Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Apa yang telah dialami oleh kaum orang beriman, Daud perpanjang kepada Gereja di segala jaman. Ia tidak hanya bersyukur untuk satu berkat saja, melainkan menegaskan bahwa Gereja tidak mungkin tetap berlanjut aman jika bukan tangan Allah yang melindunginya. Ia bertujuan menggerakkan anak-anak Allah dengan pengharapan pasti, bahwa hidup mereka ada dalam keamanan sempurna di bawah perlindungan Ilahi. Harus diperhatikan kontras antara pertolongan Allah, dari segala sumber daya yang dipercayai dunia dengan sia-sia, seperti dalam Mazmur 20:7, “Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita.” Orang beriman yang dimurnikan dari segala keyakinan palsu, dapat membawa diri mereka hanya ke hadapan Penolong mereka, dan dengan bersandar pada-Nya, dapat tanpa takut menghina apapun yang direncanakan setan dan dunia melawan mereka.
Nama Allah berarti Allah sendiri; namun ada makna signifikan dalamnya. Disiratkan bahwa kita memiliki jalan masuk kepada-Nya, karena Ia telah membukakan anugerah-Nya melalui Firman, sehingga kita tidak perlu pergi jauh-jauh, atau mengikuti jalan memutar yang panjang. Juga tepatlah penyebab sang Pemazmur menghormati Allah dengan gelar Pencipta. Kita tahu betapa gelisahnya batin kita sampai dapat memandang kuasa Allah pada ketinggiannya yang sebenarnya, yaitu mulia dan mengatasi seluruh dunia. Hal ini tidak akan terjadi sampai kita yakin bahwa segala sesuatu tunduk kepada kehendak-Nya. Ia bukan menunjukkan kuasa-Nya sekali dan sekejap mata saja pada waktu penciptaan dunia, dan kemudian menariknya kembali, melainkan Ia terus menunjukkannya dalam pengaturan dunia ini. Terlebih lagi, meski semua orang dengan bebas dan lantang mengakui Allah sebagai Pencipta langit dan bumi, sampai orang paling jahat pun malu menahan kehormatan gelar ini dari-Nya, namun begitu teror menunjukkan dirinya, segera ketidakpercayaan kita memandang rendah pertolongan apapun yang Ia akan berikan.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Sunday, September 30, 2018
Saturday, September 29, 2018
Mazmur 123
Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita. Pengumpamaan ini sangat serupa dengan keadaan sebenarnya. Tanpa perlindungan Allah, orang beriman tidak memiliki penghiburan, tak bersenjata dan telanjang menghadapi ketidakadilan, tanpa kekuatan ataupun keberanian untuk melawan. Singkatnya, keamanan mereka sepenuhnya bergantung pada pertolongan yang didapat dari pihak lain. Kita tahu betapa memalukannya perlakuan yang diterima para hamba di jaman kuno, dan hinaan-hinaan apa yang dilemparkan pada mereka, sementara mereka tidak berani menggerakkan satu jaripun untuk menolak kekurangajaran itu. Tanpa sarana apapun untuk melindungi diri mereka, satu-satunya yang dapat mereka lakukan adalah merindukan perlindungan tuan mereka. Penjelasan yang sama berlaku untuk hamba perempuan. Keadaan mereka memalukan dan merendahkan. Tetapi kita tidak perlu malu atau tersinggung jika dibandingkan dengan hamba, selama Allahlah pelindung kita, dan meletakkan hidup kita di bawah penjagaan-Nya. Aku katakan, Allah dengan sengaja melucuti kita dari segala pertolongan duniawi, supaya kita belajar bergantung pada anugerah-Nya, dan merasa puas dengan anugerah itu saja. Di masa lampau merupakan pelanggaran besar jika budak membawa pedang atau senjata lain, maka karena mereka diancam berbagai bahaya, biasanya tuan mereka membela mereka dengan lebih lagi, ketika ada orang yang tanpa sebab memperlakukan mereka dengan kekerasan. Tidak dapat diragukan, ketika Allah melihat kita hanya bergantung pada perlindungan-Nya dan kita melepaskan segala kepercayaan pada kemampuan kita sendiri, Ia sebagai pelindung kita pasti menghadapi segala gangguan yang ditujukan pada kita, dan menjadi perisai kita. Di bagian ini kita temukan gambaran masa di mana umat Allah berada dalam keperluan yang darurat, dan hampir berputus asa. Kata “tangan” digunakan untuk “pertolongan.”
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Friday, September 28, 2018
Mazmur 122
Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi (terjemahan lain: takhta) pengadilan. Takhta kerajaan ditetapkan di Yerusalem. Di antara bangsa itu selalu ada semacam pengaturan penghakiman, namun sebelumnya dalam keadaan yang tidak tetap, dan sering berubah-ubah. Allah pada akhirnya menetapkan satu pemerintahan baru yang akan terus berlanjut, dalam pribadi Daud. Kehendak-Nya-lah bahwa keturunan Daud akan meneruskan kerajaan ayah mereka hingga kedatangan Kristus. Sebelumnya sang nabi membicarakan Bait Allah dan keimaman. Sekarang ia menegaskan, bahwa kerajaan yang didirikan Allah ini, akan teguh dan tak berubah; untuk membedakannya dari segala kerajaan lain di dunia, yang bukan saja sementara, tetapi ringkih dan tunduk pada bermacam-macam perubahan. Keberlangsungan selamanya kerajaan ini dikonfirmasi dengan jelas oleh nabi-nabi lain di berbagai tempat dalam tulisan mereka, dan dengan alasan yang tepat. Tujuan mereka adalah mengajar orang beriman, bahwa Allah akan menjadi pelindung kesejahteraan mereka, selama mereka berada di bawah perlindungan Daud. Jika mereka ingin terus aman dan makmur, maka janganlah mereka mencari raja-raja baru sesuka mereka, melainkan hidup tenang di bawah pemerintahan yang Allah telah tetapkan bagi mereka.
Oleh karena rumah TUHAN, Allah kita, aku hendak mencari kebaikan bagimu. Jika keselamatan saudara-saudara kita adalah hal yang penting bagi kita, jika agama adalah masalah hati bagi kita, maka pada saat yang sama kita harus, sekuat-kuatnya, memperhatikan kesejahteraan Gereja. Siapa yang tidak mempedulikan keadaannya, bukan saja tak saleh tetapi kejam. Gereja adalah “tiang penopang dan dasar” kebenaran, maka kehancurannya pastilah berakibat pada padamnya kesalehan sejati. Jika tubuh itu hancur, bagaimana mungkin tiap anggotanya tidak terlibat dalam kehancuran itu? Bagian ini mengajar kita lebih jauh lagi, bahwa Gereja bukan sekadar nama yang kosong, melainkan di mana ibadah sejati ada, di sana Gereja harus ditemukan.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Oleh karena rumah TUHAN, Allah kita, aku hendak mencari kebaikan bagimu. Jika keselamatan saudara-saudara kita adalah hal yang penting bagi kita, jika agama adalah masalah hati bagi kita, maka pada saat yang sama kita harus, sekuat-kuatnya, memperhatikan kesejahteraan Gereja. Siapa yang tidak mempedulikan keadaannya, bukan saja tak saleh tetapi kejam. Gereja adalah “tiang penopang dan dasar” kebenaran, maka kehancurannya pastilah berakibat pada padamnya kesalehan sejati. Jika tubuh itu hancur, bagaimana mungkin tiap anggotanya tidak terlibat dalam kehancuran itu? Bagian ini mengajar kita lebih jauh lagi, bahwa Gereja bukan sekadar nama yang kosong, melainkan di mana ibadah sejati ada, di sana Gereja harus ditemukan.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Thursday, September 27, 2018
Mazmur 121:3-8
Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sang nabi bertujuan mengingatkan orang beriman pada jalan yang benar, dan mengalahkan pengaruh segala godaan yang biasa mengalihkan pikiran mereka. Ia menegaskan, bahwa keuntungan apapun yang orang dunia biasa harapkan dari dunia ini, akan ditemukan oleh orang beriman secara berlimpah-limpah dan tersedia dalam diri Allah saja. Ia bukan saja menggambarkan Allah yang berkuasa, tetapi juga yang mengasihi kita secara dalam, sehingga Ia akan menjaga kita pada segala aspek dalam keamanan sempurna. Jika hanya kuasa Allah yang dibesarkan, banyak orang menjawab, “Betul, Ia bisa melakukan apa saja jika Ia berkehendak, tetapi kita tidak tahu apa yang Ia kehendaki.” Di bagian ini Allah ditunjukkan sebagai pelindung orang beriman, supaya mereka dapat tenang dengan keyakinan teguh akan providensia-Nya. Kaum Epicurean yang mengira Allah tidak peduli sedikitpun tentang dunia ini, memadamkan segala hormat akan Allah. Demikian juga orang-orang yang mengira dunia ini diatur Allah hanya secara umum dan dengan kacau, orang-orang yang tidak percaya bahwa Allah memperhatikan dengan kasih sayang istimewa setiap orang dari umat-Nya yang beriman, mereka membuat batin manusia tergantung-gantung dalam ketegangan, dan mereka sendiri dalam keadaan terombang-ambing dan gelisah. Singkatnya, hati manusia tidak akan pernah bersungguh-sungguh memanggil Allah, sampai keyakinan akan Dia sebagai pelindung kita berakar kokoh dalam hati. Kata Ibrani yang dipakai di sini berarti terpeleset atau terjatuh, gemetar atau goyah. Sering terjadi bahwa orang beriman itu goyah bahkan hampir jatuh, namun Allah menopang mereka oleh kuasa-Nya, sehingga dikatakan mereka berdiri tegak. Dan meski di tengah bahaya yang setiap saat mengancam kita, kita sulit membuang segala kecemasan dan ketakutan, namun sang nabi bersaksi, bahwa Allah tanpa henti berjaga-jaga untuk keselamatan kita.
