kepada pejabat pemerintah kecuali mereka bertengkar dalam golongan mereka sendiri. Jelaslah dari semua ini, mengapa perkara orang miskin diserahkan kepada para penguasa. Orang-orang yang terpapar kepada kekejaman dan ketidakadilan yang kaya, sama butuhnya pertolongan dan perlindungan dari pejabat, seperti orang sakit butuh pertolongan dokter. Jika saja kebenaran ini tertanam dalam-dalam di pikiran raja dan hakim, bahwa mereka ditetapkan menjadi pelindung orang miskin, dan bahwa satu bagian istimewa dari tugas mereka adalah melawan ketidakadilan yang ditimpakan pada orang miskin serta menekan segala kekerasan yang tidak benar, maka keadilan yang sempurna akan menang di seluruh dunia.

Siapapun yang tidak menganggap dirinya terlalu tinggi untuk membela orang miskin, akan memiliki mata hanya untuk yang benar, dan tidak membiarkan dirinya disanjung-sanjung oleh penjilat. Kita juga bisa belajar dari bagian ini, bahwa meski pejabat tidak dapat diharapkan untuk menolong, namun mereka diperhitungkan bersalah di hadapan Allah karena kelalaian, jika mereka tidak menolong yang butuh campur tangan mereka. Ketika kejahatan merajalela, dan keluhan serta ratapan terdengar di mana-mana, sia-sia saja para pejabat berpura-pura tidak sanggup mengurusi ketidakadilan, kecuali jika perkara itu memang dihadapkan pada mereka. Penindasan menghasilkan suara teriakan yang keras. Jika hakim yang duduk di menara pengawas yang tinggi tidak memperhatikannya, ia diperingatkan dengan jelas di sini, bahwa ia tidak akan lepas dari hukuman.

Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Thursday, May 10, 2018

Mazmur 82:1-2


Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah Ia menghakimi: Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim? Sangatlah tidak pantas bagi orang-orang yang Allah telah percayakan dengan pengaturan kesejahteraan seluruh rakyat, jika mereka tidak mengakui tujuan mereka mendapatkan tempat kehormatan tersebut, dan malah menghina segala prinsip kesamarataan serta memerintah dengan didikte oleh nafsu mereka yang tanpa kekang.

Begitu jatuh cintanya mereka pada diri mereka sendiri, sampai mengira seluruh dunia diciptakan hanya bagi mereka. Mereka juga berpikir, kedudukan mereka yang tinggi berarti mereka tidak perlu diatur oleh nasihat biasa. Kebodohan mereka lebih dari cukup untuk mendorong mereka dalam jalan mereka yang tanpa perhitungan, namun mereka masih juga mencari para penjilat untuk menghibur mereka dan bertepuk tangan bagi kejahatan-kejahatan mereka.

Untuk membetulkan kesombongan ini, Mazmur ini dibuka dengan menegaskan, meski manusia menduduki tahta dan kursi hakim, namun Allah tetap memegang jabatan sebagai penguasa tertinggi.

Bahkan, Allah telah membuat penyair kafir memberikan kesaksian akan kebenaran ini dalam puisi berikut:

“Raja-raja memerintah kawanan domba mereka;
Jove yang agung memerintah di atas para raja,
Ia melemparkan raksasa pemberontak dari atas;
Satu anggukan kepala-Nya, seluruh alam tunduk.”
(Horatii, Carm. Liber iii. Ode i. Diterjemahkan bebas dari terjemahan Boscawen)

Supaya para penguasa dunia ini tidak menganggap mereka lebih tinggi dari sebenarnya, sang nabi menegakkan sebuah takhta bagi Allah, yang dari atasnya Ia menghakimi mereka semua, dan menekan kesombongan mereka; suatu hal yang sangat diperlukan. Raja-raja mungkin mengakui, penobatan mereka adalah karena karunia Allah, dan menyembah-Nya dalam upacara keagamaan. Namun kebesaran mereka memabukkan mereka sehingga bersalah dengan mengeluarkan Allah dari perkumpulan mereka oleh khayalan kosong mereka. Mereka tidak tahan berada di bawah hukum dan akal sehat. Maka tujuan nabi adalah menghina kegilaan yang membelenggu para pangeran dunia ini, sampai mereka membuang Allah dari perkumpulan mereka.

Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Wednesday, May 9, 2018

Mazmur 81:14-17



Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! Seketika itu juga musuh mereka Aku tundukkan. Di sini Allah memakai karakter seorang ayah, yang telah mencoba segala cara yang mungkin untuk pemulihan anak-anaknya, namun menyadari keadaan mereka sungguh tanpa harapan. Ia memakai bahasa orang yang bersedih hati, seperti dengan menghela nafas dan merintih; bukan karena Ia dikuasai emosi manusia, melainkan karena tidak ada cara lain untuk menggambarkan kebesaran cinta yang Ia miliki untuk kita.

Allah tidak mengecewakan siapapun, sebab Ia telah datang pada kita oleh Firman-Nya, dan memberikan undangan pada semua orang tanpa kecuali. Semua yang datang pada-Nya dengan tulus, diterima, dan mengalami bahwa panggilan mereka tidak sia-sia. Pada saat yang sama, kita harus menelusuri pembedaan ini sampai kepada sumbernya, yaitu rencana Allah yang memilih dengan tersembunyi: mengapa Firman masuk ke dalam hati sebagian orang, sementara yang lain hanya mendengar bunyinya saja. Namun tidak ada ketidakcocokkan dalam Ia mengeluhkan, seperti dengan air mata, kebodohan kita ketika kita tidak taat pada-Nya. Dalam undangan yang Ia berikan pada kita melalui Firman eksternal-Nya, Ia menunjukkan diri-Nya sebagai bapa. Jadi mengapa Ia tidak boleh berkeluh sebagai seorang bapa?

Dalam Yehezkiel 18:32, Ia dengan kebenaran yang paling tegas menyatakan, “Aku tidak berkenan pada kematian seseorang yang harus ditanggungnya,” asal saja kita mengartikan dengan memperhitungkan seluruh konteksnya dengan tulus. Allah tidak berkenan pada kematian seorang pendosa: Bagaimana? Sebab Ia ingin semua orang berbalik pada-Nya. Namun jelas sekali, bahwa manusia dari keinginan bebasnya sendiri tidak dapat berbalik pada Allah, sampai Ia mengubah hati batu mereka menjadi hati dari daging. Pengubahan ini, seperti kata Agustinus, adalah karya yang melampaui penciptaan sekalipun. Apa yang mencegah Allah membentuk hati manusia semua sama taatnya pada-Nya? Kita membutuhkan kerendahan hati dan kewarasan di sini, supaya kita jangan memaksa masuk dalam dekrit-Nya yang tak terpahami, melainkan tenang dan puas dengan wahyu yang Ia telah nyatakan mengenai kehendak-Nya dalam Firman.

Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Tuesday, May 8, 2018

Mazmur 81:12-13



Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri! Allah memberikan kesaksian, bahwa Ia menghukum umat-Nya dengan adil, ketika Ia mengambil doktrin yang baik dan sehat dari mereka, dan menyerahkan mereka kepada pikiran yang jahat. Melalui Firman-Nya Ia memerintah kita, dan mencegah kita dari tersesat mengikuti khayalan kita yang terbalik-balik, seperti dengan kekang. Maka ketika Ia menjauhkan nabi-nabi-Nya dari orang Yahudi, Ia membiarkan rencana mereka yang korup memerintah mereka, dan mereka masuk ke berbagai jalan yang sesat.

Ini adalah jenis hukuman yang paling mengerikan, yang mungkin diberikan pada kita, dan bukti dari tiadanya pengharapan dalam kondisi kita, ketika Allah berdiam diri, membiarkan kejahatan kita, dan tidak memberikan pertolongan untuk kita dibawa ke pertobatan dan perbaikan. Selama Ia menegur kita, mengejutkan kita dengan takut akan penghakiman, dan menyuruh kita menghadap pengadilan-Nya, pada saat yang sama Ia memanggil kita untuk bertobat. Tetapi ketika Ia menganggap sia-sia usaha berperkara dengan kita, dan teguran-tegurannya tidak bermanfaat, Ia berdiam, dan dengan demikian memberitahukan, bahwa Ia sudah berhenti membuat keselamatan kita sasaran perhatian-Nya. Tidak ada yang lebih mengerikan lagi, daripada dilepaskan dari bimbingan Allah, dibiarkan mengikuti nasihat sendiri, dan diseret setan kemanapun ia mau. Sementara Allah melewati seluruh dunia, Ia dengan murah hati berkenan membawa keturunan Abraham ke dalam hubungan yang istimewa dengan diri-Nya, oleh hak istimewa yang eksklusif.

