Wednesday, October 31, 2018

Mazmur 150


Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala. Berbagai kata dalam bahasa Ibrani dipakai untuk menggambarkan alat-alat musik, hanya biarlah para pembaca mengingat bahwa berbagai jenis disebutkan di sini, yaitu yang dipergunakan dalam pengaturan hukum di Perjanjian Lama, untuk mengajarkan anak-anak Allah bahwa tidak mungkin seseorang terlalu rajin dalam mendedikasikan dirinya kepada pujian bagi Tuhan. Ia mau supaya mereka berusaha keras untuk membawa segala kemampuan mereka ke dalam pelayanan ini, dan sepenuhnya mengarahkan diri mereka padanya. Di bawah hukum, Allah memerintahkan keragaman lagu demikian, supaya Ia membawa manusia dari kesenangan kosong dan korup yang merupakan candu mereka, menuju kepada sukacita yang kudus dan bermanfaat. Natur kita yang korup memanjakan dirinya dengan kebebasan tanpa batas, banyak yang menciptakan berbagai metode pemuasan yang tak masuk akal, sementara kepuasan tertinggi mereka ada dalam menekan segala pemikiran tentang Allah. Disposisi atau kecenderungan ini hanya dapat dikoreksi dengan cara Allah meletakkan umat yang lemah dan bodoh ini di bawah banyak batasan, dan pelatihan yang terus-menerus. Maka ketika sang Pemazmur mendorong orang beriman untuk melimpahkan segala sukacita mereka dalam puji-pujian bagi Allah, ia menghitung satu persatu segala alat musik yang digunakan waktu itu, dan mengingatkan bahwa semua itu harus dikuduskan bagi ibadah kepada Allah.

Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Yang dimaksudkan di sini adalah manusia, karena meski manusia bernafas sama seperti hewan-hewan, tetapi berbeda sebagai mahluk hidup. Sebagaimana Pemazmur menujukan dorongannya pada umat yang mengenal upacara-upacara di bawah Taurat, sekarang ia berpaling pada manusia secara umum, menyiratkan bahwa suatu saat lagu-lagu yang sama, yang pada saat itu hanya terdengar di Yudea, akan bergema di setiap penjuru bumi. Dan dalam nubuatan ini kita dikumpulkan ke dalam simfonia yang sama dengan bangsa Yahudi, sehingga kita boleh menyembah Allah dengan korban pujian yang terus-menerus, sampai kita dikumpulkan masuk ke dalam kerajaan surga, di mana kita bersama malaikat pilihan menyanyikan haleluyah yang kekal.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Tuesday, October 30, 2018

Mazmur 149


Biarlah pujian pengagungan Allah ada dalam kerongkongan mereka, dan pedang bermata dua di tangan mereka, untuk melakukan pembalasan terhadap bangsa-bangsa, untuk melaksanakan terhadap mereka hukuman seperti yang tertulis. Anak-anak Allah tidak boleh melaksanakan pembalasan kecuali ketika mereka dipanggil untuk itu. Segala penguasaan diri berakhir ketika manusia menyerahkan diri pada dorongan semangat mereka sendiri. Doktrin dalam bagian ini diaplikasikan dengan benar, bahwa pedang bermata dua yang disebutkan di sini memiliki aplikasi khusus bagi bangsa Yahudi, dan bukan bagi kita, yang tidak mendapatkan kuasa semacam ini, kecuali bagi para penguasa dan pemerintah yang diberikan pedang untuk menghukum segala kekerasan. Hal itu hanya berlaku bagi jabatan mereka. Bagi Gereja secara umum, pedang yang diletakkan dalam tangan kita adalah jenis yang lain, yaitu Firman dan Roh, supaya kita menyerahkan orang-orang, yang dahulu adalah musuh Allah, menjadi korban persembahan bagi-Nya, atau menyerahkan mereka kepada kebinasaan kekal, kecuali mereka bertobat (Ef. 6:17). Apa yang Yesaya nubuatkan mengenai Kristus, berlaku bagi semua yang adalah anggota tubuh-Nya: “Ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik” (Yes. 11:4). Jika orang beriman dengan tenang membatasi diri mereka dalam batasan panggilan Allah bagi mereka, mereka akan menemukan bahwa janji pembalasan terhadap musuh-musuh mereka tidak diberikan dengan sia-sia. Ketika Allah memanggil kita kepada penghakiman seperti yang ada tertulis, Ia memberikan kekang pada semangat dan tindakan kita, supaya kita jangan mencoba apa yang tidak Ia perintahkan.

Itulah semarak bagi semua orang yang dikasihi-Nya. Pemazmur bukan saja mendorong kita untuk menghidupi kesalehan, tetapi juga memberikan topangan untuk penghiburan kita. Janganlah kita berpikir kita adalah pecundang karena mempraktekkan belas kasihan dan kesabaran. Kebanyakan orang melampiaskan murka dan amarah, karena mereka mengira satu-satunya cara bertahan hidup adalah menunjukkan kebuasan serigala. Meski umat Allah tidak memiliki kekuatan seperti raksasa, dan tidak akan menggerakkan satu jari pun tanpa ijin Ilahi, serta memiliki roh yang tenang, namun sang Pemazmur menyatakan, mereka memiliki hal yang terhormat dan semarak keluar dari segala masalah mereka.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Monday, October 29, 2018

Mazmur 148


Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit. Ia telah meninggikan tanduk umat-Nya, menjadi puji-pujian bagi semua orang yang dikasihi-Nya, bagi orang Israel, umat yang dekat pada-Nya. Haleluya! Kita sudah melihat di Mazmur sebelumnya, bahwa penyempurnaan Allah terlihat lebih nyata dalam Gereja daripada dalam pendirian dunia. Kini sang Pemazmur menambahkan kalimat ini, yaitu Gereja dilindungi oleh tangan Ilahi, dan dipersenjatai dengan kuasa terhadap segala musuh, kuasa yang menjamin keselamatannya dalam setiap bahaya. Tanduk berarti kekuatan dan kewibawaan. Maksud sang Pemazmur adalah, berkat Allah nyata dalam Gereja-Nya dan di tengah umat pilihan-Nya, sebab Gereja hanya berkembang dan kuat hanya oleh karena kekuatan-Nya. Tersirat perbandingan antara Gereja Allah dan segala kuasa musuh, sebab Gereja yang terbuka terhadap serangan dari segala sisi butuh perlindungan Ilahi.

Menjadi puji-pujian bagi semua orang yang dikasihi-Nya. Mereka memperoleh alasan untuk mengucapkan selamat pada diri mereka sendiri dan memuji, yaitu kemurahan hati yang istimewa dalam perendahan diri Allah. Sang Pemazmur menyebut anak-anak Israel sebagai umat yang dekat pada-Nya, untuk mengingatkan mereka akan kovenan penuh anugerah yang Allah buat dengan Abraham. Sebab bagaimana mungkin bisa ada kedekatan, jika bukan karena Allah memilih seorang asing yang tak dikenal dan dihina segala bangsa? Kita tidak dapat mencari penyebab pembedaan ini selain dalam cinta kasih Allah saja. Meski seluruh dunia sama-sama adalah milik Allah, tetapi dengan kemurahan hati Ia menyatakan diri-Nya pada anak-anak Israel, dan membawa mereka dekat pada-Nya, meski seperti seluruh keturunan Adam mereka adalah orang asing bagi-Nya. Maka Musa mengatakan: “Ketika Sang Mahatinggi membagi-bagikan milik pusaka kepada bangsa-bangsa, ketika Ia memisah-misah anak-anak manusia, maka Ia menetapkan wilayah bangsa-bangsa menurut bilangan anak-anak Israel” (Ul. 32:8). Ia menunjukkan sebab mengapa Allah mengulurkan berkat yang begitu nyata pada satu bangsa saja, dan bangsa yang papa dan dihina: adopsi-Nya bagi mereka.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Sunday, October 28, 2018

Mazmur 147


TUHAN membangun Yerusalem. Secara langsung, tujuan sang Pemazmur bukan sekedar merayakan anugerah Allah yang cuma-cuma dalam Ia pertama-tama mendirikan Gereja. Ia bertujuan untuk membangun argumen dari anugerah pertama ini, bahwa karena Allah telah satu kali membangun Gereja dengan tujuan mempertahankannya selamanya, maka Allah tidak akan membiarkan Gereja-Nya jatuh. Allah tidak mengabaikan karya tangan-Nya. Penghiburan ini perlu diaplikasikan pada masa kita sekarang ini, di mana kita melihat Gereja dipecah-belah di berbagai sisi, sampai kita dipimpin ke pengharapan bahwa seluruh kaum pilihan yang telah dipersatukan dengan tubuh Kristus, akan dikumpulkan kepada kesatuan iman. Meskipun sekarang anggota-anggota tubuh Kristus terserak, dan tubuh Gereja yang terpenggal-penggal setiap hari mendapatkan gangguan, tetapi akan dipulihkan menjadi keutuhan, sebab Allah tidak akan membiarkan karya-Nya gagal.

Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari. Begitu Allah membuat diketahui kehendak-Nya, segala sesuatu bersepakat untuk melaksanakannya. Tidak tanggaplah orang yang menemui salju dan embun beku yang tiba-tiba, tetapi tidak menangkap betapa cepatnya Firman Allah berlari. Jika kita mau menghindari filsafat natural yang tidak masuk akal, kita harus selalu mulai dengan prinsip berikut, bahwa segala sesuatu dalam alam bergantung pada kehendak Allah, dan seluruh pergerakan alam hanyalah pelaksanaan perintah-perintah-Nya. Ketika air membeku, ketika hujan es menyebar, dan embun beku menggelapkan langit, kita mendapati bukti betapa efektifnya perkataan-Nya. Jika segala peristiwa menakjubkan ini tidak menghasilkan efek apa-apa pada kebanyakan manusia, paling tidak dingin yang membuat badan kita mati rasa, seharusnya memaksa kita menyadari kuasa Allah. Ketika panas matahari membakar kita pada musim panas, dan musim dingin menggantikannya, perubahan demikian seharusnya nampak mengagumkan bagi kita, jika kita belum menganggapnya biasa. Perubahan itu berseru dengan nyaring, bahwa ada seorang Pribadi yang memerintah dari atas.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Saturday, October 27, 2018

Mazmur 146


Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan. Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah. Hal ini dijelaskan lebih di ayat berikutnya, di mana kita diberitahu betapa singkatnya dan sekilas hidup manusia itu. Meski Allah melonggarkan kekang, dan membiarkan para pangeran menyerbu surga dengan usaha paling liar, tetapi melayangnya nyawa, seperti sebuah hembusan nafas, tiba-tiba mengacaukan segala keputusan dan rencana mereka. Tubuh adalah tempat berdiamnya roh, hal ini dapat dimengerti demikian; pada saat kematian Allah memanggil pulang roh. Kita dapat juga mengartikannya lebih sederhana, dengan nafas hidup; ini lebih sesuai konteks, bahwa begitu seorang manusia berhenti bernafas, mayatnya tunduk kepada pembusukan. Maka semua yang menaruh kepercayaannya pada manusia, bergantung pada sebuah nafas yang sementara saja.   

Pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya. Dalam ungkapan ini Daud mengkritik kegilaan para pangeran yang tidak mengenal batas dalam harapan dan keinginan mereka, dan memanjati surga dalam ambisi mereka, seperti Alexander dari Makedonia yang gila. Ketika ia mendengar bahwa ada dunia-dunia lain, ia meratap karena ia belum menaklukkan satupun, meski segera setelah itu sebuah tempat abu cukup baginya. Pengamatan menunjukkan bahwa skema para pangeran itu dalam dan rumit. Supaya kita tidak jatuh dalam meletakkan pengharapan kita pada mereka, Daud mengatakan bahwa hidup para pangeran pun berlalu dengan cepat dan seketika, dan pada saat itu segala rencana mereka lenyap.   

Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong. Daud tidak membatasi kebahagiaan orang percaya hanya pada kesadaran masa kini, seakan-akan mereka hanya bahagia ketika Allah secara terang-terangan dan terbuka tampil sebagai penolong mereka. Ia meletakkan kebahagiaan mereka dalam hal berikut, yaitu mereka sungguh-sungguh yakin, bahwa mereka dapat berdiri sepenuhnya oleh anugerah Allah. Ia menyebut Allah sebagai Allah Yakub, untuk membedakan-Nya dari sejumlah besar ilah palsu yang membuat orang tak beriman bermegah. Dan hal ini memang tepat; karena meski semua orang bermaksud mencari Allah, hanya sedikit yang mengambil jalan yang benar.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Friday, October 26, 2018

Mazmur 145



TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Semakin dekat seseorang merasa ditarik kepada Allah, semakin besar kemajuan yang ia telah buat dalam mengenal-Nya. Tidak hanya Allah mau menjadi kawan kita, melainkan Ia tersentuh oleh simpati karena kesengsaraan kita, sehingga Ia menunjukkan kebaikan-Nya yang lebih lagi ketika kita menderita. Jika demikian, bukankah kita bodoh kalau tidak segera lari kepada-Nya tanpa menunda? Tetapi karena kita menolak kebaikan Allah dengan dosa kita, dan menghalangi jalan masuknya pada kita, kecuali kebaikan-Nya mengalahkan halangan ini, sia-sia saja para nabi berbicara tentang karunia dan belas kasihan-Nya.

TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Bukan saja Allah mengampuni dosa, dengan kebaikan dan belas kasihan seorang bapak. Tetapi Ia baik kepada semua orang tanpa kecuali, sebagaimana Ia menerbitkan matahari-Nya di atas orang baik dan orang jahat (Mat. 5:45). Pengampunan dosa adalah suatu harta karun yang tidak didapatkan orang jahat, tetapi dosa dan kebobrokan mereka tidak mencegah Allah menghujani kebaikan-Nya atas mereka, yang mereka terima tanpa sadar. Sementara orang beriman, dan hanya orang beriman saja, mengetahui apa itu menikmati diperdamaikan dengan Allah, seperti dikatakan: “Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!” (Mzm. 34:5, 8).

Mata sekalian orang menantikan Engkau, dan Engkaupun memberi mereka makanan pada waktunya. Daud memperhatikan, bahwa makanan diberikan pada musimnya. Amatilah pengaturan yang mengagumkan dari providensia Ilahi, bahwa ada waktu tertentu untuk panen hasil ladang, panen anggur, dan panen jerami, dan tahun dibagi ke dalam interval, sehingga pada satu waktu ternak diberi makan rumput, waktu yang lain jerami, atau gandum, atau kacang-kacangan, atau hasil bumi yang lain. Jika segala persediaan itu dimunculkan pada satu saat yang bersamaan, tidak mungkin semuanya dikumpulkan dengan mudah. Besarlah alasan kita harus mengagumi ketepatan waktu di mana macam-macam buah dan makanan yang dihasilkan setiap tahunnya.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Thursday, October 25, 2018

Mazmur 144


Engkau yang memberikan kemenangan kepada raja-raja. Allah memelihara semua orang tanpa kecuali, tetapi perhatian-Nya secara khusus mencakup pemerintahan politis, yang adalah dasar kesejahteraan bersama semua orang. Karena itulah Daud menyebut Allah sebagai pelindung dan pembela dari kerajaan-kerajaan, sebab baru saja “pemerintahan” disebut, sudah muncul ketidaksenangan. Tak ada seorang pun yang dengan rela menaati orang lain, dan tidak ada yang lebih berlawanan terhadap sifat alamiah kita daripada harus melayani yang lebih tinggi. Maka manusia berusaha melemparkan kuk itu dari leher mereka, dan menunggangbalikkan tahta raja-raja, jika tahta itu tidak dilindungi sekelilingnya oleh kuasa Ilahi yang tersembunyi. Namun Daud berbeda dari semua raja-raja lain. Ia disebut sebagai “anak sulung dari raja-raja” (Mzm. 89:27). Ia membicarakan kebaikan Allah yang telah ditunjukkan padanya secara istimewa, dari urapan kudus yang diberikan padanya dengan kehormatan. Sebagai gelarnya, ia mengklaim sebutan hamba Allah. Meski semua raja adalah hamba Allah, dan Koresh diberi nama tersebut oleh Yesaya (45:1), tetapi tidak ada seorangpun pangeran kafir yang menyadari dirinya dipanggil Allah. Hanya Daud sendirilah yang diberi kewenangan sah, dan kewenangan untuk memerintah yang dapat dipercayai dengan keyakinan. Maka tepatlah jika ia dibedakan demikian.

Berbahagialah bangsa yang Allahnya ialah TUHAN! Providensia penuh kebaikan dari Allah, yang tidak membiarkan kita berkekurangan apapun dalam hidup, adalah sebuah ilustrasi yang cemerlang mengenai cinta kasih-Nya yang ajaib. Apa yang mungkin lebih diinginkan manusia daripada menjadi penerima kasih sayang Allah, terutama jika kita memiliki cukup pengertian untuk menyimpulkan dari kemurahan hati-Nya, bahwa Ia adalah Bapa kita? Segala sesuatu harus dipandang dengan rujukan kepada hal ini. Lebih baik segera mati karena kekurangan, daripada menjadi puas seperti hewan, dan melupakan hal paling utama, bahwa orang-orang yang bahagia hanyalah mereka yang dipilih menjadi umat Allah.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Wednesday, October 24, 2018

Mazmur 143


Janganlah berperkara dengan hamba-Mu ini, sebab di antara yang hidup tidak seorangpun yang benar di hadapan-Mu. Daud menyatakan, bahwa tidak satu manusia pun yang dapat ditemukan adil di hadapan Allah, jika ia dipanggil ke hadapan pengadilan-Nya. Bagian ini memiliki banyak pengajaran bagi kita, yaitu bahwa Allah hanya dapat menunjukkan perkenanan-Nya pada kita jika Ia mencopot karakter seorang hakim, dan memperdamaikan kita kepada diri-Nya dengan pengampunan cuma-cuma akan dosa-dosa kita. Segala keadilan manusia tidak dihitung sedikitpun, ketika kita berada di pengadilan-Nya. Supaya kita mendapat pandangan yang tepat mengenai hal ini, pertama-tama kita perlu memperhatikan apa artinya dibenarkan. Bagian ini membuktikan bahwa orang yang dibenarkan, adalah orang yang dihakimi dan diperhitungkan sebagai adil di hadapan Allah, dan yang hanya memperoleh pengampunan dengan mengakui bahwa mereka dapat dengan adil dinyatakan bersalah. Jika kesempurnaan dapat ditemukan di dunia ini, tentunya dibanding semua orang lain, Daud dapat bermegah mengenai itu. Juga keadilan Abraham dan para leluhur kudus bukannya tidak ia ketahui. Tetapi ia tidak mengecualikan baik mereka maupun dirinya sendiri, melainkan meletakkan prinsip universal dari pendamaian dengan Allah, yaitu kita harus menyerahkan diri kita pada belas kasihan-Nya.