Sang nabi mengulang, bahwa Tuhanlah penjagamu, supaya tidak ada orang yang ragu-ragu memperhitungkan dirinya apa yang menjadi milik seluruh komunitas Israel. Selain itu, Allah disebut naungan di sebelah tangan kanan, untuk mengajar kita, tidaklah perlu kita pergi jauh untuk mencari-Nya. Sebaliknya, Ia berada dekat saja, berdiri di sisi kita untuk membela kita.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Sang nabi mengulang, bahwa Tuhanlah penjagamu, supaya tidak ada orang yang ragu-ragu memperhitungkan dirinya apa yang menjadi milik seluruh komunitas Israel. Selain itu, Allah disebut naungan di sebelah tangan kanan, untuk mengajar kita, tidaklah perlu kita pergi jauh untuk mencari-Nya. Sebaliknya, Ia berada dekat saja, berdiri di sisi kita untuk membela kita.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Wednesday, September 26, 2018
Mazmur 121:1-2
Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Apa artinya pencarian gelisah dari sang nabi, yang melayangkan matanya, sebentar ke sini, sebentar ke sana, seakan-akan iman tidak mengarahkannya pada Allah? Pemikiran orang saleh tidak pernah selalu tinggal tetap pada Firman Allah sampai tidak terbawa pada pandangan pertama menuju godaan. Terutama ketika bahaya mengancam kita, atau kita diserang oleh pencobaan yang menyakitkan, hampir tidak mungkin, kita yang demikian terikat pada bumi, bisa tak bergerak oleh godaan yang menarik kita, sampai batin kita mengekang dirinya sendiri, dan kembali berbalik kepada Allah. Apapun yang kita mungkin pikirkan, demikian kata sang nabi, segala pengharapan yang menarik kita dari Allah itu kosong dan penipu. Pemazmur menyatakan, semua orang ini kehilangan usaha mereka, yaitu orang-orang yang melupakan Allah, memandang ke sekeliling mereka, dan membuat jalan memutar panjang dan menipu untuk mencari obat masalah mereka. Dengan berbicara demikian mengenai dirinya sendiri, jelaslah ia menunjukkan penyakit yang menyerang seluruh umat manusia. Wajarlah dugaan bahwa ia didorong berbicara demikian dari pengalamannya sendiri. Ketidaktetapan ini begitu alamiah bagi kita, sehingga begitu kita terkena rasa takut, kita melayangkan mata kita ke segala arah, sampai iman menarik kita kembali dari segala pengembaraan panik tersebut dan mengarahkan kita hanya pada Allah. Perbedaan antara orang beriman dan tidak, adalah meski semuanya mudah ditipu, setan menarik orang tak beriman dengan godaannya. Tetapi bagi orang beriman, Allah mengoreksi hal yang buruk dalam natur mereka, dan tidak membiarkan mereka terus tersesat. Maksud sang nabi sangat jelas: meski segala pertolongan dunia ditawarkan pada kita, namun kita jangan mencari keamanan di manapun kecuali dari Allah. Setelah orang berlelah-lelah memburu penyelesaian masalah, di sini dan di sana, pada akhirnya mereka akan mengalami, tidak ada pertolongan yang pasti selain dari Allah sendiri.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Tuesday, September 25, 2018
Mazmur 120
Cukup lama aku tinggal bersama-sama dengan orang-orang yang membenci perdamaian. Aku ini suka perdamaian. Sang Pemazmur tanpa pengumpamaan menunjuk dengan jarinya pada orang-orang yang ia sebut sebelumnya sebagai Mesekh dan Kedar. Mereka adalah orang-orang Israel yang tidak jujur, yang adalah keturunan bapa-bapa kudus, tetapi yang lebih suka memakai topeng orang Israel daripada menjadi benih sejati Israel. Ia menyebut mereka pembenci perdamaian, karena mereka dengan sengaja, dan maksud jahat, menyatakan perang terhadap orang yang baik dan tidak menyakiti mereka. Ia menambahkan segera, bahwa hatinya sendiri sangat condong kepada perdamaian, ia sepenuhnya menujukan dirinya pada perdamaian, dan telah mencoba segala cara untuk memenangkan hati mereka, tetapi kekejaman hati mereka yang tidak dapat dipuaskan, mendorong mereka untuk bertindak jahat padanya tanpa kecuali.
Aku ini suka perdamaian. Artinya adalah ia tidak merugikan atau menyakiti mereka, tidak ada alasan bagi kebencian mereka. Dari pihaknya selalu damai. Bahkan lebih jauh lagi, ketika ia melihat mereka penuh kebencian padanya, ia berusaha untuk menenangkan mereka, dan membuat mereka mengerti dengan baik. Berbicara maksudnya menawarkan perdamaian dengan jiwa yang lemah lembut, atau bagaimana rekonsiliasi bisa dicapai. Namun kesombongan musuh-musuh Daud demikian haus darah dan brutal, sehingga berbicara dengannya pun mereka tidak sudi – dengan orang yang hanya layak menerima kebaikan dari tangan mereka, dan yang tidak pernah merugikan mereka. Teladannya mengajar kita, tidak cukup bagi orang beriman hanya tidak menyakiti orang lain. Orang beriman harus belajar untuk menarik mereka dengan kelembutan, dan melembutkan mereka kepada niat baik. Jika penguasaan diri dan kebaikan mereka ditolak, biarlah orang beriman menunggu dengan sabar, hingga Allah akhirnya menunjukkan diri-Nya dari surga sebagai pelindung mereka. Namun biarlah kita ingat, jika Allah tidak segera mengulurkan tangan-Nya bagi kita, kewajiban kita adalah menanggung kelelahan dalam penundaan yang panjang, seperti Daud, yang bersyukur dalam Mazmur ini untuk pertolongan Allah, namun juga meratapi penindasan yang musuh-musuhnya letakkan atasnya.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Aku ini suka perdamaian. Artinya adalah ia tidak merugikan atau menyakiti mereka, tidak ada alasan bagi kebencian mereka. Dari pihaknya selalu damai. Bahkan lebih jauh lagi, ketika ia melihat mereka penuh kebencian padanya, ia berusaha untuk menenangkan mereka, dan membuat mereka mengerti dengan baik. Berbicara maksudnya menawarkan perdamaian dengan jiwa yang lemah lembut, atau bagaimana rekonsiliasi bisa dicapai. Namun kesombongan musuh-musuh Daud demikian haus darah dan brutal, sehingga berbicara dengannya pun mereka tidak sudi – dengan orang yang hanya layak menerima kebaikan dari tangan mereka, dan yang tidak pernah merugikan mereka. Teladannya mengajar kita, tidak cukup bagi orang beriman hanya tidak menyakiti orang lain. Orang beriman harus belajar untuk menarik mereka dengan kelembutan, dan melembutkan mereka kepada niat baik. Jika penguasaan diri dan kebaikan mereka ditolak, biarlah orang beriman menunggu dengan sabar, hingga Allah akhirnya menunjukkan diri-Nya dari surga sebagai pelindung mereka. Namun biarlah kita ingat, jika Allah tidak segera mengulurkan tangan-Nya bagi kita, kewajiban kita adalah menanggung kelelahan dalam penundaan yang panjang, seperti Daud, yang bersyukur dalam Mazmur ini untuk pertolongan Allah, namun juga meratapi penindasan yang musuh-musuhnya letakkan atasnya.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Monday, September 24, 2018
Mazmur 119:171-176
Biarlah bibirku mengucapkan puji-pujian, sebab Engkau mengajarkan ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Daud mengkonfirmasi doktrin berikut ini: caranya kita menjadi sungguh-sungguh bijaksana, adalah, pertama, dengan menundukkan diri kita di bawah Firman Allah, dan bukan mengikuti khayalan sendiri; dan kedua, oleh Allah membuka pemahaman kita dan membuatnya taat pada kehendak-Nya. Ia menggabungkan kedua kebenaran berikut ini: ketika Allah menaruh hukum-Nya di hadapan kita, yang darinya kita belajar segala yang bermanfaat bagi kesejahteraan kita, pada saat yang sama Ia mengajar kita di dalam batin. Tidaklah cukup telinga kita diperdengarkan bunyi-bunyian, jika Allah tidak menerangi batin kita oleh Roh pengertian, dan mengoreksi kekerasan hati kita oleh Roh kelemahlembutan. Usaha keras para guru tidak berguna sampai ada kebajikan dan keefektifan diberikan padanya. Perlu diperhatikan bahwa orang-orang yang sungguh-sungguh diajar Allah, tidak dapat dialihkan dari Taurat dan Kitab Suci oleh wahyu-wahyu rahasia. Tidak seperti semacam orang fanatik, yang merasa mereka masih belajar A B C, jika tidak menginjak-injak Firman Allah, dan mengejar khayalan mereka yang bodoh.