Pada hari ini, pembedaan ini telah diruntuhkan, dan berita Injil, yang olehnya Allah memperdamaikan dunia dengan diri-Nya, ditawarkan pada semua manusia. Selanjutnya, bagian ini mengajarkan, tidak ada tulah yang lebih mematikan daripada ketika manusia dibiarkan mengikuti pikirannya sendiri. Satu-satunya hal yang harus kita lakukan adalah membuang segala setiran dari hikmat duniawi, dan mengikuti bimbingan Roh Kudus saja.

Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Monday, May 7, 2018

Mazmur 81:11


Bukalah mulutmu lebar-lebar, maka Aku akan membuatnya penuh. Dengan ungkapan buka lebar-lebar, sang nabi secara tak langsung menegur pandangan-pandangan dan keinginan-keinginan yang mencegah pemberian berkat dari Tuhan. Jika umat berada dalam kemiskinan, yang salah adalah diri mereka sendiri karena oleh ketidakpercayaan mereka, mereka menolak berkat yang seharusnya langsung mengalir pada mereka. Ia tidak hanya menyuruh mereka membuka mulut mereka, tetapi ia mengagungkan kelimpahan dari anugerah Allah lebih lagi, dengan mengatakan, betapa besarnya pun keinginan kita, tidak akan ada kekurangan dari apa yang dibutuhkan untuk kebahagiaan kita.

Maka kesimpulannya, mengapa berkat Allah turun kepada kita dalam jumlah yang sedikit, adalah karena mulut kita terlalu sempit. Mengapa orang-orang kosong dan kelaparan, adalah karena mereka menutup mulut mereka sama sekali. Kebanyakan manusia, entah karena jijik, sombong, atau gila, menolak segala berkat yang ditawarkan pada mereka dari surga. Yang lain lagi, meski tidak menolak semuanya, tetapi hanya menerima beberapa tetes kecil dengan sulit, karena iman mereka begitu terbelenggu sehingga mencegah mereka dari menerima kelimpahan. Ini adalah bukti dari kerusakan manusia, ketika mereka tidak rindu mengenal Allah, supaya mereka memeluk-Nya, dan ketika mereka sama tidak rindunya puas dengan diri-Nya. Tak diragukan lagi, Ia mau kita menyembah-Nya oleh pelayanan yang dapat dilihat; tetapi Ia tidak menghargai sekedar nama sebutan Allah – sebab keagungan-Nya bukan terdiri dari satu dua suku kata. Melainkan apa arti nama itu, dan harapan kita ada pada-Nya, bukan pada yang lain.

Pujian akan keadilan, keselamatan, dan segala berkat, tidak boleh dipindahkan dari-Nya kepada yang lain.


Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Sunday, May 6, 2018

Mazmur 81:8-10



Dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau.

Kadang terjadi, orang yang mendapat penderitaan terlalu besar, meratapi bencana mereka dengan tangisan kebingungan. Tetapi umat yang menderita ini masih memiliki sedikit kesalehan, dan mereka tidak lupa janji Allah pada bapa-bapa mereka, maka mereka mengarahkan doa mereka pada Allah. Orang tak beragama saja, yang tidak pernah merencanakan berseru pada Allah, jika berada di bawah tekanan bencana yang besar, digerakkan oleh sebuah insting alamiah yang tersembunyi untuk mencari-Nya. Janji itu seperti seorang guru bagi orang Israel, yang memimpin mereka untuk mencari Allah. Tidak ada orang yang berseru kepada-Nya dengan tulus, kecuali dia yang percaya pada pertolongan-Nya. Seruan pada Allah ini seharusnya meyakinkan mereka, ketika mereka ditawarkan kelepasan, mereka wajib memperhitungkan asal kelepasan itu hanya dari Allah saja.