Tidak ada hal tengah-tengah di antara dua hal ini, yang dinyatakan di Alkitab sebagai lawan: dibenarkan oleh iman dan dibenarkan oleh perbuatan. Adalah absurd bagi para pengikut paus yang menciptakan spesies ketiga dari keadilan, yang sebagian dihasilkan perbuatan mereka, dan sebagian diberikan Allah pada mereka dalam belas kasihan-Nya. Tanpa ragu, ketika ia tegaskan, tidak ada orang yang dapat tahan berdiri di hadapan Allah, jika perbuatannya dihakimi, sedikitpun Daud tidak membayangkan keadilan bersifat ganda seperti demikian. Ia akan membungkam kita dengan kesimpulan bahwa Allah hanya memiliki perkenanan berdasarkan belas kasihan-Nya, sebab yang namanya keadilan manusia tidak memiliki arti apa-apa di hadapan-Nya.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Tuesday, October 23, 2018

Mazmur 142


Dengan nyaring aku berseru-seru kepada TUHAN, dengan nyaring aku memohon kepada TUHAN. Daud tidak menyerah kepada keluhan lantang dan tak berguna di hadapan manusia, maupun membuat dirinya menderita dengan siksaan kekuatiran dalam batin yang ia tekan. Melainkan ia memberitahukan kesedihannya kepada Tuhan dengan keyakinan tanpa kecurigaan.
Ketika semangatku lemah lesu di dalam diriku, Engkaulah yang mengetahui jalanku. Meski ia mengakui bahwa ia merasakan kecemasan, tetapi ia menegaskan apa yang ia katakan mengenai keteguhan imannya. Lemah lesu menggambarkan keadaan batin yang berpindah-pindah antara berbagai resolusi ketika tidak kelihatan satu pun jalan keluar dari bahaya, dan menambah tekanan jiwanya dengan berlari ke berbagai pemecahan. Ia menambahkan, bahwa meski tidak terlihat jalan menuju keamanan, tetapi Allah tahu sejak awal bagaimana pertolongannya akan terjadi. Kita diajar, bahwa ketika kita sudah mencoba segala cara dan tetap tidak tahu harus bagaimana, kita tenanglah dengan keyakinan bahwa Allah mengenal penderitaan kita, dan membungkukkan diri untuk memperhatikan kita, seperti kata Abraham, “Allah yang akan menyediakan” (Kej. 22:8).  

Pandanglah ke kanan dan lihatlah, tidak ada seorangpun yang menghiraukan aku; tempat pelarian bagiku telah hilang, tidak ada seorangpun yang mencari aku. Daud menunjukkan sebabnya penderitaan mengerikan yang ia alami, yaitu tidak ada pertolongan manusia atau penghiburan yang bisa diharapkan, dan kehancuran tampak tak terhindari. Ketika ia katakan, ia telah melihat tidak ada seorang teman pun di antara manusia, maksudnya bukan ia melupakan Allah dan berpaling pada pertolongan duniawi. Melainkan, ia telah mencari tahu, sebagaimana seharusnya, apakah ada orang di bumi yang mungkin menolongnya. Jika ada seseorang seperti itu, tanpa ragu, Daud akan mengenali orang itu sebagai alat dari tangan Allah yang penuh belas kasihan. Tetapi rencana Allah adalah ia tidak mendapatkan pertolongan dari manusia manapun, dan kelepasan dari kehancuran yang ia dapatkan, nampak lebih luar biasa.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Monday, October 22, 2018

Mazmur 141


Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku! Bahkan orang-orang yang paling menguasai diri, jika disakiti tanpa sebab, kadang akan membalas dendam, karena bencinya mereka pada tingkah laku musuh mereka yang tidak patut. Daud menyerahkan dirinya pada bimbingan Allah, baik dalam pikiran maupun perkataan. Dengan itu ia mengakui, ia butuh kuasa Roh Kudus untuk mengatur lidah dan batinnya, terutama ketika ia digoda untuk menjadi marah karena kurang ajarnya lawannya. Di satu sisi, lidah dapat tergelincir dan terlalu cepat bicara, kecuali Allah terus menjaga dan mengawasinya. Di sisi lain, di dalam batin ada perasaan-perasaan yang kuat tetapi kacau, yang perlu dikekang. Hati manusia seperti suatu pabrik yang sangat sibuk, yang terus-menerus menghasilkan berbagai-bagai alat. Jika Allah tidak mengawasi hati dan lidah kita, pastilah tidak ada batasan dari kata-kata yang berdosa dan pikiran yang berdosa. Penguasaan diri dalam kata-kata adalah pemberian Roh yang sangat langka, sementara setan selalu membuat usulan-usulan yang mudah dan enak untuk diterima, kecuali Allah mencegahnya. Tidaklah absurd untuk mengatakan Allah mencondongkan hati pada kejahatan, sebab hati manusia berada dalam kuasa tangan-Nya, sehingga Ia dapat mengarahkannya ke mana saja Ia kehendaki. Bukan berarti bahwa Ia sendiri mendorong mereka kepada nafsu yang jahat. Melainkan menurut penilaian-Nya yang tersembunyi, Ia membiarkan orang jahat, dan dengan itu menyerahkan mereka kepada kekuasaan setan. Itulah yang dimaksud dengan Ia membutakan dan mengeraskan hati mereka. Kebersalahan dari dosa itu berada pada manusia itu sendiri, dan nafsu yang ada dalam mereka. Entah baik atau jahat, mereka dibawa oleh keinginan alamiah, maka bukan dorongan eksternal yang membuat mereka mengarah kepada yang jahat, melainkan secara spontan dan dari kerusakan mereka sendiri.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Sunday, October 21, 2018

Mazmur 140


Aku berkata kepada TUHAN: "Allahku Engkau, berilah telinga, ya TUHAN, kepada suara permohonanku!" Dengan kata-kata ini, Daud menunjukkan bahwa doa-doanya bukan sekedar doa dari bibir, seperti orang munafik yang membuat permohonan kepada Allah dengan suara lantang demi sekedar dilihat orang. Ia berdoa dengan kesungguhan, dan dari satu prinsip tersembunyi tentang iman. Sampai kita memiliki keyakinan diselamatkan oleh anugerah Allah, tidak mungkin ada doa yang tulus. Di sini ada sebuah ilustrasi yang baik mengenai natur iman, ketika sang Pemazmur menutupi dirinya dari pandangan manusia, supaya ia menghadap Allah secara terpisah, dan kemunafikan tidak diberi tempat dalam kegiatan dari hati ini. Inilah doa sejati. Bukan sekedar mengangkat suara, melainkan presentasi dari permohonan kita dari prinsip iman yang ada di dalam batin. Untuk memperoleh keyakinan bahwa Allah akan menjawab doa-doanya, ia mengingat kembali pertolongan-pertolongan yang Allah sudah berikan padanya. Ia menyebutkan Allah sebagai perisai dalam setiap waktu bahaya. Ada orang yang membaca kata-kata ini dalam bentuk futur: “akan menudungi kepalaku pada hari pertarungan senjata.” Tetapi jelas bahwa Daud membicarakan mengenai perlindungan yang sudah ia alami dari tangan Allah, dan dari sini memperoleh penghiburan bagi imannya. Ia maju, bukan sebagai pemula yang masih hijau dan belum dilatih, melainkan sebagai serdadu yang sudah kenyang pengalaman dalam pertarungan-pertarungan sebelumnya.

Aku tahu, bahwa TUHAN akan memberi keadilan kepada orang tertindas, dan membela perkara orang miskin. Tidak dipertanyakan lagi, Daud menutup doanya dengan mengarahkan pikiran dan pembicaraan pada penghakiman providensial Allah, sebab doa yang ragu-ragu bukanlah doa sama sekali. Ia menyatakan ini sebagai hal yang diketahui dan dipastikan, bahwa Allah tidak mungkin tidak menolong orang yang ditindas. Ia mungkin menunda sementara waktu, dan membiarkan orang yang baik dan lurus dicobai dengan berat, namun Daud memberikan bahan perenungan yang dapat menghadapi pencobaan ini, bahwa Allah melakukan itu dengan bijaksana, supaya Ia dapat menolong orang-orang dalam penderitaan, dan memulihkan orang-orang yang tertindas.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Saturday, October 20, 2018

Mazmur 139:17-24


Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau. Arti perkataan Daud adalah, pemerintahan providensial Allah atas dunia ini sedemikian sehingga tidak ada yang dapat melewati-Nya, juga pikiran yang terdalam. Dan meski banyak orang menerjunkan diri mereka dengan mabuk kepayang ke dalam segala kejahatan yang melimpah-limpah, karena mereka kira Allah tidak akan menemukan mereka, sia-sia saja mereka bersembunyi, karena mereka akan diseret keluar ke dalam terang. Kebenaran ini sebaiknya kita renungkan lebih daripada kebiasaan kita. Sesekali kita memandang tangan dan kaki kita, dan kadang dengan puas memperhatikan keanggunan bentuk kita, hampir tidak ada satu dari seratus orang yang ingat akan Penciptanya. Atau jika ada yang menyadari bahwa hidupnya berasal dari Allah, tidak ada satupun yang sampai kepada kebenaran yang agung, bahwa Ia yang membentuk telinga, dan mata, dan hati yang penuh pengertian, dengan sendirinya mendengar, melihat dan mengetahui segala sesuatu.

Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal! Daud bersikeras bahwa satu-satunya penyebab mengapa ia menentang para penghina Allah, adalah karena ia sendiri adalah penyembah sejati Allah, dan ingin supaya orang-orang lain memiliki karakter yang sama. Bahwa ia dengan berani menyerahkan dirinya untuk dihakimi Allah, menunjukkan keyakinan yang tidak biasa. Tetapi karena ia sadar sepenuhnya akan ketulusan ibadahnya, bukan tanpa alasan ia menempatkan dirinya dengan yakin di hadapan penghakiman Allah. Kita juga jangan berpikir bahwa ia mengklaim dirinya bebas dari segala dosa; ia mengerang di bawah beban pelanggarannya. Dalam segala yang para orang kudus katakan mengenai integritas mereka, mereka tetap bersandar hanya pada anugerah yang cuma-cuma. Karena mereka yakin bahwa kesalehan mereka diperkenan Allah, tanpa memperhitungkan kejatuhan dan kelemahan mereka, kita tidak perlu heran jika mereka merasa bebas membedakan diri mereka dari orang fasik. Ia menyangkal bahwa hatinya mendua atau tidak tulus, ia bukan mengaku bebas dari segala dosa, melainkan hanya bahwa ia tidak memiliki devosi pada kefasikan.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Friday, October 19, 2018

Mazmur 139:11-16


Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang. Mungkin ada yang berpikir, pengamatan bahwa berkaitan dengan Allah tidak ada perbedaan antara terang dan gelap, bukan sesuatu yang penting. Orang itu perlu diingatkan, bahwa semua pengamatan membuktikan, betapa sulitnya manusia dibawa secara terang-terangan dan terbuka ke hadapan Allah. Dengan kata-kata, kita semua mengakui bahwa Allah maha tahu. Tidak seorang pun dapat membayangkan menentang hal itu, tetapi diam-diam kita tidak mempedulikannya. Kita tidak kuatir mengejek Allah, dan tidak memiliki hormat pada-Nya bahkan seperti pada sesama manusia ciptaan. Kita malu jika orang lain mengetahui dan menyaksikan kelemahan kita. Tetapi kita tidak peduli tentang apa yang Allah pikir mengenai kita, seakan-akan dosa-dosa kita tersembunyi dari pengamatan-Nya. Mabuk kepayang ini, jika tidak ditegur dengan tajam, akan segera mengubah terang menjadi gelap, dan karena itu Daud membicarakan panjang lebar topik ini untuk menyangkal salah pengertian kita.
Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Daud menggambarkan Allah sebagai raja yang bertahta di atas manusia, dan menunjukkan tidak ada alasan untuk heran, jika segala putaran dan tempat persembunyian dalam hati kita tidak tersembunyi bagi-Nya. Bagi-Nya, ketika kita berada dalam rahim ibu, kita terlihat sama jelasnya seperti sedang berdiri di depan-Nya pada siang hari bolong.
Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi. Daud menggambarkan dengan pengumpamaan keahlian yang tak terbayangkan dalam pembentukan tubuh manusia. Ketika kita meneliti bahkan kuku di jari kita, tidak ada yang dapat diubah tanpa ketidaknyamanan yang sama besarnya seperti terkilir. Jika kita menghitung setiap bagian individual, di mana dapat kita temukan ahli tenun yang dapat mencapai seperseratus saja struktur rumit ini? Kita tidak perlu heran, jika Allah yang membentuk manusia begitu sempurna dalam rahim, dapat memiliki pengetahuan tepat tentang manusia setelah kelahirannya.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Thursday, October 18, 2018

Mazmur 139:1-10


Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Ada dua arti di sini. Pertama, Allah tahu apa yang akan kita katakan, sebelum lidah kita membentuk perkataan. Kedua, meski kita tidak mengucapkan apa-apa, dan berusaha menyembunyikan maksud rahasia kita dengan cara berdiam diri, kita tidak dapat lari dari pengamatan-Nya. Lidah adalah sarana utama komunikasi dan petunjuk dari pikiran manusia. Tetapi Allah yang mengenal hati, tidak memerlukan kata-kata. Bagian paling dalam dari roh kita terbuka bagi pandangan-Nya. 
Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya. Bodohlah jika kita mengukur pengetahuan Allah berdasarkan pengetahuan kita sendiri, padahal pengetahuan-Nya jauh melampaui pengetahuan kita. Banyak orang, ketika mendengar tentang Allah, mengira Ia sama seperti mereka. Kesombongan ini patut dikutuk. Biasanya mereka tidak akan mengijinkan pengetahuan-Nya lebih besar daripada pendapat mereka sendiri. Sebaliknya, Daud mengakui itu lebih besar daripada pemahamannya. Kata-kata tidak dapat menggambarkan kemutlakan ini, yaitu betapa mutlaknya pandangan Allah atas segala sesuatu. Pengetahuan-Nya tidak terbatas dan tidak terukur, sehingga Daud hanya dapat merenungkan keluasannya dengan kesadaran akan kebodohannya sendiri.
Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Arti Roh Allah di sini bukan hanya kuasa-Nya, seperti di beberapa bagian lain di Alkitab, melainkan pengertian dan pengetahuan-Nya. Roh adalah tempat dari kecerdasan dalam manusia, dan di sini demikian juga dengan Allah. Maksud Daud adalah, ia tidak dapat berpindah tempat tanpa Allah melihatnya, dan mengikutinya dengan mata-Nya.
Juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. Seandainyapun seseorang terbang dengan kecepatan cahaya, ia tidak dapat menemukan tempat persembunyian dari kuasa Ilahi. Tangan artinya kuasa, dan maksudnya adalah, jika seseorang berusaha menghindari pengamatan Allah, mudah saja bagi-Nya untuk menangkap dan menarik sang buronan.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Wednesday, October 17, 2018

Mazmur 138


TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! Ya TUHAN, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya; janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu! Setelah ia ditolong oleh tindakan Allah yang penuh belas kasihan, Daud menyimpulkan bahwa apa yang telah Allah kerjakan itu akan disempurnakan, sebab natur Allah tidak dapat berubah, dan Ia tidak dapat menyingkirkan kebaikan dari diri-Nya sendiri. Tidak diragukan lagi, satu-satunya cara mempertahankan pengharapan di tengah bahaya, adalah dengan mempertahankan pandangan mata kita pada kebaikan Ilahi. Pertolongan kita bergantung pada kebaikan Allah. Allah tidak memiliki kewajiban apapun, tetapi ketika Ia berkehendak demikian, Ia berjanji menaruh perhatian untuk urusan kita. Manusia mungkin meninggalkan suatu proyek karena alasan-alasan yang sepele. Mungkin karena mengerjakan proyek tersebut memang suatu hal yang bodoh dari awalnya. Atau karena mereka dialihkan karena ketidakkonstanan mereka. Atau mereka terpaksa menyerah karena proyek itu melebihi kekuatan mereka sehingga mereka tidak sanggup. Tetapi semua hal ini tidak mungkin terjadi pada Allah. Maka tidak ada kesempatan untuk kuatir bahwa pengharapan kita akan dikecewakan dalam jalannya menuju penggenapan. Kecuali dosa dan ketidakbersyukuran, tidak ada apapun dari pihak kita yang menginterupsi aliran kebaikan Ilahi yang terus-menerus dan tidak berubah. Apa yang kita pegang teguh oleh iman kita, tidak akan pernah dirampas Allah dari kita, atau dibiarkan jatuh dari tangan kita. Ketika Daud menyatakan bahwa Allah menyempurnakan keselamatan umat-Nya, ia tidak menyetujui kemalasan, melainkan meneguhkan imannya dan menggerakkan dirinya untuk berdoa. Apa penyebab kecemasan dan ketakutan yang dirasakan orang saleh, selain kesadaran akan kelemahan mereka dan kebergantungan total pada Allah? Pada saat yang sama mereka bersandar dengan keyakinan penuh pada kasih karunia Allah, seperti Paulus tuliskan pada jemaat Filipi, “yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya” (Fil. 1:6). Kegunaan doktrin ini, adalah mengingat, ketika kita jatuh atau goyah dalam batin kita, bahwa Allah akan meneruskan keselamatan kita sampai pada akhirnya, karena Ia telah memulainya. Sesuai dengan itu, kita harus mendedikasikan diri kita pada doa, supaya jangan karena kemalasan kita, kita menghalangi akses kepada aliran kebaikan Ilahi yang berasal dari sumber yang tidak habis-habisnya.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Tuesday, October 16, 2018

Mazmur 137


Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing? Orang-orang Israel di Babel berhenti bernyanyi, dan mempersembahkan korban, sebab tanah di mana mereka sekarang berada, adalah cemar. Orang-orang Kasdim mengira bahwa bangsa Yahudi sekarang terikat selamanya pada tanah di mana mereka dibuang. Sang Pemazmur menyebutnya negeri asing, yang berarti mereka hanya sementara saja berada di sana. Di bawah Kepausan, meski ada bahaya besar ketika orang beriman terlihat tidak mengikuti contoh-contoh di sekeliling mereka, namun Roh Kudus memakai penghalang semacam ini untuk memisahkan mereka dari kompromi yang berdosa. Bagi orang-orang yang mencintai dan mempraktekkan ibadah yang sejati, apakah mereka orang Perancis, Inggris, atau Italia, tanah air mereka sendiri adalah negeri asing ketika mereka hidup di bawah pemerintahan tiran demikian. Namun ada perbedaan antara kita dan umat Allah di waktu yang lampau, sebab pada saat itu ibadah penyembahan pada-Nya hanya terbatas di satu tempat saja. Tetapi sekarang Bait-Nya ada di manapun dua atau tiga orang berkumpul bersama dalam nama Kristus, jika mereka memisahkan diri mereka dari penyembahan berhala, dan mempertahankan kemurnian ibadah Ilahi. Sang Pemazmur bukan memadamkan usaha mereka untuk memuji Allah. Sebaliknya ia mendorong mereka untuk bersabar di dalam penderitaan, hingga kebebasan untuk beribadah pada-Nya di hadapan umum dipulihkan. Ia seperti mengatakan: Bait Allah dan korban telah dirampas dari kita, kita mengembara sebagai orang buangan di tanah yang cemar, dan yang dapat kita lakukan hanyalah berkeluh kesah dan menantikan kelepasan yang dijanjikan.