Biarlah jiwaku hidup, supaya memuji-muji Engkau. Kalimat ini dapat dijelaskan demikian: Tuhan, setelah Engkau memberikan hidup padaku, aku akan berusaha merayakan pujian-Mu, untuk menunjukkan aku bukan tidak tahu berterima kasih. Dengan bersandar pada janji Allah, sang nabi menyatakan dengan kepercayaan, bahwa hidupnya akan berlanjut dalam keamanan. Meski hidup kita tersembunyi di bawah bayang maut, namun kita dapat dengan pasti bermegah dalam keamanan, karena Allah adalah pelindungnya yang setia. Kepercayaan ini dihasilkan anugerah-Nya yang menghidupkan kita, yang ditawarkan dalam Firman-Nya.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Biarlah jiwaku hidup, supaya memuji-muji Engkau. Kalimat ini dapat dijelaskan demikian: Tuhan, setelah Engkau memberikan hidup padaku, aku akan berusaha merayakan pujian-Mu, untuk menunjukkan aku bukan tidak tahu berterima kasih. Dengan bersandar pada janji Allah, sang nabi menyatakan dengan kepercayaan, bahwa hidupnya akan berlanjut dalam keamanan. Meski hidup kita tersembunyi di bawah bayang maut, namun kita dapat dengan pasti bermegah dalam keamanan, karena Allah adalah pelindungnya yang setia. Kepercayaan ini dihasilkan anugerah-Nya yang menghidupkan kita, yang ditawarkan dalam Firman-Nya.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Sunday, September 23, 2018
Mazmur 119:159-170
Lihatlah, betapa aku mencintai titah-titah-Mu! Ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu. Ketika para orang kudus membicarakan kesalehan mereka di hadapan Allah, mereka bukan sedang menjadikan perbuatan baik mereka sebagai dasar kepercayaan mereka. Melainkan mereka berpegang pada prinsip berikut, bahwa Allah, yang membedakan hamba-hamba-Nya dari orang kurang ajar dan jahat, akan berbelaskasihan pada mereka, karena mereka mencari-Nya dengan seluruh hati. Selain itu, cinta yang tidak dibuat-buat akan hukum Allah adalah bukti adopsi yang tidak diragukan, sebab cinta ini adalah hasil karya Roh Kudus. Sang nabi tidak berbangga akan apapun dari dirinya, melainkan dengan tepat mengajukan kesalehannya dengan tujuan memberanikan dirinya, sehingga memegang harapan yang lebih meyakinkan akan pengabulan doanya, melalui anugerah Allah yang telah ia alami. Pada saat yang sama, kita diajar, bahwa tidak mungkin ada ketaatan sejati pada hukum, selain yang mengalir dari cinta yang bebas dan spontan. Allah menuntut korban persembahan sukarela, dan awal dari hidup yang baik adalah mencintai-Nya, seperti deklarasi Musa (Ul. 10:12), “Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari mengasihi Dia.” Hal yang sama diulangi dalam ringkasan hukum (Ul. 6:5), “Kasihilah TUHAN, Allahmu.” Sebab itu Daud menyatakan sebelumnya, bahwa hukum Allah bukan saja berharga, namun menyenangkannya. Dalam menaati hukum, layaklah bagi kita untuk mulai dengan ketaatan sukarela, supaya tidak ada yang menyenangkan kita lebih daripada keadilan Allah. Dan di sisi lain, jangan kita lupakan bahwa kesadaran akan kebaikan Allah yang cuma-cuma dan kasih kebapakan-Nya, perlu dan tidak bisa tidak ada, supaya hati kita dicondongkan pada afeksi ini. Hanya perintah saja tidak mungkin memenangkan hati manusia untuk menaatinya, malah akan menakuti mereka. Maka jelas, hanya ketika seseorang telah mencicipi kebaikan Allah dari pengajaran hukum-Nya, maka ia akan mengarahkan hatinya untuk balas mengasihi-Nya. Seringnya sang nabi mengulangi doa ini, hidupkanlah aku, mengajar kita, bahwa ia sangat menyadari kelemahan hidupnya sendiri. Manusia hidup hanya sejauh Allah meniupkan hidup ke dalam mereka setiap saatnya.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Saturday, September 22, 2018
Mazmur 119:136-158
Air mataku berlinang seperti aliran air, karena orang tidak berpegang pada Taurat-Mu. Di sini Daud menegaskan, bahwa ia terbakar oleh gairah yang luar biasa demi kemuliaan Allah. Ia hancur menjadi air mata karena penghinaan yang dilemparkan pada hukum Allah. Ungkapannya bersifat hiperbola, tetapi ia menggambarkan dengan benar dan jelas, keadaan batin yang diberikan padanya, dan hal itu sesuai dengan apa yang ia katakan di tempat lain, “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku” (Mzm. 69:9). Di mana pun Roh Allah memerintah, Ia membangunkan gairah yang menyala-nyala ini, yang membakar hati para orang saleh ketika mereka melihat perintah dari Allah yang Maha Tinggi dianggap kosong. Tidaklah cukup bahwa setiap kita berusaha menyenangkan Allah. Kita harus merindukan hukum-Nya dipandang terhormat oleh semua orang. Seperti itulah Lot yang kudus, menurut kesaksian Rasul Petrus, tersiksa ketika memandang Sodom sebagai wadah segala macam kejahatan. Jika di masa lalu, ketidaksalehan dunia menarik duka yang demikian pahit dari anak-anak Allah, di masa kini begitu besarnya kebusukan di mana kita telah jatuh, sehingga orang-orang yang sanggup melihat keadaan ini tanpa keprihatinan dan air mata, tiga kali bahkan empat kali tidak peka. Betapa besarnya kegilaan dunia hari ini dalam menghina Allah dan mengabaikan doktrin-Nya? Tentulah ada sedikit yang dengan mulutnya mengaku bersedia menerima, namun hampir tidak ada satu di antara sepuluh orang yang membuktikan ketulusan pengakuannya dengan hidupnya. Sementara begitu besar kumpulan orang banyak yang dilarikan ke dalam tipuan setan dan kepada Paus, orang-orang lain sama tidak memiliki perhatian tentang keselamatan mereka seperti hewan-hewan yang rendah, dan banyak kaum Epicurean yang mengejek segala agama dengan terang-terangan. Jika di dalam kita ada sedikit saja kesalehan, maka sungai air mata dan bukan sekedar tetesan-tetesan, akan mengalir dari mata kita. Namun jika kita ingin menghasilkan bukti dari kesungguhan yang murni dan tidak bernoda, biarlah duka kita dimulai dari diri kita sendiri – dengan melihat bahwa kita masih jauh dari mencapai ketaatan sempurna pada hukum; ya, bahwa nafsu rusak dari natur karnal kita sering bangkit melawan keadilan Allah.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Friday, September 21, 2018
Mazmur 119:129-135
Peringatan-peringatan-Mu ajaib, itulah sebabnya jiwaku memegangnya. Mustahil seseorang menaati hukum Allah dari hatinya, kecuali ia merenungkannya dengan perasaan penuh hormat, sebab penghormatan adalah awal dari ketundukkan yang murni dan benar. Banyak orang menghina Firman Allah, sebab mereka menganggapnya lebih rendah daripada ketajaman pengertian mereka sendiri. Ya, banyak orang menyatakan dengan lebih terang-terangan lagi penghinaan mereka melawan surga, dari kesombongan yang ingin memamerkan kepintaran mereka. Namun meski orang dunia menganggap diri mereka hebat dalam penghinaan sombong terhadap hukum ilahi, apa yang dinyatakan sang nabi tentang hukum itu tetap benar, bahwa di dalamnya dicakup misteri-misteri yang jauh melampaui segala pikiran manusia.
Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh. Yang dimaksud sang Pemazmur dengan orang bodoh atau sederhana adalah, orang-orang yang bukan luar biasa kreatif, atau penuh kebijaksanaan, melainkan orang-orang yang tidak ahli dalam kata-kata, bukan yang mahir karena pendidikan. Mengenai orang-orang ini ia menegaskan, begitu mereka belajar prinsip-prinsip utama dari hukum Allah, mereka akan menerima pengertian. Seharusnya hal ini menggerakkan gairah yang sungguh-sungguh dalam kita untuk mengenal hukum Allah. Orang-orang yang dianggap bodoh dan dihina oleh dunia pun, akan mendapatkan kebijaksanaan yang cukup untuk membawa mereka pada keselamatan kekal, jika saja mereka mengarahkan pikiran mereka pada hukum Allah. Meski bukan semua orang diberikan pencapaian kebijaksanaan ini sampai ke tingkat tertinggi, namun semua orang saleh sama-sama mengetahui prinsip yang pasti dan tak mungkin salah untuk mengatur hidup mereka. Tidak ada orang yang menyerahkan dirinya pada pengajaran Allah, yang akan melonggarkan kerja kerasnya di sekolah itu, sebab dari hari pertama ia masuk, ia mendapat hasil yang tidak ternilai. Sebaliknya kita diperingatkan, bahwa semua yang mengikuti pemikiran mereka sendiri, berjalan dalam kegelapan. Arti memberi pengertian kepada orang-orang bodoh, yaitu orang-orang yang siap untuk menjadi murid yang baik dalam mempelajari hukum Allah, adalah hanya ketika mereka dipisahkan dari segala kepercayaan pada diri mereka sendiri, dan menundukkan diri mereka pada Allah dengan batin yang rendah hati dan lemah lembut.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Thursday, September 20, 2018
Mazmur 119:128
Itulah sebabnya aku hidup jujur sesuai dengan segala titah-Mu; segala jalan dusta aku benci (terjemahan lain: Dan karena aku menganggap segala titah-Mu benar, segala jalan dusta aku benci). Sang nabi yang menanti penghakiman Allah dengan sabar, dan memohon dengan sungguh-sungguh untuk pelaksanaannya, telah menyetujui hukum Allah dalam segala detilnya, dan merangkulnya tanpa perkecualian. Terlebih lagi, ia membenci segala jalan yang tidak benar. Tidak ada yang lebih alamiah bagi kita daripada menghina atau menolak apapun dalam hukum Allah yang tidak sesuai dengan kita. Setiap orang, berdasarkan keburukannya masing-masing, akan ingin perintah yang melarang keburukannya dihapuskan. Tetapi kita tidak dapat secara sah menambahkan atau mengurangi hukum Allah. Allah telah menyatukan perintah-perintah-Nya dalam ikatan yang kudus dan tidak bisa diputuskan, sehingga tidak diperbolehkan memisahkan satu di antara mereka. Kita menangkap, bagaimana sang nabi yang diinspirasikan oleh semangat giat yang kudus demi hukum Allah, berjuang melawan pemberontakan keji orang-orang yang menghina hukum itu. Ketika kita melihat orang fasik menghina Allah dengan kurang ajar, kadang bangkit melawan-Nya, kadang memutarbalikkan setiap bagian hukum Allah, maka sudah sepantasnyalah semangat kita terbakar, dan kita lebih berani lagi membela kebenaran Allah. Ketiadaan ekstrim dari takut pada Allah di jaman kita ini menuntut semua orang beriman untuk mengerjakan ini dengan gairah yang suci. Orang-orang yang kurang ajar berlomba-lomba merusakkan doktrin keselamatan, dan menghina Firman suci Allah. Yang lain mengeluarkan hujatan tanpa henti. Kita tidak dapat dimaafkan jika kita tidak peduli, seperti seorang pengkhianat, jika hati kita tidak menjadi panas dengan kemarahan kudus. Sang nabi tidak hanya mengatakan, bahwa ia menyetujui segala hukum Allah tanpa perkecualian, tetapi menambahkan bahwa ia benci segala jalan dusta atau jalan yang salah. Tanpa diragukan lagi, tidak ada orang yang sungguh-sungguh menyetujui hukum Allah, kecuali dia yang menolak fitnahan orang-orang jahat yang menodai atau mengaburkan kemurnian dari doktrin yang benar.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Wednesday, September 19, 2018
Mazmur 119:115-127
Menjauhlah dari padaku, hai penjahat-penjahat; aku hendak memegang perintah-perintah Allahku. Karena Daud melihat betapa besarnya halangan yang berupa orang fasik bagi kita, ia membuat jarak dari mereka. Lebih tepatnya, ia bersaksi bahwa ia akan waspada terhadap terjeratnya dirinya dalam pergaulan mereka. Jika kita ingin bertahan dalam jalan Tuhan tanpa tersandung, kita harus berusaha, di atas segala sesuatunya, untuk menjaga jarak sebesar-besarnya dari orang duniawi dan jahat. Jarak ini bukan dalam hal lokasi atau tempat, melainkan dalam hal pergaulan dan pembicaraan. Jika saja kita berkawan karib dengan mereka, hampir mustahil kita tidak segera dirusakkan oleh penularan contoh mereka. Pengaruh berbahaya dari persahabatan dengan orang jahat dapat diamati dengan sangat jelas. Dan karena hal itulah, sedikit saja orang yang bertahan dalam integritas mereka sampai akhir hidup. Dunia ini penuh dengan kebusukan. Karena lemahnya natur kita begitu ekstrim, terinfeksi dan ternoda dari sentuhan paling kecil adalah hal yang paling mudah. Maka kuatlah alasan sang nabi meminta orang jahat menjauh darinya, supaya ia maju dalam takut akan Allah tanpa hambatan. Siapapun yang membiarkan dirinya terjerat dalam pergaulan mereka, akan perlahan-lahan menyerahkan dirinya pada penghinaan terhadap Allah, dan menjalankan hidup yang tidak bermoral. Senada dengan ini adalah nasihat Paulus di 2 Kor. 6:14, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya.” Sang nabi tidak punya kuasa untuk mengusir orang jahat darinya. Tetapi maksudnya adalah, mulai saat itu ia tidak akan bergaul dengan mereka. Ia menekankan Allah sebagai Allahnya, untuk bersaksi bahwa ia lebih menghargai Allah sendiri daripada seluruh umat manusia. Ia telah mendapati kejahatan ekstrim merajalela di seluruh bumi, maka ia memisahkan dirinya dari orang-orang, supaya ia sepenuhnya berada di pihak Allah. Pada hari ini, supaya contoh buruk tidak menghanyutkan kita kepada kejahatan, sangatlah penting bagi kita untuk menempatkan Allah di pihak kita, dan untuk tinggal tetap di dalam-Nya, sebab Ia adalah milik kita.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Tuesday, September 18, 2018
Mazmur 119:105-114
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. Sang Pemazmur bersaksi bahwa Hukum Allah adalah guru sekolahnya dan pemimpin kepada hidup yang kudus. Teladannya menetapkan prinsip yang sama untuk kita semua, yang sangat penting untuk kita ikuti. Pada saat kita mengikuti apa yang kita pandang baik, kita terjerat dalam labirin yang menakutkan tanpa jalan keluar. Perlu diperhatikan bahwa ia meletakkan Firman Allah berseberangan dengan segala pikiran manusia. Apa yang dinilai benar oleh dunia seringkali bengkok dan terbalik dalam penilaian Allah. Allah tidak berkenan pada cara hidup apapun selain yang diatur sesuai prinsip hukum-Nya. Juga perlu diperhatikan, bahwa Daud tidak mungkin dipimpin oleh Firman Allah, sebelum ia pertama-tama meninggalkan kebijaksanaan kedagingan. Hanya setelah kita tinggalkan kebijaksanaan kedagingan, barulah kita menjadi bisa diajar. Perumpamaan yang Daud pakai memiliki makna lebih lagi; yaitu kecuali Firman Allah menerangi jalan manusia, seluruh hidup mereka diselubungi kegelapan dan ketidakjelasan, sehingga tidak ada yang bisa mereka lakukan selain tersesat dari jalan yang benar. Ketika kita menyerahkan diri kita dengan kelembutan pada pengajaran hukum Allah, kita tidak berada dalam bahaya kesesatan. Biarlah kita yakin bahwa ada cahaya yang tak mungkin salah di sana, jika saja kita membuka mata kita untuk memandangnya. Rasul Petrus (2 Ptr. 1:19) mengatakan hal yang sama dengan lebih jelas, ketika ia menasihatkan orang beriman untuk memperhatikan nubuatan, “seperti pelita yang bercahaya di tempat yang gelap.”