Aku menjawab engkau dalam persembunyian guntur. Allah tidak dapat dilihat muka dengan muka, tetapi guntur adalah tanda nyata akan kehadiran-Nya yang tersembunyi di antara mereka. Supaya mereka lebih menghargai berkat ini, Allah memberitahu  mereka akan ketidaklayakan mereka. Mereka telah menerima bukti paling nyata dekat air Meriba, bahwa mereka adalah bangsa yang jahat dan keras hati, Keluaran 17:7. Tuhan seperti mengatakan, kejahatan hatimu pada saat itu telah menyatakan dirinya dengan terang-terangan. Tentulah dari hal ini tidak bisa dibantah lagi, bahwa karunia-Ku kepadamu bukanlah karena perbuatan baikmu. Teguran ini berlaku sama bagi kita seperti bagi orang Israel. Allah tidak saja mendengar rintihan kita ketika kita menderita di bawah penjajahan setan, tetapi sebelum kita lahir, Ia telah menetapkan Putra Tunggal-Nya untuk menjadi harga penebusan kita. Dan ketika kita masih musuh-Nya, Ia memanggil kita untuk berbagian dalam anugerah-Nya, mencerahkan pikiran kita oleh Injil dan Roh Kudus-Nya; meskipun kita tetap tinggal dalam bersungut-sungut, dan bahkan memberontak dengan sombong terhadap-Nya.


Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Saturday, May 5, 2018

Mazmur 81:5-7



Pada waktu Ia maju melawan tanah Mesir. Aku mendengar bahasa yang tidak kukenal.

Bangsa Israel, dengan Allah sebagai pemimpin mereka, melewati tanah Mesir dengan bebas dan tanpa halangan. Penduduk Mesir telah menjadi tawar hati sehingga tidak berani melawan mereka. Sang nabi mengagungkan berkat pelepasan mereka, ketika atas nama seluruh umat, ia menyatakan bahwa ia telah dibebaskan dari barbarisme: Aku mendengar bahasa yang tidak kukenal. Sangat tidak nyaman untuk menempuh perjalanan di antara suatu bangsa yang tidak dapat berkomunikasi dengan kita. Bahasa adalah ikatan utama masyarakat. Bahasa adalah gambaran dan cermin pikiran kita. Orang-orang yang tidak dapat menggunakan bahasa dalam interaksi mereka, sama asingnya satu dengan yang lain seperti hewan-hewan liar di hutan. Ketika nabi Yesaya (33:19) berbicara tentang hukuman yang yang sangat mengerikan, ia mengatakan, “Engkau akan melihat bangsa yang sombong, orang-orang bahasanya samar, dengan logat yang aneh dan tak dapat dimengerti.” Maka umat Israel mengakui bahwa berkat yang Allah limpahkan harus dihargai lebih lagi, karena mereka dilepaskan dari orang Mesir, yang bahasanya tidak mereka kenal.

Aku telah mengangkat beban dari bahunya. Di sini Allah mengingatkan kembali berkat-berkat yang Ia telah berikan pada orang Israel, dan yang menunjukkan besarnya kewajiban mereka kepada-Nya. Semakin pahit belenggu yang sempat mengikat mereka, semakin dirindukan dan berharga kebebasan mereka. Allah bukan hanya melepaskan bahu kita dari beban batu bata, tetapi menebus kita dari penjajahan setan yang kejam dan menyengsarakan, dan mengeluarkan kita dari kedalaman neraka, kewajiban kita kepada-Nya jauh lebih ketat dan kudus, daripada yang dimiliki umat-Nya di masa lampau.

Friday, May 4, 2018

Mazmur 81:1-4



Bersorak-sorailah bagi Allah, kekuatan kita.

Mazmur ini kemungkinan dinyanyikan pada hari-hari raya Yahudi, pada pertemuan sidang jemaat yang agung. Di bagian exordium, dinyatakan perintah untuk menyembah yang ditetapkan Allah. Orang Yahudi janganlah berdiri diam dan membisu di kemah suci; sebab melayani Allah tidaklah mengandung kepasifan, atau upacara yang kosong dan dingin. Melainkan yang diperintahkan di sini, adalah menjunjung tinggi kesatuan iman, mengakui takut mereka pada Allah di depan umum, mendorong diri mereka untuk terus maju dalam kesalehan, berusaha bersama-sama memuji Allah; secara singkat, bertekun dalam kovenan suci yang olehnya Allah telah mengangkat mereka menjadi anak-anak-Nya.