Jika janji-janji Ilahi memenuhi kita dengan pengharapan dan keyakinan, dan Roh Allah memakai penderitaan kita demi keadilan-Nya, maka kita akan mengangkat kepala kita pada titik paling rendah, dan bermegah dalam fakta bahwa dalam keadaan terburuk pun kita baik-baik saja, dan musuh-musuh kita disiapkan bagi kehancuran.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Monday, October 15, 2018

Mazmur 136


Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Manusia mungkin tidak menyangkal kebaikan Ilahi sebagai sumber dan mata air segala berkat yang mereka terima. Tetapi kemurahan hati dari kelimpahan-Nya jauh sekali dari diakui sepenuhnya dan setulusnya, meski Alkitab sangat menekankannya. Paulus menyebutnya sebagai kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Artinya, meski Allah patut dipuji karena segala karya-Nya, tetapi terutama kasih setia-Nyalah yang harus kita agungkan. Jelaslah dari catatan sejarah dalam Kitab Suci, bahwa berdasarkan ketentuan yang Daud turunkan dalam menyanyikan pujian Allah, kaum Lewi biasanya menyanyikan sebagai balasan, “sebab kasih setia-Nya ada selamanya.”

Dia yang mengingat kita dalam kerendahan kita. Sang Pemazmur menampilkan setiap jaman untuk menunjukkan kebaikan yang sama yang ditunjukkan pada nenek moyang mereka. Allah tidak pernah gagal menolong umat-Nya dengan pertolongan demi pertolongan. Kasih setia-Nya terbukti dengan lebih nyata, ketika Ia menolong pada waktu bangsa itu hampir ditenggelamkan bencana-bencana, daripada jika bangsa itu dijaga tetap berada dalam situasi yang sama, dengan jalannya yang datar-datar saja. Di dalam situasi darurat ada sesuatu yang membangkitkan perhatian dan menangkap pandangan mata orang. Selain itu, dalam semua pertolongan yang Allah berikan pada umat-Nya, ada pengampunan dosa bagi mereka.

Pada akhir Mazmur ini, ia membicarakan providensia kebapakan Allah, bukan hanya bagi seluruh umat manusia, tetapi bagi semua makhluk hidup. Kita tidak perlu terkejut bahwa Ia tetap menjadi seorang Bapa yang baik dan penuh pemeliharaan bagi umat-Nya, ketika Ia membungkuk untuk memperhatikan ternak, keledai, dan gagak, dan burung pipit. Manusia jauh lebih berharga daripada hewan liar, dan juga ada perbedaan besar antara sebagian manusia dari yang lain, meski bukan dalam hal jasa baik mereka, melainkan hak istimewa dari adopsi Ilahi. Sang Pemazmur sedang membangun argumennya dari yang kecil sampai ke yang besar, dan menajamkan kasih setia Allah yang tak terbandingkan, jauh lebih tinggi, yang Ia tunjukkan pada anak-anak-Nya sendiri.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Sunday, October 14, 2018

Mazmur 135


Sesungguhnya aku tahu, bahwa TUHAN itu maha besar dan Tuhan kita itu melebihi segala allah. Di sini kuasa Allah digambarkan secara umum, untuk menunjukkan pada orang Israel bahwa Allah yang mereka sembah adalah Allah yang membuat dunia, dan memerintah di atas segala sesuatu sesuai kehendak-Nya, dan tidak ada allah lain yang setara dengan-Nya. Ketika ia mengatakan dirinya mengetahui kebesaran Allah, ia bukan mengecualikan orang-orang lain, melainkan mengambil pengalamannya sendiri untuk mendorong orang-orang untuk memperhatikan hal ini, supaya tersadar akan apa yang ada secara berlimpah-limpah dan begitu mudah diamati. Keagungan Allah tidak dapat dipahami seluruhnya oleh siapapun. Namun kemuliaan-Nya, sejauh Ia pandang baik, telah dinyatakan dengan cukup, sehingga di seluruh dunia, tidak satu orangpun memiliki alasan jika tidak menyadarinya. Bagaimana mungkin seseorang yang telah menikmati pemandangan langit dan bumi dapat menutup matanya sampai melewatkan Penciptanya, tanpa dianggap bersalah sebesar-besarnya? Dengan tujuan menggerakkan kita inilah, sang Pemazmur merujuk pada dirinya sendiri dalam mengundang kita pada pengetahuan akan kemuliaan Allah. Ia mengecam ketidakpedulian kita, yang tidak cukup lincah untuk merenungkannya.

Ya TUHAN, nama-Mu adalah untuk selama-lamanya. Kemarahan Allah terhadap umat-Nya hanya sementara saja, dan dalam membalaskan dosa-dosa mereka, Ia mengingat belas kasihan di tengah murka, seperti kata Habakuk (3:2). Allah digambarkan di sini seperti seorang manusia, yang menunjukkan afeksi seorang ayah, dan memulihkan anak-anaknya, meski mereka pantas untuk dibuang, namun ia tidak tega terpisah dari buah tubuhnya sendiri. Begitulah arti bagian ini. Allah memiliki belas kasihan bagi umat-Nya karena mereka adalah anak-anak-Nya. Ia tidak rela jika mereka dipisahkan dari-Nya, dan diri-Nya tanpa anak. Ia dapat diperdamaikan dengan mereka, karena mereka berharga bagi-Nya. Ia mengakui mereka sebagai keturunan-Nya, sehingga Ia memandang mereka dengan cinta kasih yang besar.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Saturday, October 13, 2018

Mazmur 134


Mari, pujilah TUHAN, hai semua hamba TUHAN, yang datang melayani di rumah TUHAN pada waktu malam. Karena kecenderungan yang ada dalam semua orang untuk menyalahgunakan ritual upacara keagamaan,  banyak orang Lewi yang mengira tidak ada hal lain yang diperlukan selain berdiri diam-diam dalam Bait Allah. Dengan itu mereka melewatkan bagian utama dari kewajiban mereka. Sang Pemazmur menunjukkan bahwa sekedar berjaga malam dalam Bait (menyalakan lampu, mengawasi korban) tidak penting sama sekali, kecuali jika mereka melayani Allah secara spiritual, dan dari segala upacara eksternal itu merujuk kepada persembahan utama: perayaan pujian bagi Allah. Ia seperti mengatakan, engkau mungkin mengira pelayanan ini demikian berat, berjaga malam di Bait, sementara orang-orang lain tidur di rumah mereka; tetapi ibadah yang Allah tuntut lebih daripada itu, dan Ia menuntut engkau menyanyikan pujian bagi-Nya di hadapan seluruh umat.

Kiranya TUHAN yang menjadikan langit dan bumi, memberkati engkau dari Sion. Di sini disebutkan dengan jelas dua hal, yang berbeda satu dengan yang lain. Allah yang memberkati mereka dari Sion adalah juga Pencipta langit dan bumi. Ia disebut Pencipta untuk menunjukkan kuasa-Nya, dan meyakinkan orang beriman, tidak ada sesuatupun yang tidak bisa diharapkan dari Allah. Apakah dunia ini, selain cermin tempat kita memandang kuasa-Nya yang tak terbatas? Hanya orang-orang tak berakal budi yang tidak merasa puas dengan pertolongan dari Dia yang mereka akui sebagai pemilik segala kuasa dan kekayaan dalam tangan-Nya. Namun karena banyak orang cenderung mengira Ia jauh dari mereka, ketika dikatakan Ia adalah Pencipta, dan mereka meragukan jalan masuk mereka pada-Nya, sang Pemazmur juga menyebutkan simbol kedekatan Allah pada umat-Nya. Tujuannya supaya mereka diberi keberanian untuk mendekati-Nya dengan kebebasan dan keyakinan tak terbatas sebagai orang-orang yang diundang datang pada pangkuan Bapa. Dengan memandang ke langit, mereka menemukan kuasa Allah. Dengan memandang ke Sion, tempat kediaman-Nya, mereka menemukan cinta kasih kebapakan-Nya.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Friday, October 12, 2018

Mazmur 133


Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Ini adalah bukti jelas bahwa Daud memandang segala persatuan sejati antara saudara bersumber dari Allah, dan tujuan sah dari persatuan itu adalah: semua dibawa untuk menyembah Allah dalam kemurnian, dan memanggil nama-Nya dengan satu hati. Apakah Daud akan meminjam istilah urapan suci (ayat 2), jika bukan untuk menunjukkan bahwa agama harus selalu memegang tempat nomor satu? Segala kerukunan yang dapat ada di antara manusia bersifat tawar, jika tidak diwarnai oleh kelezatan manis dari ibadah pada Allah. Kita memegang, bahwa manusia dapat dipersatukan dalam kasih sayang yang timbal balik, dengan tujuan agungnya sebagai berikut, bahwa mereka bersama-sama diletakkan di bawah pemerintahan Allah.

Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Suatu persatuan yang kudus bukan saja merupakan keharuman yang menyenangkan bagi Allah, melainkan juga menghasilkan buah-buah yang baik, seperti embun membasahi tanah dan menyediakan gizi dan kesegaran baginya. Kita tahu Musa mengatakan tanah Yudea tidak seperti Mesir, yang disuburkan sungainya, melainkan Yudea setiap hari minum dari hujan yang turun dari langit (Ul. 11:11). Daud mengatakan, bahwa hidup manusia seperti tanpa gizi, tidak berbuah, dan sengsara, kecuali ditopang oleh harmoni antar saudara.  

Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya. Daud menambahkan di akhir, bahwa Allah memerintahkan berkat-Nya ke tempat di mana damai dibudayakan. Artinya Ia menunjukkan betapa kerukunan antar manusia menyenangkan-Nya, dengan menurunkan hujan berkat pada mereka. Hal yang sama dikatakan Paulus dengan kalimat lain (2 Kor. 13:11, Fil. 4:9), ‘Hiduplah dalam damai, dan Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.” Maka, sedapat-dapatnya kita, marilah kita berusaha berjalan dalam kasih persaudaraan, supaya kita boleh mendapatkan berkat Ilahi. Bahkan marilah kita mengulurkan tangan pada orang-orang yang berbeda dari kita, dengan kerinduan menyambut mereka jika mereka kembali pada kesatuan iman. Jika mereka menolak? Biarkan mereka pergi. Satu-satunya persaudaraan yang diakui adalah persaudaraan antara anak-anak Allah.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Thursday, October 11, 2018

Mazmur 132:12-18


Jika anak-anakmu berpegang pada perjanjian-Ku. Hal pertama yang kita harus ingat adalah perjanjian kovenan itu sepenuhnya merupakan anugerah, sejauh kaitannya dengan janji Allah untuk mengutus seorang Juruselamat dan Penebus. Hal ini terkait dengan adopsi orang-orang yang menerima janji itu, janji yang cuma-cuma. pengkhianatan dan pemberontakan bangsa itu tidak mencegah Allah mengutus Anak-Nya, dan ini adalah bukti nyata bahwa Ia tidak dipengaruhi penilaian akan tingkah laku baik mereka. Maka perkataan Paulus (Roma 3:3), “Bagaimana jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah?” artinya Allah tidak menarik karunia-Nya dari orang Yahudi, sebab Ia telah memilih mereka secara bebas oleh anugerah-Nya. Kita juga tahu bahwa bangsa Israel seakan-akan sengaja berusaha membatalkan janji-janji itu. Meskipun demikian, Allah menghadapi perlawanan jahat mereka dengan menunjukkan cinta kasih-Nya yang mengagumkan, memunculkan kebenaran dan kesetiaan-Nya dengan cara yang paling penuh kemenangan, dan membuktikan bahwa Ia berdiri teguh pada rencana-Nya, tidak tergantung pada jasa baik mereka yang manapun juga. Semua hal ini boleh menunjukkan, dalam arti apa kovenan tersebut tidak bersyarat. Tapi ada hal-hal lain yang berupa aksesori bagi kovenan itu, sehingga dilampirkan sebuah syarat, yaitu jika mereka mematuhi perintah-perintah-Nya, Ia akan memberkati mereka. Karena bangsa Yahudi menolak untuk taat, maka mereka dibuang dari tanah perjanjian.

Di satu sisi Allah menghukum ketidakbersyukuran bangsa itu, dan dengan itu menunjukkan, ketentuan-ketentuan kovenan bukannya percuma saja memiliki syarat. Di sisi lain, dengan kedatangan Kristus, apa yang telah dijanjikan dengan cuma-cuma kini dilaksanakan dengan cuma-cuma, yaitu mahkota kerajaan diletakkan di atas kepala-Nya. Ketaatan yang Allah tuntut dinyatakan secara spesifik sebagai ketaatan pada kovenan-Nya. Kita diajar untuk tidak beribadah pada-Nya menurut pemikiran manusia, melainkan berpegang pada batasan yang diberikan Firman-Nya.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Wednesday, October 10, 2018

Mazmur 132:1-11

 

Bagaimana ia telah bersumpah kepada TUHAN, telah bernazar kepada Yang Mahakuat dari Yakub. Sambil berdiam dalam rumahnya, atau berbaring di tempat tidurnya, Daud dipenuhi keprihatinan dan kegelisahan, hingga ia mendapatkan berita mengenai tempat yang ditetapkan bagi Tabut Perjanjian. Mengenai sumpah itu sendiri, bagian ini atau bagian lain tidak membenarkan sangkaan para pengikut paus, bahwa Allah berkenan pada sumpah apapun yang diucapkan, tanpa memperhatikan natur sumpah tersebut. Bersumpah pada Allah yang isinya telah Ia sendiri nyatakan menyenangkan hati-Nya, adalah suatu hal yang layak dipuji. Tetapi sombong sekali untuk mengatakan bahwa kita akan segera membuat sumpah yang sesuai dengan keinginan daging kita. Hal yang utama adalah memikirkan, apa yang diperkenan kehendak-Nya. Jika tidak, kita mungkin merampok apa yang merupakan hak utama-Nya, sebab bagi Allah “ketaatan lebih baik daripada korban persembahan” (1 Sam. 15:22).

Mari kita pergi ke kediaman-Nya, sujud menyembah pada tumpuan kaki-Nya. Di satu sisi, adalah takhayul jika kita kira Allah terikat pada Bait. Di sisi lain, simbol-simbol eksternal bukannya tidak berguna di dalam Gereja. Singkatnya, kita harus memperbaiki sarana yang menolong iman kita, tetapi kita tidak bersandar pada sarana itu. Sementara Allah tinggal di surga, dan berada di atas segala langit, kita harus menggunakan segala pertolongan yang ada untuk mencapai pengetahuan tentang-Nya. Dengan Ia memberikan simbol-simbol kehadiran-Nya, Ia seperti menjejakkan kaki-Nya di bumi, dan membiarkan kita menyentuhnya. Demikianlah Roh Kudus turun untuk kepentingan kita, dan sambil mengakomodir kelemahan kita, menaikkan pikiran kita kepada hal-hal surgawi dan ilahi oleh elemen-elemen dunia ini.

Biarlah imam-imam-Mu berpakaian kebenaran. Dikatakan Allah memakaikan keadilan pada kita ketika Ia tampil sebagai Juruselamat dan pertolongan kita, melindungi kita oleh kuasa-Nya, dan menunjukkan dalam pemerintahan-Nya atas kita bahwa kita adalah sasaran kasih sayang-Nya. Sorak-sorai yang disebutkan merujuk kepada hidup penuh kebahagiaan. Para orang kudus Allah disebut orang-orang yang berbelas kasihan karena belas kasihan dan kemurahan hati adalah karunia yang membuat kita paling dekat kepada Allah.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Tuesday, October 9, 2018

Mazmur 131


TUHAN, aku tidak tinggi hati. Di sini Daud mengajar suatu pelajaran yang sangat berguna bagi kita, dan yang harus mengatur hidup kita: menjadi puas dengan bagian yang Allah telah putuskan bagi kita, merenungkan panggilan-Nya bagi kita, dan bukan bertujuan membuat sendiri bagian kita; penuh penguasaan diri dalam keinginan kita, menghindari usaha nekad, dan dengan riang membatasi diri kita dalam wilayah kita, dan bukannya mencoba hal luar biasa. Ia menyangkal bahwa hatinya sombong, sebab itulah penyebab keterburu-buruan yang tidak dipertanggungjawabkan dan tingkah laku yang congkak. Bukankah kesombongan yang membuat manusia dijerumuskan nafsu, mencoba hal-hal yang congkak, terburu-buru dalam jalan yang mereka pilih tanpa akal sehat, dan membuat kacau seluruh dunia? Jika kesombongan ini dikekang, maka semua orang akan mempelajari tingkah laku yang penuh penguasaan diri.

Kita melihat bagaimana Allah membingungkan usaha sombong dan penuh bualan dari anak-anak dunia ini. Mereka menjalani seluruh karir liar mereka, mereka menjungkirbalikkan bumi untuk kesenangan mereka, dan mengulurkan tangan mereka ke segala arah; mereka penuh kepuasan memikirkan kehebatan dan kerajinan mereka, dan tiba-tiba, ketika segala rencana mereka telah matang, semuanya digagalkan, karena tidak ada ketetapan dalam mereka. Ada dua bentuk kesombongan dari orang-orang yang tidak mau tunduk sebagai pengikut Allah yang rendah hati, orang-orang yang harus lari di hadapan-Nya. Ada yang terburu-buru maju dengan kecepatan nekad, dan nampaknya akan membangun sampai ke langit. Yang lain tidak begitu jelas menunjukkan kebesaran ambisi mereka, mereka lebih lambat, dan dengan hati-hati memperhitungkan masa depan, namun kesombongan mereka tidak lebih kecil. Dengan pengabaian penuh akan Allah, seakan-akan langit dan bumi tunduk pada mereka, mereka memutuskan kehendak mereka tentang apa yang akan mereka capai dalam 10-20 tahun. Mereka seperti membangun dalam laut yang dalam. Namun bangunan mereka tidak akan pernah sampai ke permukaan, betapapun umur mereka diperpanjang. Sedangkan orang-orang seperti Daud, yang tunduk pada Allah, tinggal dalam wilayah mereka, penuh penguasaan diri dalam keinginan mereka, hidup penuh ketenangan dan kepastian.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Monday, October 8, 2018