Peringatan-peringatan-Mu adalah milik pusakaku untuk selama-lamanya, sebab semuanya itu kegirangan hatiku. Untuk mendorong kita dengan teladannya, sang nabi menegaskan bahwa ia mendapatkan kesenangan yang besar dalam ketetapan Allah, sehingga tidak ada yang lebih berharga. Hanyalah cinta yang membuat kita menghargai sesuatu. Maka haruslah kita memulai dengan kesenangan dalam hukum Allah, supaya kita memandang hukum itu dengan penghormatan yang selayaknya. Kesaksian-kesaksian Allah memberikan sukacita dalam batin kita, yang membuat kita menolak dan memandang rendah segala sesuatu yang lain, dan menarik kasih sayang kita dengan teguh kepadanya.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Monday, September 17, 2018
Mazmur 119:96-104
Aku melihat batas-batas kesempurnaan, tetapi perintah-Mu luas sekali. Firman Allah tidak berada di bawah perubahan, karena berada di tempat yang tinggi, jauh melampaui elemen-elemen dunia yang dapat binasa ini. Tidak ada sesuatu di kolong langit yang begitu sempurna, tetap, atau lengkap, sehingga tidak akan berakhir. Hanya Firman ilahi sajalah yang demikian lengkap sehingga melampaui semua batas.
Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku. Daud demikian kuat tertarik kepada kemanisan Taurat Allah, sehingga tidak menginginkan kesenangan lain. Mungkin saja seseorang menjadi hormat pada Hukum Allah; tetapi tidak ada orang yang akan menaatinya dengan riang, kecuali jika ia telah merasakan kemanisannya. Allah tidak menuntut kita beribadah pada-Nya dengan terpaksa seperti budak. Ia mau kita datang pada-Nya dengan riang, dan itulah sebabnya sang nabi memuji kemanisan Firman Allah begitu sering dalam Mazmur ini. Jika ditanya, dalam arti apa ia mendapatkan kesenangan yang begitu manis dalam Hukum Allah, yang menurut kesaksian Paulus (2 Kor. 3:6) hanya menaruh takut dalam manusia, jawabannya mudah: Sang nabi bukan membicarakan huruf-huruf mati yang mematikan pembacanya, melainkan ia menangkap seluruh pengajaran Taurat, yang bagian utamanya adalah kovenan keselamatan yang cuma-cuma. Ketika Paulus mengontraskan Taurat dengan Injil, ia hanya membicarakan perintah-perintah dan hukuman-hukuman. Jika Allah hanya memberikan perintah dan menjatuhkan hukuman, maka seluruh komunikasi-Nya pastilah mematikan. Tetapi sang nabi bukan sedang memperlawankan Taurat dengan Injil. Maka ia dapat menegaskan, bahwa anugerah adopsi, yang ditawarkan dalam Taurat, lebih manis daripada madu baginya. Tidak ada kegembiraan yang sama besarnya baginya. Hukum Allah tidak pernah enak bagi kita, atau tidak akan pernah begitu manis bagi kita, sehingga kita ditarik dari kesenangan kedagingan, hingga kita telah berjuang keras melawan natur kita sendiri, untuk mengalahkan afeksi karnal yang ada dalam diri kita.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku. Daud demikian kuat tertarik kepada kemanisan Taurat Allah, sehingga tidak menginginkan kesenangan lain. Mungkin saja seseorang menjadi hormat pada Hukum Allah; tetapi tidak ada orang yang akan menaatinya dengan riang, kecuali jika ia telah merasakan kemanisannya. Allah tidak menuntut kita beribadah pada-Nya dengan terpaksa seperti budak. Ia mau kita datang pada-Nya dengan riang, dan itulah sebabnya sang nabi memuji kemanisan Firman Allah begitu sering dalam Mazmur ini. Jika ditanya, dalam arti apa ia mendapatkan kesenangan yang begitu manis dalam Hukum Allah, yang menurut kesaksian Paulus (2 Kor. 3:6) hanya menaruh takut dalam manusia, jawabannya mudah: Sang nabi bukan membicarakan huruf-huruf mati yang mematikan pembacanya, melainkan ia menangkap seluruh pengajaran Taurat, yang bagian utamanya adalah kovenan keselamatan yang cuma-cuma. Ketika Paulus mengontraskan Taurat dengan Injil, ia hanya membicarakan perintah-perintah dan hukuman-hukuman. Jika Allah hanya memberikan perintah dan menjatuhkan hukuman, maka seluruh komunikasi-Nya pastilah mematikan. Tetapi sang nabi bukan sedang memperlawankan Taurat dengan Injil. Maka ia dapat menegaskan, bahwa anugerah adopsi, yang ditawarkan dalam Taurat, lebih manis daripada madu baginya. Tidak ada kegembiraan yang sama besarnya baginya. Hukum Allah tidak pernah enak bagi kita, atau tidak akan pernah begitu manis bagi kita, sehingga kita ditarik dari kesenangan kedagingan, hingga kita telah berjuang keras melawan natur kita sendiri, untuk mengalahkan afeksi karnal yang ada dalam diri kita.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Sunday, September 16, 2018
Mazmur 119:91-95
Menurut hukum-hukum-Mu semuanya itu ada sekarang, sebab segala sesuatu melayani Engkau (terjemahan lain: Hukum-hukum-Mu bertahan sampai sekarang). Manusia sangat bersalah, ketika oleh ketidakpercayaan mereka, mereka menggoncangkan dan merusak kesetiaan Allah, yang di atasnya segala ciptaan bersandar. Terlebih lagi, ketika oleh pemberontakkan mereka, mereka memfitnah keadilan-Nya, dan menyangkal kewenangan perintah-perintah-Nya, yang di atasnya kestabilan seluruh dunia bersandar. Ungkapan ini keras, bahwa segala sesuatu adalah hamba Allah; tetapi artinya lebih daripada sekedar, segala sesuatu siap menyerahkan ketaatan pada-Nya. Bagaimana kita bisa memahami, bahwa udara yang begitu tipis, tidak menjadi habis dari segala tiupan angin yang tak ada akhirnya? Bagaimana kita bisa memahami, bahwa air tidak menjadi habis dari segala alirannya, kalau bukan karena segala elemen mematuhi perintah rahasia Allah? Oleh iman, kita menangkap, bahwa berlanjutnya keberadaan dunia disebabkan perintah Allah. Semua orang yang pura-pura mengerti pun akan menyimpulkan hal yang sama, dari bukti-bukti nyata kebenaran ini, yang di mana-mana dapat dipandang mata. Biarlah hal ini tertanam dalam-dalam di benak kita, bahwa segala sesuatu diatur dan dipelihara oleh pelaksanaan rahasia Allah, dan kestabilannya disebabkan ketaatan pada perintah atau Firman Allah. Kita harus selalu mengingat tujuan sang nabi: kesetiaan Allah, yang bersinar terang dalam karya-karya-Nya yang kelihatan, kiranya memimpin kita semakin tinggi, hingga kita mencapai keyakinan akan kebenaran doktrin surgawi ini, keyakinan yang sama sekali bebas dari keraguan. Ia memuji Firman yang sama, yang dikatakan berdiam di surga. Meski Firman itu bergema di bumi, memasuki telinga kita, dan menempati hati kita, namun tetap mempertahankan hakekat surgawinya. Firman itu turun pada kita, namun tidak tunduk pada perubahan-perubahan dunia. Sang nabi menyatakan, bahwa ia ditekan oleh penderitaan yang sanggup menenggelamkannya. Tetapi penghiburan yang ia dapatkan dari Taurat Allah, dalam keadaan yang begitu tanpa harapan, adalah seperti hidup baginya.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Saturday, September 15, 2018
Mazmur 119:89-90
Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga. Kita tidak mendapati apapun di bumi ini yang tinggal tetap atau berlanjut lama. Maka sang nabi mengangkat batin kita ke surga, demi mendapati tempat berlabuh di sana. Daud dapat mengatakan, seperti di tempat-tempat lain, bahwa segala pengaturan dunia adalah kesaksian bagi ketetapan Firman Allah – Firman yang adalah benar. Namun jika orang saleh menempatkan bukti kebenaran Allah dari keadaan dunia yang mengandung banyak kekacauan, maka mereka mungkin akan menggantung dalam ketidakpastian. Dengan ia menempatkan kebenaran Allah di surga, ia meletakkannya di tempat yang bukan berada di bawah perubahan. Surga disebutkan sebagai lawannya bumi, supaya tidak ada yang menilai Firman Allah berdasarkan berbagai keadaan yang nampak di dunia ini. Keselamatan kita tersimpan aman dalam Firman Allah, tidak berada di bawah perubahan, seperti segala hal duniawi, melainkan berjangkar di pelabuhan yang aman dan damai. Kebenaran yang sama diajarkan nabi Yesaya dengan kata-kata yang berbeda: “Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang” (Yes. 40:6), artinya, berdasarkan eksposisi rasul Petrus (1 Petrus 1:24), kepastian keselamatan terdapat dalam Firman. Maka orang-orang yang mengarahkan hati mereka pada dunia, melakukan kesalahan. Ketetapan Firman Allah jauh melampaui kestabilan dunia.