Demikianlah kegunaan hari-hari raya di bawah Taurat. Kita dapat menyimpulkan, kapanpun orang percaya sejati berkumpul pada hari ini, tujuan yang mereka harus miliki adalah menyerahkan seluruh diri mereka dalam pelaksanaan ibadah – mengingat berkat-berkat yang mereka telah terima dari Allah – bertumbuh dalam pengenalan Firman-Nya – dan bersaksi akan kesatuan iman mereka. Jika manusia menyerahkan upacara yang kosong dan tak berguna kepada Allah, mereka menghina-Nya. Kecuali jika doktrin iman memimpin jalan mereka, menggerakkan mereka untuk menyeru nama Allah, dan kecuali ingatan akan berkat-berkat dari-Nya menjadi dasar untuk memuji. Selain itu, jika manusia memuaskan diri mereka dengan menampilkan pelayanan yang di luar dan memadamkan cahaya kebenaran Allah, mereka menghujat Allah. Orang beriman tidak dipanggil hanya untuk datang ke kemah suci, tetapi juga diajarkan tujuan mereka berkumpul. Yaitu supaya mereka mengingat kembali kovenan yang cuma-cuma dan penuh kemurahan, yang Allah telah ikat dengan mereka, untuk menumbuhkan iman dan kesalehan, supaya berkat-berkat yang mereka telah terima dirayakan, dan hati mereka digerakkan untuk bersyukur.


Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Thursday, May 3, 2018

Mazmur 80:17-20



Mereka telah membakarnya dengan api dan menebangnya (terjemahan lain: Pohon anggur-Mu telah ditebang, dibakar dengan api).

Bencana yang menimpa umat Allah digambarkan dengan lebih jelas. Sebelumnya dikatakan bahwa pohon anggur Allah ditinggalkan kepada binatang liar yang merusaknya. Tapi bencana yang lebih besar adalah: dihabiskan oleh api, dicabut dengan akarnya, dan diruntuhkan sama sekali. Orang Israel telah menyeleweng dengan berkhianat dari agama yang benar, namun mereka tetap merupakan bagian dari Gereja. Kita diperingatkan oleh contoh yang menyedihkan ini, akan beratnya hukuman yang sesuai dengan tidak tahu bersyukurnya kita, apalagi jika digabungkan dengan kekerasan hati, yang mencegah peringatan dan teguran tajam Allah bermanfaat bagi kita.

Marilah kita belajar dari contoh yang sama, ketika murka Allah berkobar-kobar di sekeliling kita, dan ketika kita ada di tengah api-Nya yang menyala-nyala, biarlah kita menyerahkan segala kesusahan kita ke dalam pelukan-Nya. Dengan cara yang ajaib, Ia mengangkat Gereja-Nya dari jurang kehancuran. Allah pasti bersedia untuk memberikan karunia-Nya pada kita tanpa henti, dan juga memperkaya kita dengan berkat yang lebih dan lebih lagi, jika saja kejahatan kita tidak menghalangi-Nya. Mustahil Ia tidak murka karena banyaknya pelanggaran kita. Namun belas kasihan-Nya yang tak tertandingi dibuktikan oleh tindakan-Nya memadamkan api yang kita sendiri nyalakan dan sebarkan, dan Ia menyelamatkan sebagian atau sisa-sisa dari Gereja. Lebih tepatnya Ia membangkitkan sebuah umat yang menyeru nama-Nya, dari abu.

Gereja hancur bukan karena kekuatan musuh-musuhnya, melainkan karena hardikan wajah Allah. Kita tidak akan mendapatkan keringanan penghukuman, kecuali kita percaya bahwa hukuman kita adalah hajaran tangan Allah yang pantas kita terima. Inilah tanda yang baik dari pertobatan orang Israel, bahwa seperti di Yesaya 9:12, “mereka memandang pada tangan dari Dia yang memukul mereka.”


Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi


Wednesday, May 2, 2018

Mazmur 80:11-16



Mengapa Engkau melanda temboknya?

Inilah aplikasi dari perumpamaan ini. Nampaknya tidak ada yang lebih inkonsisten daripada Allah mengabaikan pohon anggur yang telah Ia tanam dengan tangan-Nya sendiri, sehingga ditumbangkan oleh binatang liar. Memang Ia sering memperingatkan dan mengancam umat melalui para nabi-Nya, bahwa itulah yang akan Ia lakukan. Namun apa yang menahan-Nya dari menimpakan hukuman yang demikian asing dan mengerikan pada mereka, adalah supaya ketakbersyukuran mereka lebih nyata. Pada saat yang sama, orang beriman sejati didorong untuk memperoleh keberanian dari kemurahan hati Allah yang demikian nyata. Bahkan di tengah Ia mencabut, mereka dapat tetap berharap bahwa Ia, yang tak pernah mengabaikan karya tangan-Nya sendiri, akan dengan belas kasihan memberikan kasih sayang-Nya pada mereka (Mzm. 138:8). Bangsa Israel dibawa kepada kehancuran, karena kekerasan hati mereka yang tidak berubah. Namun Allah menyelamatkan sejumlah kecil tunas, yang dengannya Ia kemudian memulihkan pohon anggur milik-Nya. Bentuk permohonan ampun ini dimaksudkan untuk kegunaan seluruh bangsa, supaya jangan dihancurkan. Tetapi hanya sedikit saja yang berusaha meredakan murka Allah dengan sungguh-sungguh merendahkan diri mereka di hadapan-Nya. Maka hanya jumlah yang sedikit ini sajalah, yang diselamatkan dari kehancuran, supaya dari mereka nanti, pohon anggur yang baru tumbuh dan berkembang.

Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini. Kita jangan menyerah kepada godaan, meski Allah menyembunyikan wajah-Nya dari kita untuk sementara waktu, bahkan meski bagi mata indera dan pikiran kita, Ia terlihat terpisah jauh dari kita. Jika Ia kita cari dalam penantian penuh percaya bahwa Ia akan menunjukkan belas kasihan, Ia akan diperdamaikan kembali dengan kita, dan menerima ke dalam pelukan-Nya orang-orang yang tadinya seperti Ia buang. Adalah sebuah kehormatan besar bagi keturunan Abraham untuk dihitung sebagai pohon anggur Allah. Tetapi orang beriman menganggap hal ini sebagai dasar untuk meminta karunia Allah, dan tidak mengajukan tuntutan-tuntutan dari diri mereka sendiri. Mereka hanya memohon pada-Nya untuk tidak menghentikan kemurahan-Nya bagi mereka.


Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi

Tuesday, May 1, 2018

Mazmur 80:9-10



Telah Kauambil pohon anggur dari Mesir.

Gambaran pohon anggur merayakan anugerah istimewa yang Allah dengan murah hati berkenan untuk berikan pada umat-Nya setelah Ia menebus mereka. Gambaran ini dengan kuat menginsipirasi umat Allah dengan pengharapan bahwa Ia akan mendengar doa mereka. Siapa dari kita dapat berani masuk ke hadirat Allah, kecuali Ia yang mengundang kita sebelumnya?

Sekarang Ia menarik kita pada diri-Nya, baik dengan berkat-berkat-Nya maupun Firman-Nya. Sasaran dari menunjukkan kemurahan hati-Nya di hadapan-Nya adalah supaya Ia jangan meninggalkan karya tangan yang telah Ia mulai sebelum jadi.  Tanpa Firman-Nya, berkat-berkat yang Ia telah limpahkan pada kita hanya meninggalkan sedikit kesan dalam hati kita. Namun ketika pengalaman ditambahkan kepada kesaksian Firman-Nya, maka kita sangat dikuatkan. Penebusan yang disebutkan di sini tidak dapat dipisahkan dari kovenan Allah.

Empat ratus tahun sebelumnya, Allah telah mengikat janji dengan Abraham, di mana Ia berjanji akan melepaskan keturunannya. Tidaklah sesuai jika Allah membiarkan pohon anggur yang Ia telah tanam dan pelihara begitu hati-hati dengan tangan-Nya sendiri, menjadi mangsa binatang liar. Kovenan Allah tidak berlangsung hanya beberapa hari, atau untuk waktu yang singkat saja. Ketika Ia mengadopsi anak-anak Abraham, Ia menaruh mereka dalam pemeliharaan-Nya untuk selama-lamanya. Dengan kata pohon anggur, dimaksudkan nilai tinggi yang dimiliki umat ini di mata Allah. Ia tidak hanya berkenan mengambil mereka sebagai milik pusaka-Nya, melainkan Ia juga membedakan mereka dengan kehormatan istimewa ini, seperti pohon anggur melebihi segala milik yang lain.

Ketika dikatakan bahwa tanah dibersihkan, ini adalah pengulangan dari yang dikatakan sebelumnya, yaitu bangsa-bangsa dihalau untuk membuat tempat bagi umat pilihan. Mungkin juga artinya adalah digalinya tanah terus-menerus, yang dibutuhkan pohon anggur, untuk menunjukkan betapa Allah telah mengerjakan bagian-Nya sebagai petani yang baik terhadap umat-Nya. Setelah Ia menanam mereka, Ia tidak berhenti menggunakan segala sarana untuk merawat dan memelihara mereka.


Article by John Calvin
Translated by Tirza Rachmadi