Mazmur 130


Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang. Hal berikut dapat diamati dari kesehari-harian: orang-orang yang tertahan pada langkah di mana mereka menganggap diri mereka sendiri layak menerima kematian kekal, terburu-buru maju seperti orang gila untuk melawan Allah. Maka untuk meneguhkan dirinya sendiri dan orang-orang lain, sang nabi menyatakan bahwa belas kasihan Allah tidak dapat dipisahkan atau diputuskan dari diri-Nya. “Begitu aku memikirkan-Mu,” kira-kira katanya, “belas kasihan-Mu juga nampak dalam batinku, sehingga aku tidak ragu bahwa Engkau akan berbelas kasihan padaku, karena mustahil Engkau menyingkirkan hakekat-Mu dari diri-Mu sendiri: fakta bahwa Engkau adalah Allah, adalah jaminan pasti bagiku, bahwa Engkau akan berbelas kasihan.” Pada saat yang sama haruslah dimengerti, bahwa ia bukan membicarakan pengetahuan yang kacau, melainkan pengetahuan yang memampukan sang orang berdosa untuk menyimpulkan dengan kepastian, bahwa sesegera ia mencari Allah, maka pada saat itu juga ia akan menemukan-Nya bersedia untuk diperdamaikan dengannya. Tidaklah mengherankan jika tidak ada penyeruan tetap kepada Allah di antara para pengikut paus. Oleh karena mereka mencampuradukkan jasa mereka, pembayaran mereka, dan persiapan baik mereka – menurut istilah mereka – dengan anugerah Allah, maka mereka selalu berada dalam ketegangan dan keraguan tentang rekonsiliasi mereka dengan Allah. Maka semakin banyak mereka berdoa, semakin banyak mereka menambahkan kesusahan dan siksaan mereka, seperti seseorang menaruh kayu di api yang menyala. Siapa yang ingin mendapatkan manfaat dari doa, harus memulai dengan pengampunan dosa secara cuma-cuma. Juga tepat untuk menandai penyebab final, mengapa Allah mau mengampuni, dan tidak pernah mendekat tanpa menunjukkan betapa mudahnya Ia diperdamaikan dengan mereka yang melayani-Nya; ini adalah keperluan mutlak dari pengharapan mendapatkan pengampunan, demi keberadaan takut akan Allah, dan ibadah pada Allah dalam dunia ini.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Sunday, October 7, 2018

Mazmur 129


TUHAN itu adil, Ia memotong tali-tali orang fasik. Meski Allah mungkin nampak menunda untuk sementara waktu, tetapi Ia tidak pernah melupakan keadilan-Nya, sampai menahan kelegaan bagi umat-Nya yang tertindas. Paulus mengutip sebab yang sama, mengapa Allah tidak akan selamanya membiarkan mereka dianiaya (2 Tes. 1:6-7) – “Sebab memang adil bagi Allah untuk membalaskan penindasan kepada mereka yang menindas kamu, dan untuk memberikan kelegaan kepada kamu yang ditindas, dan juga kepada kami.” [“Allah itu adil: Ia akan membayar kembali kesulitan kepada orang-orang yang menyulitkan kamu, dan memberikan kelegaan kepada orang-orang yang tertindas, dan juga kepada kami.”] Hal ini perlu diperhatikan secara khusus, bahwa kesejahteraan Gereja tidak dapat dipisahkan dari keadilan Allah. Dengan bijaksana sang nabi mengajar kita, sebab mengapa para musuh Gereja tidak dapat bertahan, adalah karena Allah meniadakan usaha-usaha mereka, dan tidak membiarkan mereka melewati penetapan-Nya.

Mereka seperti rumput di atas sotoh, yang menjadi layu, sebelum dicabut, yang tidak digenggam tangan penyabit, atau dirangkum orang yang mengikat berkas. Sang Pemazmur meminjam ilustrasi doktrin ini dari contoh hidup sehari-hari. Di mana ada prospek akan panen yang baik, kita harus memohon pada Allah, yang bidang-Nya adalah memberikan kesuburan pada tanah, supaya Ia mencurahkan berkat-Nya sepenuhnya. Dan sejak hasil bumi rentan terhadap begitu banyak bencana, anehlah jika kita tidak terdorong untuk berdoa karena keperluan mutlaknya bagi manusia dan hewan. Sang Pemazmur yang membicarakan orang-orang yang lewat yang memberkati para penuai, tidak hanya memaksudkan anak-anak Allah, yang diajar oleh Firman bahwa kesuburan tanah bergantung pada kebaikan-Nya. Ia juga memasukkan orang-orang dunia, yang menerima penanaman pengetahuan tersebut secara alamiah. Kesimpulannya, jika kita tidak hanya berada di dalam Gereja Tuhan, melainkan juga berjuang untuk dihitung di antara warganya yang sejati, kita akan sanggup tanpa takut memandang rendah segala kekuatan musuh kita. Meski mereka berbunga dan memiliki penampilan yang hebat untuk sementara waktu, namun mereka hanyalah rumput kering, yang dijatuhi kutuk dari surga.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Saturday, October 6, 2018

Mazmur 128


Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! (Terjemahan lain: Engkau akan memakan hasil jerih payah tanganmu.) Sang nabi mengajar, bahwa kita harus membentuk penilaian yang berbeda dari dunia, mengenai apa kebahagiaan itu. Dunia menilai hidup bahagia sebagai hidup dalam kenyamanan, kehormatan, dan kekayaan. Ia mengingatkan para hamba Tuhan akan penguasaan diri, yang hampir semua manusia tolak. Betapa sedikitnya orang, yang jika boleh memilih, akan rindu hidup oleh pekerjaan tangan mereka sendiri. Apalagi orang yang menganggap hal itu berkat istimewa! Begitu “kebahagiaan” disebut, dalam setiap orang segera meledak ide-ide paling luar biasa tentang apa yang diperlukan kebahagiaan. Demikian tak terpuaskannya jurang keserakahan hati manusia. Sang nabi meminta orang-orang yang takut pada Allah untuk menjadi puas oleh satu hal – dengan jaminan Allah sebagai Bapa yang mengasuh mereka, mereka akan dipelihara dengan cukup oleh pekerjaan tangan mereka, seperti dalam Mazmur 34:10, “Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik.” Kita harus ingat bahwa sang nabi bukan membicarakan kebahagiaan tertinggi (yang bukan makanan dan minuman, dan tidak terkurung dalam batasan hidup sementara ini), melainkan ia meyakinkan umat Allah yang beriman, bahwa dalam perjalanan musafir ini atau pengembaraan di bumi ini mereka akan menikmati hidup yang bahagia, sampai akhirnya Ia membawa kita pada kemuliaan kekal (1 Tim. 4:8).

Sang nabi mengingatkan orang beriman, bahwa mereka sudah menerima sebagian buah dari integritas mereka, ketika Allah memberi makanan pada mereka, membuat mereka bahagia dengan istri dan anak-anak, dan membungkuk untuk memperhatikan hidup mereka. Tetapi tujuannya memuji kebaikan Allah pada saat ini adalah mendorong mereka, supaya mereka segera maju dalam jalan yang memimpin mereka pada warisan kekal mereka.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Friday, October 5, 2018

Mazmur 127:3-5


Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah. Anak-anak bukanlah akibat dari kebetulan, melainkan Allah membagikan pada setiap orang bagian mereka menurut apa yang Ia pandang baik. Dari pengulangan sang nabi, kita mengerti bahwa milik pusaka dan upah artinya sama. Kedua istilah ini diperlawankan terhadap keberuntungan, atau kekuatan manusia. Semakin kuat seseorang, nampaknya semakin mungkin ia memiliki anak. Salomo menegaskan kebalikannya, yaitu orang-orang yang menjadi ayah adalah orang-orang yang Allah berikan kehormatan tersebut.

Kebanyakan anak-anak bukan merupakan sumber sukacita bagi orang tua mereka, maka ditambahkan karunia Allah yang kedua, yaitu Ia membentuk batin anak-anak dan menghiasinya dengan sifat yang baik, dan berbagai jenis kebajikan. Pengumpamaan yang disebutkan di sini adalah, seperti seorang pemanah dipersenjatai dengan busur yang lengkap, orang-orang dilindungi oleh anak-anak mereka, seperti oleh busur dan panah. Orang-orang yang tidak memiliki anak seperti tak bersenjata, sebab bukankah orang yang tanpa anak itu sendirian? Bukan pemberian kecil dari Allah bagi manusia, jika ia mendapatkan pembaruan dalam keturunannya, sebab Allah memberinya kekuatan baru, sehingga orang yang tadinya akan segera membusuk, dapat mulai hidup seperti untuk kedua kalinya.
Pengenalan doktrin ini sangat berguna. Kesuburan hewan yang lebih rendah pun diperhitungkan dari Allah saja. Jika Ia menyatakan sebagai berkat-Nya ketika sapi dan domba dan kuda mengandung, betapa tak dapat dimaafkannya ketidaksalehan manusia yang dihormati dengan gelar ayah, jika mereka menganggap karunia ini bukan apa-apa. Selain itu, kecuali manusia menganggap anak-anak mereka sebagai pemberian Allah, mereka sembarangan dan berlambat-lambat dalam menyediakan kebutuhan mereka. Doktrin ini membuat sumbangsih besar dalam mendorong mereka membesarkan keturunan mereka. Seseorang yang merenungkan kebaikan Allah dalam pemberian-Nya berupa anak-anak, akan dengan bersiap dan batin yang tenang mencari kelanjutan karunia Allah; dan meski ia hanya memiliki sedikit warisan bagi mereka, ia tidak akan menjadi sembarangan dalam hal itu.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Thursday, October 4, 2018