Di satu sisi, sang nabi menasehatkan kita untuk naik melampaui seluruh dunia oleh iman, sehingga Firman Allah kita alami sebagai cukup, sebagaimana adanya, untuk menopang iman kita. Di sisi lain, kita diperingatkan, bahwa tidak ada alasan untuk tidak menemukan kebenaran Allah ketika kita memandang bumi, karena jejak-jejaknya ada di kaki kita. Di bagian pertama, manusia dipanggil untuk berbalik dari kesia-siaan pikiran mereka sendiri. Di bagian kedua, kelemahan mereka ditolong, dari mencicipi di bumi apa yang akan ditemukan lebih sempurna di surga.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Di satu sisi, sang nabi menasehatkan kita untuk naik melampaui seluruh dunia oleh iman, sehingga Firman Allah kita alami sebagai cukup, sebagaimana adanya, untuk menopang iman kita. Di sisi lain, kita diperingatkan, bahwa tidak ada alasan untuk tidak menemukan kebenaran Allah ketika kita memandang bumi, karena jejak-jejaknya ada di kaki kita. Di bagian pertama, manusia dipanggil untuk berbalik dari kesia-siaan pikiran mereka sendiri. Di bagian kedua, kelemahan mereka ditolong, dari mencicipi di bumi apa yang akan ditemukan lebih sempurna di surga.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Friday, September 14, 2018
Mazmur 119:80-88
Biarlah hatiku tulus dalam ketetapan-ketetapan-Mu. Sebelumnya ia rindu diberikan pengertian yang benar, sekarang ia memohon untuk afeksi yang tulus dari hati. Pengertian dan afeksi, adalah dua kemampuan jiwa manusia. Dua-duanya ia tunjukkan rusak dan korup, ketika ia memohon pengertiannya diterangi, dan hatinya dibentuk untuk taat pada Taurat. Ini adalah sangkalan terhadap semua ocehan para pengikut Paus tentang kehendak bebas. Sang nabi bukan hanya berdoa supaya Allah menolongnya karena ia lemah. Ia bersaksi, tanpa syarat, bahwa ketulusan hati adalah pemberian Roh Kudus. Kita diajar di sini, apa artinya sungguh-sungguh memelihara Taurat. Kebanyakan manusia membentuk hidup mereka secara sembarangan, oleh ketaatan yang di luar pada Taurat ilahi, dan mengira mereka tidak kekurangan apapun. Tetapi Roh Kudus menyatakan, tidak ada ibadah yang diterima Allah, kecuali yang keluar dari hati yang berintegritas.
Sebab aku telah menjadi seperti kirbat yang diasapi, namun ketetapan-ketetapan-Mu tidak kulupakan. Maksud sang Pemazmur adalah mengajar kita, meski ia diuji oleh pencobaan, dan dilukai secara fatal, ia tidak meninggalkan takut pada Allah. Dengan kirbat ia memaksudkan, ia dikeringkan oleh panas yang terus-menerus dari kesulitan-kesulitan. Kesengsaraannya pastilah demikian intens sehingga ia menjadi seperti botol yang menyusut karena kekeringan, begitu lemah dan mengibakan. Ia juga memaksudkan, bukan saja penderitaannya berat, namun juga berlanjut – ia disiksa, seperti oleh api yang lama, seperti asap mengeringkan kulit perlahan-lahan. Sang nabi mengalami satu seri kedukaan, yang akan menghabisinya seratus kali, oleh periodenya yang lama dan berlanjut, jika ia tidak ditopang oleh Firman Allah. Inilah tanda kesalehan sejati, yaitu ketika dalam penderitaan terdalam, kita tidak berhenti berserah pada Allah.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Thursday, September 13, 2018
Mazmur 119:73-79
Tangan-Mu telah menjadikan aku dan membentuk aku. Pengakuan sang nabi, bahwa ia telah dicipta oleh tangan Allah, berkontribusi besar dalam menginspirasikannya dengan pengharapan, akan mendapatkan perkenanan yang ia mohon. Kita adalah ciptaan dan hasil karya Allah. Ia bukan saja memberikan pergerakan vital, seperti hewan-hewan yang lebih rendah, melainkan Ia menambahkan terang pengertian dan rasio. Hal ini mendorong kita untuk berdoa supaya Ia memimpin kita pada ketaatan akan Taurat-Nya. Tetapi sang nabi tidak memanggil Allah, seakan-akan Ia berhutang padanya. Ia tahu Allah tidak pernah meninggalkan karya yang Ia telah mulai, maka ia meminta belas kasihan baru, yang olehnya Allah akan menggenapi sampai sempurna apa yang telah Ia mulai. Kita perlu bantuan dari Taurat, sebab semua yang baik dalam pengertian kita telah menjadi korup. Kita tidak dapat menangkap apa yang benar, kecuali kita diajar dari sumber lain. Kebutaan dan kebodohan kita lebih menyolok lagi, dari fakta bahwa pengajaran saja tidak akan bermanfaat apa-apa bagi kita, sampai jiwa kita diperbarui oleh anugerah ilahi. Apa yang telah dikatakan penulis harus diingat: Setiap saat sang nabi berdoa untuk pengertian, untuk mempelajari perintah-perintah ilahi, ia menjatuhkan penghakiman pada dirinya sendiri dan seluruh umat manusia, bahwa semuanya ada dalam kebutaan; dan satu-satunya obat adalah iluminasi atau pencerahan dari Roh Kudus.
Di ayat 79, sang Pemazmur meletakkan pertama-tama takut, atau hormat kepada TUHAN; dan kemudian menyambung dengan tahu peringatan-peringatan atau kebenaran ilahi, supaya kita belajar, bahwa dua hal ini tidak dapat dipisahkan. Orang-orang yang percaya takhayul menunjukkan semacam takut akan Tuhan, tetapi hanya penampilan saja, yang segera lenyap. Mereka melelahkan diri mereka dalam berbagai penemuan tanpa ada gunanya; Allah tidak akan menghitung sebagai ibadah hal yang lain dari ketaatan pada perintah-perintah-Nya. Agama yang sejati, dan ibadah pada Allah, bersumber dari iman – iman akan apa yang telah Ia tetapkan. Tidak ada orang dapat melayani Allah dengan benar, kecuali orang yang telah dididik dalam sekolah-Nya.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Di ayat 79, sang Pemazmur meletakkan pertama-tama takut, atau hormat kepada TUHAN; dan kemudian menyambung dengan tahu peringatan-peringatan atau kebenaran ilahi, supaya kita belajar, bahwa dua hal ini tidak dapat dipisahkan. Orang-orang yang percaya takhayul menunjukkan semacam takut akan Tuhan, tetapi hanya penampilan saja, yang segera lenyap. Mereka melelahkan diri mereka dalam berbagai penemuan tanpa ada gunanya; Allah tidak akan menghitung sebagai ibadah hal yang lain dari ketaatan pada perintah-perintah-Nya. Agama yang sejati, dan ibadah pada Allah, bersumber dari iman – iman akan apa yang telah Ia tetapkan. Tidak ada orang dapat melayani Allah dengan benar, kecuali orang yang telah dididik dalam sekolah-Nya.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Wednesday, September 12, 2018
Mazmur 119:62-73
Tengah malam aku bangun untuk bersyukur kepada-Mu atas hukum-hukum-Mu yang adil. Di ayat ini Daud menunjukkan, bukan saja ia menyetujui dan merangkul apapun yang terkandung dalam Taurat ilahi dengan sepenuh hati, melainkan ia membuktikan syukurnya pada Allah yang telah membuat ia berbagian pada berkat yang demikian besar. Sepertinya wajar untuk mengakui ketundukkan kita pada Allah ketika Ia mengajarkan Taurat-Nya pada kita; siapa yang berani mengangkat suara melawan-Nya? Tetap saja dunia sangat jauh dari mengakui, bahwa kebenaran yang Ia telah nyatakan, masuk akal dalam segala sisi. Pertama, karena pemberontakan dari natur kita yang korup, setiap orang mengubah atau mengurangi sesuatu. Lagi, jika manusia punya pilihan, mereka lebih suka diperintah kehendak mereka sendiri daripada Firman Allah. Singkatnya, pikiran manusia, dan juga perasaan manusia, sangat bertentangan dengan Taurat ilahi. Orang berikut ini telah mendapat manfaat yang tidak sedikit, yang dengan taat merangkul kebenaran yang telah dinyatakan, dan berterimakasih pada Allah untuknya, karena ia mendapatkan kesenangan yang manis darinya. Sang nabi tidak hanya menyatakan bahwa ia mengagungkan penghakiman Allah yang adil; ia mengatakan bahwa ia bangun pada tengah malam untuk melakukannya. Hal ini menunjukkan kesungguhan gairahnya, sebab pembelajaran dan perhatian yang menghentikan tidur kita pastilah menunjukkan jiwa yang sungguh-sungguh tulus. Artinya juga, dalam Daud bersaksi mengenai Taurat ilahi, ia tidak dipengaruhi kepura-puraan. Ketika ia beristirahat sendirian, tanpa dilihat mata manusia, ia menyatakan pujian tertinggi untuk penghakiman Allah yang adil.
Aku bersekutu dengan semua orang yang takut kepada-Mu. Daud tidak hanya membicarakan tentang kasih dan harmoni persaudaraan yang dibudayakan orang beriman sejati di antara mereka, melainkan kapanpun ia bertemu seseorang yang takut pada Allah, ia memberikan tangan padanya sebagai tanda persekutuan. Ia bukan saja bagian dari para hamba Allah, melainkan juga penolong mereka. Harmoni demikian dituntut dari semua orang saleh, supaya mereka saling membangun satu dengan yang lain untuk semakin takut pada Allah.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Tuesday, September 11, 2018
Mazmur 119:54-61
Ketetapan-ketetapan-Mu adalah nyanyian mazmur bagiku di rumah yang kudiami sebagai orang asing. Sang Pemazmur mengatakan bahwa Taurat Allah adalah kesenangan tunggal atau istimewa sepanjang hidupnya. Menyanyi adalah indikasi sukacita. Para orang kudus adalah musafir dalam dunia ini, dan harus dianggap sebagai anak-anak Allah dan ahli waris surga, dari fakta bahwa mereka adalah pengembara di bumi. Rumah yang didiami sebagai orang asing adalah perjalanan mereka melalui hidup. Satu hal pantas mendapat perhatian khusus kita: Daud ketika diasingkan dari tanah airnya, tidak berhenti mendapatkan penghiburan, di tengah segala kesedihan yang disebabkan pengasingannya. Kebajikan ini begitu langka dan mulia, yaitu ketika ia tidak dapat melihat Bait Allah, tidak dapat mendekat pada korban persembahan, dan tidak memiliki segala ketetapan-ketetapan agama, namun ia tidak pernah beranjak dari Allahnya. Rumah yang didiami sebagai orang asing memperjelas tingkah laku Daud, yang ketika diasingkan dari negaranya, tetapi mempertahankan Taurat Allah terukir dalam-dalam di hatinya, dan di tengah kekerasan pengasingan tersebut, yang dimaksudkan untuk menghancurkan hatinya, ia menyemangati dirinya sendiri dengan merenungkan Taurat Allah.
Bagianku ialah TUHAN. Daud seakan mengatakan, “Aku sepenuhnya yakin, bahwa bagian terbaikku adalah menaati Taurat Allah.” Hal ini harmonis dengan perkataan Paulus, “Takut akan Allah adalah keuntungan terbesar” (1 Tim. 6:6). Daud membuat perbandingan antara menaati Taurat, dengan khayalan akan kebaikan yang menjerat ambisi seluruh umat manusia: “Biarlah semua orang menginginkan apa yang nampak baik baginya, dan bersuka-sukaan dalam kesenangannya. Aku tidak punya alasan untuk iri pada mereka, selama aku tetap memiliki bagianku ini, penyerahan total diriku pada Firman Allah.”
Aku memikirkan jalan-jalan hidupku, dan melangkahkan kakiku menuju peringatan-peringatan-Mu. Jika seseorang sungguh-sungguh ingin mengatur jalan hidupnya dengan baik, tidak ada yang lebih baik baginya daripada mengikuti arahan yang ditunjukkan Tuhan. Jika manusia tidak mabuk kepayang, mereka semuanya dengan seragam akan memilih Allah sebagai penunjuk jalan hidup mereka.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Bagianku ialah TUHAN. Daud seakan mengatakan, “Aku sepenuhnya yakin, bahwa bagian terbaikku adalah menaati Taurat Allah.” Hal ini harmonis dengan perkataan Paulus, “Takut akan Allah adalah keuntungan terbesar” (1 Tim. 6:6). Daud membuat perbandingan antara menaati Taurat, dengan khayalan akan kebaikan yang menjerat ambisi seluruh umat manusia: “Biarlah semua orang menginginkan apa yang nampak baik baginya, dan bersuka-sukaan dalam kesenangannya. Aku tidak punya alasan untuk iri pada mereka, selama aku tetap memiliki bagianku ini, penyerahan total diriku pada Firman Allah.”
Aku memikirkan jalan-jalan hidupku, dan melangkahkan kakiku menuju peringatan-peringatan-Mu. Jika seseorang sungguh-sungguh ingin mengatur jalan hidupnya dengan baik, tidak ada yang lebih baik baginya daripada mengikuti arahan yang ditunjukkan Tuhan. Jika manusia tidak mabuk kepayang, mereka semuanya dengan seragam akan memilih Allah sebagai penunjuk jalan hidup mereka.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Monday, September 10, 2018
Mazmur 119:49-53
Ingatlah firman yang Kaukatakan kepada hamba-Mu. Sang Pemazmur berdoa supaya Allah menjadikan apa yang Ia telah janjikan. Peristiwa itu membuktikan bahwa Ia tidak melupakan janji-Nya. Bahwa yang dibicarakan di sini adalah janji, dapat kita simpulkan dari bagian akhir ayat ini, yaitu ia telah diberi sebab untuk berharap, yang tak mungkin memiliki tempat jika bukan karena anugerah yang diberikan padanya. Di ayat berikutnya, dikatakan, meski Allah membuatnya menunggu dalam ketidaktahuan, namun ia tenang dalam kepercayaan akan janji-Nya. Sepanjang masalah dan kekuatirannya, ia tidak mencari penghiburan kosong seperti kebiasaan dunia ini, yang mencari ke segala arah untuk mendapatkan apa saja yang meringankan kesengsaraan mereka. Jika ada sesuatu yang mereka rasa menarik, hal itu dimanfaatkan untuk mengurangi kesedihan mereka. Sebaliknya, sang nabi mengatakan bahwa ia puas dengan perkataan Allah sendiri. Ketika segala hal lain mengecewakan, dalam Firman-Nya ia menemukan hidup yang sempurna dan penuh. Ia mengakui, jika ia tidak mendapatkan penguatan dari Firman Allah, ia akan mati. Orang fasik kadang mengalami penghiburan di tengah kesengsaraan mereka, namun mereka sama sekali tidak memiliki kekuatan batin itu. Dengan sebab yang kuat sang nabi menyatakan, bahwa dalam penderitaan, orang beriman mengalami penguatan dan semangat dari janji Allah yang menghidupkan mereka. Maka, jika kita merenungkan Firman-Nya dengan perhatian, kita akan hidup bahkan di tengah kematian, dan kita tidak akan bertemu kesengsaraan yang terlalu berat sampai tak tertolong oleh Firman. Jika kita berada dalam kesulitan tanpa penghiburan dan pertolongan, kesalahannya ada pada diri kita sendiri; jika kita menghina atau mengabaikan Firman Allah, kita dengan sengaja menipu diri sendiri dengan penghiburan kosong.
Aku ingat kepada hukum-hukum-Mu yang dari dahulu kala. Orang beriman belajar, setelah orang fasik bersuka ria dalam keliaran untuk sementara waktu, mereka akan disaring di hadapan takhta penghakiman Allah. Orang beriman, setelah dengan sabar berjuang di bawah Penjaga mereka, tidak memiliki keraguan tentang pemeliharaan mereka.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Aku ingat kepada hukum-hukum-Mu yang dari dahulu kala. Orang beriman belajar, setelah orang fasik bersuka ria dalam keliaran untuk sementara waktu, mereka akan disaring di hadapan takhta penghakiman Allah. Orang beriman, setelah dengan sabar berjuang di bawah Penjaga mereka, tidak memiliki keraguan tentang pemeliharaan mereka.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Mazmur 119:33-46
Hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan! Sang nabi seperti mengatakan, “Tuhan, hidup seluruh umat manusia itu terkutuk, selama mereka mengaplikasikan kuasa mereka demi berbuat dosa. Kabulkanlah, supaya kekuatan yang kumiliki hanya mengejar satu hal, yaitu keadilan yang Engkau tetapkan bagi kami.” Untuk lebih baik mewujudkannya, prinsip pertama kita adalah, kemampuan melihat, mendengar, berjalan, dan merasa, semuanya adalah pemberian berharga dari Allah. Pengertian dan tekad yang memperlengkapi kita, adalah pemberian yang lebih berharga lagi. Namun tidak ada penglihatan, pergerakan indera, pemikiran batin, yang tidak dinodai kejahatan dan kerusakan. Itulah sebabnya sang nabi menyerahkan dirinya sepenuhnya pada Allah, untuk mortifikasi (mematikan) dosa, supaya ia memulai hidup yang baru.
Aku hendak berpegang pada Taurat-Mu senantiasa. Kita diajar, jika ada orang yang menyerahkan ketaatan implisit pada Allah, ia akan menerima sebagai upah, bahwa ia berjalan dengan batin yang tenang dan damai. Jika ia menemukan kesulitan, ia akan menemukan cara mengatasinya. Seberapapun orang beriman rela dan taat menyerahkan diri pada Allah, namun mereka mungkin masuk ke dalam kebingungan. Namun tujuan akhir yang direnungkan Paulus tetap tercapai, bahwa meskipun mereka berada dalam masalah dan kerja berat, mereka tidak terus-menerus berada dalam tekanan yang tak tertolong, karena dapat dikatakan, Allah berkewajiban menunjukkan jalan keluar bagi mereka, bahkan ketika kelihatannya tidak ada jalan (2 Kor. 4:8). Bahkan ketika mereka ditekan dengan berat, mereka berjalan dengan ringan, sebab mereka menyerahkan kejadian-kejadian yang membuat ragu kepada Allah. Dengan Allah sebagai penunjuk jalan, mereka tidak ragu akan keluar dengan keberanian dari tekanan yang dalam.
Aku hendak berbicara tentang peringatan-peringatan-Mu di hadapan raja-raja, dan aku tidak akan mendapat malu. Kita telah mendapatkan manfaat yang baik dan sejati dari Firman Allah, ketika hati kita demikian dibentengi terhadap ketakutan pada manusia, ketika kita tidak takut pada kehadiran raja-raja, meski seluruh dunia berusaha memenuhi kita dengan kekecewaan. Sangatlah tidak pantas kalau kemuliaan Allah digelapkan oleh kejayaan kosong mereka.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Sunday, September 9, 2018
Mazmur 119:30-32
Aku telah memilih jalan kebenaran. Dalam ayat-ayat ini, sang nabi menegaskan, bahwa ketetapannya adalah merindukan untuk mengikuti keadilan dan kebenaran di atas segala-galanya. Dengan tepat ia menggunakan kata memilih. Peribahasa tua, bahwa hidup seseorang adalah seperti sebagaimana ada di titik pertemuan dua jalan, bukan hanya merujuk pada garis besar hidup manusia, melainkan pada setiap tindakan dalamnya. Jika kita melakukan apapun juga, seberapa kecilnya pun, maka kita sangat dibuat bingung, seakan-akan ditiup badai, dan tertegun karena nasehat-nasehat yang saling berlawanan. Maka sang nabi mengatakan, supaya ia dengan konstan mengikuti jalan yang benar, ia bertekad dan berketetapan untuk tidak melepaskan kebenaran. Bukan berarti ia sama sekali bebas dari godaan, namun ia mengalahkan godaan dengan menyerahkan diri pada ketaatan tulus pada Taurat.