Mazmur 127:2


Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah. Dengan lebih jelas, Salomo menyatakan bahwa manusia sia-sia saja melelahkan diri dengan usaha mereka, dan membuat diri mereka kurus karena puasa untuk mendapatkan kekayaan, sebab semua ini juga berkat yang hanya Allah dapat berikan. Untuk mendorong mereka lebih lagi, ia menujukan kata-katanya pada setiap individu. Sia-sialah kamu, katanya. Secara spesifik ia menyebutkan dua cara yang dianggap penting untuk mencapai kekayaan. Tidaklah mengherankan jika orang-orang yang menjadi kaya dalam waktu singkat mengerjakan apa saja, menghabiskan siang malam untuk pekerjaan mereka, dan hanya menghabiskan sedikit dari hasil usaha mereka untuk makanan. Namun Salomo menegaskan, bukan hidup hemat atau rajin bekerja yang akan dengan sendirinya menghasilkan apapun juga. Ia bukan melarang kita menguasai diri dalam makan atau bangun pagi untuk mengerjakan urusan dunia kita. Tetapi ia menyatakan apapun yang dapat menggelapkan anugerah Allah sebagai bukan apa-apa, untuk mendorong kita berdoa, memanggil Allah, dan bersyukur bagi berkat Ilahi. Kita pasti akan memasuki panggilan kita di dunia dengan cara yang benar, jika pengharapan kita hanya bergantung pada Allah, dan keberhasilan kita akan sesuai dengan keinginan kita. Tetapi jika seseorang tidak mengingat Allah, terburu-buru mengejar nafsunya, ia akan menghancurkan dirinya sendiri oleh curamnya jalan. Sang nabi tidak bermaksud mendorong orang menjadi malas, sehingga mereka tidak memikirkan apa-apa, tertidur dan membuang waktu. Melainkan ketika seseorang melaksanakan apa yang Allah telah perintahkan padanya, ia harus selalu memulai dalam doa dan berseru pada nama-Nya, mempersembahkan kerja keras pada-Nya untuk Ia berkati.

Sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur (terjemahan lain: Ia memberikan tidur kepada yang dicintai-Nya). Allah akan memberikan pada anak-anak-Nya hal-hal yang dikejar orang-orang tak beriman dengan usaha keras mereka.
Meski orang beriman hidup bekerja keras, namun mereka menaati panggilan dengan batin yang tenang dan damai. Maka tangan mereka tidak tinggal diam, namun batin mereka beristirahat dalam ketenangan iman, seperti sedang tidur.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Wednesday, October 3, 2018

Mazmur 127:1


Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya. Salomo menegaskan bahwa Allah memerintah dunia dan kehidupan manusia, untuk dua hal: Pertama, peristiwa kemakmuran apapun yang mungkin terjadi pada manusia, segera menunjukkan ketidakbersyukuran mereka, karena mereka mengira hal itu sepenuhnya dari diri mereka sendiri. Kehormatan yang adalah milik Allah dirampas. Untuk mengoreksi kesalahan yang demikian besar, Salomo menyatakan, bahwa tidak ada keberuntungan yang terjadi pada kita kecuali karena Allah memberkati perjalanan kita. Kedua, ia bermaksud menenggelamkan kesombongan bodoh manusia, yang mengesampingkan Allah dan tanpa takut mau mencoba apapun juga, hanya dengan bersandar pada kebijaksanaan dan kekuatan mereka sendiri. Apa yang mereka banggakan dan kira berasal dari diri mereka sendiri, ia ambil, dan mengasihati mereka untuk rendah hati dan berseru kepada Allah. Ia bukan menolak segala perjuangan, usaha keras, atau kebijakan manusia. Adalah kebajikan yang patut dipuji, jika kita melaksanakan kewajiban jabatan kita dengan rajin. Bukanlah kehendak Allah supaya kita menjadi seperti balok kayu, berpangku tangan tanpa melakukan apa-apa, melainkan kita harus bekerja dengan menggunakan segala talenta dan kelebihan yang Ia telah karuniakan pada kita. Salomo tidak menghakimi kewaspadaan, hal yang Allah perkenan; ataupun perjuangan manusia, yang ketika mereka lakukan dengan sukarela berdasarkan perintah Allah, adalah suatu korban persembahan yang sudi Ia terima. Tetapi ia tidak mau mereka dibutakan kesombongan, atau dengan paksa mengakui milik Allah sebagai milik mereka sendiri, maka ia menasihati mereka, bahwa kesibukan mereka tidak ada gunanya, kecuali jika Allah memberkati usaha mereka.
Ada sebuah synecdoche (gaya bahasa di mana sebuah bagian menggambarkan keseluruhannya) dalam kata-kata pembangun dan pengawal. Maksud sang pemazmur adalah secara umum, usaha keras, kebijakan, dan keahlian apapun dari manusia, entah memelihara sebuah keluarga atau mengatur sebuah kota, tidak ada gunanya, kecuali Allah dari surga mengaruniakan kemakmuran bagi seluruhnya.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Tuesday, October 2, 2018

Mazmur 126


Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN. Ayat ini mengandung doa supaya Allah mengumpulkan kembali sisa-sisa orang buangan. Semua orang Yahudi, tentunya, mendapati pintu dibukakan bagi mereka, dan kebebasan sempurna diberikan pada mereka, untuk keluar dari tanah tempat mereka dibuang. Namun jumlah orang yang mengambil bagian dari keuntungan ini kecil saja ketika dibandingkan dengan jumlah bangsa itu yang besar. Ada yang dihalangi oleh ketakutan, yang lain oleh kemalasan dan kekurangan keberanian, karena melihat bahaya yang mereka anggap tidak sanggup mereka kalahkan, mereka memilih berbaring diam dalam kekotoran mereka sendiri, daripada menghadapi kesulitan perjalanan. Sangat mungkin, banyak dari mereka yang lebih memilih kenyamanan masa kini daripada keselamatan kekal. Apa yang dinubuatkan nabi Yesaya jelas digenapi (10:22), yaitu meski jumlah bangsa itu sebanyak pasir di laut, namun hanya sedikit saja yang diselamatkan. Banyak yang terang-terangan menolak keuntungan yang ditawarkan pada mereka. Ada banyak kesulitan dan halangan yang harus dihadapi orang-orang yang mengambil kebebasan yang diberikan pada mereka oleh kehendak raja. Maka hanya sedikit yang memiliki penilaian yang lebih waras dan hati yang lebih berani, yang berani melangkahkan kaki – dan itu pun dengan ragu-ragu. Tidak heran sang nabi meminta Gereja untuk memohon Allah membawa pulang orang-orang buangan. Selain itu, keadaan orang-orang yang sudah kembali harus diperhatikan: tanah mereka diduduki orang asing, yang merupakan musuh bebuyutan mereka, sehingga mereka sama merupakan orang buangan di tanah sendiri seperti di Babel. Maka ada dua kali lipat kebutuhan untuk gereja memohon dengan sungguh-sungguh supaya Allah mengumpulkan orang yang terserak-serak. Pertama, supaya Ia memberi keberanian pada yang takut, membangunkan yang tak bergerak, menyadarkan orang-orang yang mabuk kepayang untuk melupakan kesenangan mereka, dan mengulurkan tangan-Nya menjadi pembimbing mereka semua. Kedua, supaya Ia menempatkan bangsa yang kembali itu dalam kebebasan dan ketenangan.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi

Monday, October 1, 2018

Mazmur 125


Tongkat kerajaan orang fasik tidak akan tinggal tetap di atas tanah yang diundikan kepada orang-orang benar, supaya orang-orang benar tidak mengulurkan tangannya kepada kejahatan. Kalimat ini seperti sebuah koreksi bagi kalimat sebelumnya, di mana sang Pemazmur mengatakan, tangan Allah diulurkan pada segala sisi untuk membela Gereja-Nya. Kita condong menarik janji-janji Ilahi bagi keuntungan pribadi kita, yaitu dengan cara menafsirkan kalimat itu sebagai jaminan kita dikecualikan dari segala masalah. Maka kita diperingatkan bahwa perlindungan Allah tidak mencegah kita dari kadang dilatih dengan salib dan penderitaan. Orang beriman tidak seharusnya mengharapkan hidup yang enteng dan mudah dalam hidup mereka. Adalah cukup bahwa mereka tidak diabaikan Allah ketika mereka memerlukan pertolongan-Nya. Memang benar, Bapa surgawi mereka sangat mengasihi mereka, tetapi Ia mau mereka disadarkan oleh salib, supaya jangan mereka memberi terlalu banyak kesenangan karnal pada diri mereka. Jika kita merangkul doktrin ini, meski terjadi bahwa kita ditindas tirani jahat, kita dengan sabar akan menunggu sampai Allah entah mematahkan tongkat kerajaan mereka, atau menggoyangkannya hingga lepas dari tangan mereka. Memang menyaksikan orang jahat melaksanakan kekejaman dalam warisan dari Tuhan, dan orang beriman terbaring di bawah kaki mereka, adalah pencobaan yang berat. Namun Allah bukan tanpa sebab merendahkan umat-Nya, sehingga mereka dapat menghibur diri mereka dengan perenungan dalam ayat ini.

Dari kesediaan-Nya menanggung kelemahan kita, Allah meringankan kesulitan kita. Maka, meski kita tidak memiliki kecukupan kekuatan dan ketetapan dalam diri kita untuk bertahan dalam kewajiban kita untuk sekejap mata pun, namun biarlah kepercayaan ini hadir dalam batin kita: Allah akan mengurus sehingga seberapapun penderitaan mematahkan kita, namun kita tidak akan meninggalkan ibadah pada-Nya.

Dengan tepat Tuhan membatasi pencobaan-pencobaan kita, sebab Ia tahu kita terlalu lemah untuk menahannya.
Betapapun kuatnya takut akan Allah ada dalam hati kita, biarlah kita ingat, kita tidak memiliki cukup kekuatan untuk bertahan sampai pada akhirnya, kecuali jika Tuhan memperhatikan kelemahan kita.

Artikel oleh John Calvin
Terjemahan oleh Tirza Rachmadi