Aku akan mengikuti petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab Engkau melapangkan hatiku (terjemahan lain: Aku berlari dalam jalan perintah-perintah-Mu, sebab Engkau membebaskan hatiku). Maksud sang nabi adalah, ketika Allah menginspirasikannya dengan cinta bagi Taurat-Nya, ia akan siap dan berkekuatan, bahkan sangat stabil, sehinga tidak akan kelelahan di tengah jalan. Di dalam kata-kata ini terkandung pengakuan akan kegagalan dan ketidaksanggupan manusia untuk maju dalam perbuatan baik, sampai Allah melapangkan hati mereka. Ketika Allah meluaskan hati mereka, maka mereka bukan saja sanggup berjalan, tapi sanggup berlari dalam jalan perintah-perintah-Nya. Ia mengingatkan kita, bahwa ketaatan sejati akan Taurat bukan hanya perbuatan eksternal, -- melainkan yang dituntut adalah ketaatan dengan rela, sehingga hati kita harus, sampai satu batas tertentu, dan dengan cara tertentu, dilapangkan. Hati tidak punya kuasa dari dirinya untuk melakukan ini. Tetapi ketika kekerasannya dikalahkan, maka hati bergerak dengan bebas, tanpa diikat kesempitannya. Terakhir, bagian ini memberitahu kita, ketika Allah telah melapangkan hati kita, kuasa tidak akan kurang, sebab, bersama dengan afeksi yang benar, Ia akan memperlengkapi kita dengan kesanggupan, sehingga kaki kita siap untuk berlari.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Saturday, September 8, 2018
Mazmur 119:17-29
Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu. Sang nabi menggambarkan di sini tujuan utama dari keberadaan kita. Adalah karena anugerah khusus Roh Kudus, sehingga seseorang menaati Taurat Allah. Jika ia membayangkan kesiapannya menaati Taurat bergantung pada kehendak bebasnya, maka doa ini tidak lain adalah kemunafikan besar. Setelah mengakui bahwa kesanggupan memelihara Taurat itu diberikan pada manusia oleh Allah, ia menambahkan, bahwa semua orang buta, sampai Ia menerangi mata pengertian mereka. Dengan mengakui bahwa Allah memberikan terang pada kita melalui Firman-Nya, maksud sang nabi adalah bahwa kita buta di tengah cahaya yang paling terang, hingga Ia menanggalkan penutup dari mata kita. Ketika ia mengakui bahwa matanya ditutup dan diselubungi, sehingga tidak sanggup menangkap cahaya doktrin surgawi, hingga Allah membuka mereka oleh anugerah tak terlihat dari Roh Kudus-Nya, ia berbicara seakan-akan meratapi kebutaannya dan kebutaan seluruh umat manusia. Namun sementara Allah menyatakan kuasa ini hanya milik-Nya, Ia memberitahu kita bahwa obatnya tersedia, selama kita tidak menolak pencerahan murah hati yang ditawarkan pada kita dengan mempercayai kebijaksanaan kita sendiri. Mari kita juga belajar, bahwa kita tidak menerima pencerahan Roh Kudus supaya kita menghina Firman eksternal, dan hanya menyenangi inspirasi rahasia, seperti banyak orang fanatik yang menganggap diri spiritual jika menolak Firman Allah, dan menggantikannya dengan spekulasi-spekulasi liar mereka. Tujuan sang nabi sangat berbeda. Ia memberitahu kita, bahwa pencerahan itu dimaksudkan supaya kita dimampukan untuk menangkap terang hidup yang dinyatakan Allah oleh Firman-Nya. Bukan hanya sepuluh perintah Allah yang dimaksud dengan Taurat, tetapi juga kovenan keselamatan kekal, dengan segala pemeliharaannya, yang Allah telah buat. Dengan mengetahui, bahwa Kristus, yang “di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan,” “kegenapan hukum Taurat,” kita tidak perlu terkejut bahwa sang nabi memujinya, karena misteri agung yang dikandungnya.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Friday, September 7, 2018
Mazmur 119:11-16
Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Mazmur ini tidak digubah hanya untuk penggunaan pribadi dan khusus dari penggubahnya saja. Ketika Daud menunjukkan teladan bagi kita, ia sedang menunjukkan jalan yang harus kita ikuti. Kita diajar di sini, bahwa kita dibentengi dengan kuat terhadap strategi setan, ketika Taurat Allah mengakar dalam di hati kita. Kecuali Firman bertakhta dengan kuat dan kokoh di sana, kita segera jatuh dalam dosa. Ada ahli-ahli yang pengetahuannya berada dalam buku-buku; jika buku itu tidak selalu ada di depan mereka, ketidaktahuan mereka segera nyata. Demikian juga, jika kita tidak minum dari doktrin Allah, dan mengenalnya dengan baik, setan dengan mudah mengejutkan dan membelit kita dalam jeratnya. Perlindungan kita yang sejati bukan berada dalam pengetahuan tipis tentang Taurat-Nya, atau pembacaan sekilas tentang itu, melainkan meletakkannya dalam-dalam di hati kita. Kita diingatkan, betapapun seseorang yakin akan kebijaksanaannya sendiri, semua orang tidak punya penilaian yang benar, kecuali sejauh mereka menjadikan Allah pengajar mereka.
Ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Kita diajarkan bagian ini, bahwa jika Allah tidak menerangi kita dengan roh pengertian, kita tidak sanggup memandang terang yang muncul dari Taurat ini, meski terang itu terus-menerus ada di depan kita. Tidak sedikit orang yang buta bahkan ketika mereka dikelilingi pernyataan yang jelas dari doktrin ini, karena mereka yakin pada kepandaian mereka sendiri, sehingga menghina penerangan batiniah dari Roh Kudus. Mari kita belajar lebih jauh lagi, bahwa tidak ada orang yang sudah demikian superior dalam intelek, sehingga tidak ada lagi ruang bagi pertumbuhan yang konstan. Jika sang nabi sendiri, yang Allah berikan jabatan demikian terhormat sebagai guru dari Gereja, mengakui dirinya hanya murid atau pelajar, bukankah gila, jika orang-orang yang ketinggalan jauh dari pencapaiannya, tidak mengerahkan segala otot untuk menjadi semakin baik? Sang nabi juga tidak bergantung pada perbuatan baiknya sendiri untuk mendapatkan jawaban permintaan ini; ia memohon Allah untuk mengabulkannya demi kemuliaan-Nya sendiri.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Kita diajarkan bagian ini, bahwa jika Allah tidak menerangi kita dengan roh pengertian, kita tidak sanggup memandang terang yang muncul dari Taurat ini, meski terang itu terus-menerus ada di depan kita. Tidak sedikit orang yang buta bahkan ketika mereka dikelilingi pernyataan yang jelas dari doktrin ini, karena mereka yakin pada kepandaian mereka sendiri, sehingga menghina penerangan batiniah dari Roh Kudus. Mari kita belajar lebih jauh lagi, bahwa tidak ada orang yang sudah demikian superior dalam intelek, sehingga tidak ada lagi ruang bagi pertumbuhan yang konstan. Jika sang nabi sendiri, yang Allah berikan jabatan demikian terhormat sebagai guru dari Gereja, mengakui dirinya hanya murid atau pelajar, bukankah gila, jika orang-orang yang ketinggalan jauh dari pencapaiannya, tidak mengerahkan segala otot untuk menjadi semakin baik? Sang nabi juga tidak bergantung pada perbuatan baiknya sendiri untuk mendapatkan jawaban permintaan ini; ia memohon Allah untuk mengabulkannya demi kemuliaan-Nya sendiri.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Thursday, September 6, 2018
Mazmur 119:9-10
Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Betapapun seseorang membanggakan hasil usahanya sendiri, tidak ada yang murni dalam hidup mereka hingga mereka membuat penyerahan diri total pada Firman Allah. Pemazmur memakai contoh anak kecil atau pemuda untuk menggerakkan manusia berserah pada Firman. Ketika anak muda disebutkan, bukan berarti pada orang dewasa atau tua diberikan kebebasan tak terbatas, seakan-akan kebijaksanaan mereka sendiri menjadi hukum bagi diri mereka. Melainkan, orang muda berdiri di persimpangan jalan hidup mereka, dan mereka harus memilih jalan hidup mana yang akan mereka ikuti. Pemazmur menyatakan, ketika seseorang mulai menetapkan jalan hidupnya, tidak ada nasihat manapun yang berguna, kecuali hukum Allah sebagai aturan dan pembimbingnya. Dengan itu sang nabi mendorong orang untuk menetapkan tingkah laku mereka dari sejak dini dan tepat waktu, dan tidak menunda-nunda, sesuai kata-kata Salomo, “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!"” (Pengkhotbah 12:1).
Kita dapat mengikuti alur logika dari yang besar kepada yang kecil. Jika hukum Allah memiliki kuasa untuk mengekang keliaran anak muda, sehingga semua yang dibimbingnya dipelihara murni dan lurus, maka tentulah ketika mereka menjadi dewasa, dan gairah mereka yang tak menentu telah berkurang, maka hukum Allah akan menjadi obat terbaik untuk menyembuhkan kejahatan-kejahatan mereka. Mengapa begitu banyak kejahatan ada dalam dunia, adalah karena manusia berkubang dalam kecenderungan mereka sendiri, bukannya instruksi surgawi. Satu-satunya perlindungan yang pasti adalah, mengatur diri kita sesuai Firman Allah. Orang-orang yang menganggap mereka bijak dalam kesombongan mereka, melemparkan diri ke dalam jebakan setan. Yang lain, dari kegelisahan dan kemalasan, hidup dengan jahat.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Wednesday, September 5, 2018
Mazmur 119:1-8
Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela. Sang nabi mengungkapkan paradoks yang sama, yang kita jumpai di awal kitab Mazmur. Semua manusia secara alamiah mencari kebahagiaan. Tetapi bukannya mengejarnya di jalan yang benar, mereka dengan gigih memilih mengembara melalui jalan-jalan pintas yang tidak berujung, sampai kepada kehancuran dan kebinasaan mereka. Sepantasnyalah Roh Kudus menghakimi ketidakpedulian dan kebutaan ini. Sebetulnya makna kata-kata ini akan nampak jelas bagi manusia, jika saja ia tidak dihanyutkan keserakahannya, dengan spontanitasnya yang liar. Semakin jauh seseorang meninggalkan Allah, ia kira dirinya semakin bahagia. Maka semua menganggap apa yang dinyatakan Roh Kudus tentang kesalehan sejati dan ibadah pada Allah, sebagai dongeng. Doktrin ini diterima oleh paling banyak satu orang di antara seratus.
Kata jalan atau hidup di sini berarti cara hidup, atau jalan hidup. Pemazmur menyebut orang-orang berikut lurus dalam jalan mereka, yaitu orang-orang yang kerinduannya dengan tulus dan seragam adalah melaksanakan keadilan, dan mendedikasikan hidup mereka bagi tujuan ini. Di bagian berikutnya ayat ini, ia mengatakan dengan lebih spesifik dan jelas, bahwa hidup yang saleh dan benar adalah berjalan menurut Taurat TUHAN. Jika seseorang mengikuti keinginan dan nafsunya, ia pasti akan tersesat. Bahkan jika seluruh dunia bertepuk tangan untuknya, ia hanya melelahkan dirinya dengan setiap kesia-siaan. Pertanyaannya, apakah sang nabi menutup harapan akan kebahagiaan sejati dari semua orang yang tidak menyembah Allah dengan sempurna? Jika demikian, maka hanya malaikat sajalah yang dapat berbahagia, karena ketaatan sempurna pada Taurat tidak dapat ditemukan di manapun di bumi. Jawabannya mudah: ketika ketidakbercelaan dituntut dari anak-anak Allah, mereka tidak kehilangan anugerah penghapusan dosa mereka, yang adalah satu-satunya sumber keselamatan mereka. Sementara para hamba Allah berbahagia, mereka masih perlu berlindung dalam belas kasihan-Nya, karena ketidakbercelaan mereka belum sempurna. Demikianlah orang-orang yang dengan setia menaati hukum Allah dikatakan berbahagia, dan apa yang dikatakan dalam Mazmur 32:2 digenapi, “Berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN.”
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Tuesday, September 4, 2018
Mazmur 118:22-29
Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Daud melanjutkan dengan mengulang, bahwa adalah suatu kesalahan untuk menilai kerajaan Kristus oleh perasaan dan pendapat manusia. Meski dunia melawannya, tetapi kerajaan Kristus didirikan dengan cara yang ajaib oleh kuasa Allah yang tak terlihat. Sementara itu, kita harus ingat, bahwa apa yang digenapi dalam pribadi Kristus, juga sampai kepada pertumbuhan kerajaan-Nya, bahkan sampai ke ujung bumi. Ketika Kristus tinggal di bumi, Ia dibenci oleh para imam besar. Kemudian orang-orang yang menyebut diri penerus Petrus dan Paulus, tapi yang sesungguhnya adalah para Ananias dan Kayafas, menyatakan perang terhadap Injil dan Roh Kudus. Tetapi pemberontakan hebat ini seharusnya tidak membuat kita gelisah. Melainkan marilah kita dengan rendah hati mengagungkan kuasa ajaib Allah, yang membalikkan keputusan-keputusan jahat dari dunia. Seandainya pengertian kita yang terbatas sanggup memahami jalan yang Allah ambil untuk melindungi dan memelihara Gereja-Nya, kita tidak akan menyebutnya mujizat. Kesimpulannya, cara Allah bekerja tidak dapat kita pahami sepenuhnya, melampaui pengertian manusia.
Jika kita dapat mengingat nubuatan ini, iman kita tidak akan gagal, melainkan semakin diteguhkan. Dari segala hal ini nampak lebih jelas, bahwa kerajaan Kristus tidak bergantung pada perkenanan manusia, dan tidak memperoleh kekuatan dari dukungan duniawi, seperti juga kerajaan itu tidak dibangun oleh pilihan manusia. Namun, jika ahli bangunan membangun dengan baik, maka kesalahan orang-orang yang tidak mau mencocokkan diri mereka dengan bangunan kudus itu, semakin tidak dapat dimaafkan. Kita akan sering dicobai oleh godaan ini, maka janganlah kita lupa, tidaklah masuk akal untuk menuntut Gereja diatur berdasarkan pengertian kita. Jangan kita lupa bahwa kita tidak memahami bagaimana Gereja dipimpin, karena itu adalah mujizat yang melampaui pemahaman kita.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Monday, September 3, 2018
Mazmur 118:18-21
TUHAN telah menghajar aku dengan keras, tetapi Ia tidak menyerahkan aku kepada maut. Daud mengakui dalam kata-kata di atas bahwa musuh-musuhnya menyerangnya dengan tidak adil, bahwa mereka dipakai Allah untuk menegurnya, bahwa ini adalah hajaran seorang bapak, karena Allah bukan membuat luka yang mematikan, melainkan menegurnya sesuai takaran yang diperlukan dan dalam belas kasihan. Daud seperti menunggu keputusan jahat dari orang jahat yang menekannya dengan berat, seakan-akan segala ketidakadilan yang ia tanggung adalah tanda dibuangnya ia oleh Allah. Fitnah yang dilemparkan padanya oleh orang buangan, ia tangani dengan sangat berbeda, yaitu dengan menyatakan bahwa teguran ini ringan dan dari tangan Bapa. Hal utama dalam penderitaan adalah mengetahui bahwa kita direndahkan oleh tangan Allah, dan inilah cara yang Ia pakai untuk membuktikan kesetiaan kita, membangunkan kita dari tidur, menyalibkan manusia lama kita, memurnikan kita dari kotoran, membawa kita menjadi tunduk pada Allah, dan mendorong kita untuk merenungkan hidup surgawi.
Jika segala hal ini kita ingat, maka tidak ada satupun dari kita yang tidak akan gemetar hanya membayangkan berkeluh kesah melawan Allah, melainkan kita dengan rela dan rendah hati tunduk pada-Nya. Tingkah kita yang seperti kuda yang meronta-ronta tak sabar, muncul dari kebanyakan orang tidak melihat penderitaan mereka sebagai tongkat di tangan Allah, dan dari orang yang lain tidak berbagian dalam kasih sayang kebapakan-Nya. Bagian terakhir ayat ini perlu diperhatikan secara khusus. Allah selalu bertindak penuh belas kasihan pada umat-Nya, sehingga teguran-Nya adalah obat mereka. Cinta-Nya sebagai Bapa tidak selalu nampak jelas, namun pada akhirnya akan terlihat bahwa teguran-teguran-Nya, sama sekali tidak mematikan, melainkan berfungsi seperti obat, yang sementara mungkin menyebabkan kita lemah, tapi mengusir penyakit kita, dan membuat kita sehat dan kuat.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Sunday, September 2, 2018
Mazmur 118:1-17
Pujilah TUHAN, hai segala bangsa. Oleh mulut sang nabi, Roh Kudus memerintahkan segala bangsa untuk merayakan puji-pujian bagi belas kasihan dan kesetiaan Allah. Dalam suratnya pada jemaat Roma, Paulus dengan tepat menilai hal ini sebagai nubuatan mengenai panggilan bagi seluruh dunia (15:11). Bagaimana orang tak beriman memenuhi kualifikasi untuk memuji Allah; orang-orang yang bukannya tanpa belas kasihan-Nya, tetapi tidak menyadarinya, dan tidak mengerti kebenaran-Nya? Tidak ada gunanya sang nabi menujukan kata-kata ini pada bangsa-bangsa kafir, kecuali mereka akan dikumpulkan dalam kesatuan iman dengan anak-anak Abraham.
Kasih dan kesetiaan TUHAN menyediakan bahan pujian bagi-Nya. Allah akan dipuji di segala tempat oleh bangsa-bangsa kafir, bukan sementara pengenalan akan-Nya masih terbatas pada sebagian kecil tanah Yehuda, melainkan karena pengenalan itu akan tersebar di seluruh dunia. Pertama, ia mengajak memuji Allah, karena kebaikan-Nya ditambahkan atau dikuatkan, sebagaimana artinya dalam bahasa Ibrani. Kedua, karena kesetiaan-Nya untuk selama-lamanya. Maka bagaimana mungkin, orang-orang yang melewatkan kebaikan-Nya dengan ketidakpekaan brutal, dan menutup telinga mereka terhadap doktrin surgawi, dapat merayakan pujian-Nya?
Kesetiaan Allah, dalam bagian ini, diperkenalkan sebagai kesaksian dari belas kasihan-Nya. Ia tetap setia, bahkan ketika Ia mengancam seluruh dunia dengan kehancuran dan keruntuhan. Namun sang nabi menempatkan kasih-Nya di urutan pertama, supaya kesetiaan dan kebenaran-Nya sebagai jaminan kebaikan-Nya sebagai Bapa kita, menghibur hati orang saleh. Kuasa dan keadilan-Nya sama layaknya menerima pujian. Tetapi manusia tidak akan pernah memuji Allah dengan tulus sampai mereka ditarik oleh cicipan kebaikan-Nya, sang nabi dengan tepat memilih kasih dan kebenaran Allah, yang membuka mulut manusia yang bisu.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Saturday, September 1, 2018
Mazmur 117
Pujilah TUHAN, hai segala bangsa. Oleh mulut sang nabi, Roh Kudus memerintahkan segala bangsa untuk merayakan puji-pujian bagi belas kasihan dan kesetiaan Allah. Dalam suratnya pada jemaat Roma, Paulus dengan tepat menilai hal ini sebagai nubuatan mengenai panggilan bagi seluruh dunia (15:11). Bagaimana orang tak beriman memenuhi kualifikasi untuk memuji Allah; orang-orang yang bukannya tanpa belas kasihan-Nya, tetapi tidak menyadarinya, dan tidak mengerti kebenaran-Nya? Tidak ada gunanya sang nabi menujukan kata-kata ini pada bangsa-bangsa kafir, kecuali mereka akan dikumpulkan dalam kesatuan iman dengan anak-anak Abraham.
Kasih dan kesetiaan TUHAN menyediakan bahan pujian bagi-Nya. Allah akan dipuji di segala tempat oleh bangsa-bangsa kafir, bukan sementara pengenalan akan-Nya masih terbatas pada sebagian kecil tanah Yehuda, melainkan karena pengenalan itu akan tersebar di seluruh dunia. Pertama, ia mengajak memuji Allah, karena kebaikan-Nya ditambahkan atau dikuatkan, sebagaimana artinya dalam bahasa Ibrani. Kedua, karena kesetiaan-Nya untuk selama-lamanya. Maka bagaimana mungkin, orang-orang yang melewatkan kebaikan-Nya dengan ketidakpekaan brutal, dan menutup telinga mereka terhadap doktrin surgawi, dapat merayakan pujian-Nya?
Kesetiaan Allah, dalam bagian ini, diperkenalkan sebagai kesaksian dari belas kasihan-Nya. Ia tetap setia, bahkan ketika Ia mengancam seluruh dunia dengan kehancuran dan keruntuhan. Namun sang nabi menempatkan kasih-Nya di urutan pertama, supaya kesetiaan dan kebenaran-Nya sebagai jaminan kebaikan-Nya sebagai Bapa kita, menghibur hati orang saleh. Kuasa dan keadilan-Nya sama layaknya menerima pujian. Tetapi manusia tidak akan pernah memuji Allah dengan tulus sampai mereka ditarik oleh cicipan kebaikan-Nya, sang nabi dengan tepat memilih kasih dan kebenaran Allah, yang membuka mulut manusia yang bisu.
Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi
Subscribe to:
Posts (Atom)